Muncul Kluster Covid-19 di Sekolah, Pemda DIY Lakukan Tes Acak
Pemda DIY akan melakukan tes acak di sekolah untuk mengantisipasi penularan Covid-19 di kalangan siswa dan guru. Tes acak dilakukan setelah munculnya kluster Covid-19 di sejumlah sekolah di Kecamatan Sedayu, Bantul.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Daerah DI Yogyakarta berencana melakukan tes acak di sekolah untuk mengantisipasi kemungkinan penularan Covid-19 di kalangan siswa dan guru yang mengikuti pembelajaran tatap muka. Tes acak dilakukan setelah munculnya kluster penularan Covid-19 di sejumlah sekolah di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, yang kemudian menyebar ke sejumlah wilayah lain.
”Tes acak di sekolah dilakukan mulai minggu ini, bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota,” kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) DIY Didik Wardaya, Selasa (9/11/2021), di Yogyakarta.
Seperti diberitakan sebelumnya, situasi pandemi Covid-19 di DIY diwarnai dengan munculnya kluster penularan Covid-19 di Kecamatan Sedayu, Bantul, sejak Oktober lalu. Penularan Covid-19 dari kluster tersebut, antara lain, terjadi di tiga sekolah di Sedayu, yakni SD Negeri Sukoharjo, SMK Negeri 1 Sedayu, dan SMP Negeri 2 Sedayu.
Selain di tiga sekolah itu, penularan Covid-19 dari kluster tersebut juga terjadi di dalam lingkup keluarga dan masyarakat. Penularan dari kluster itu kemudian meluas ke wilayah kecamatan dan kabupaten lain karena sejumlah siswa dan guru yang bersekolah di Sedayu ternyata tinggal di luar wilayah Sedayu.
Didik menyatakan, setelah munculnya kluster tersebut, Dinas Dikpora DIY telah menghentikan kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) di seluruh SMA dan SMK di Sedayu. Penghentian PTM dilakukan selama 14 hari sejak 3 November 2021. Selain itu, Dinas Dikpora Bantul juga menghentikan sementara PTM di seluruh SD dan SMP di Sedayu.
”Sekolah di Sedayu sementara ditutup dan diganti dengan pembelajaran jarak jauh,” ujar Didik.
Didik memaparkan, Gugus Tugas Covid-19 Sedayu dan pihak puskesmas juga sudah melakukan tracing atau pelacakan kontak erat setelah munculnya kluster tersebut. Berdasarkan hasil tracing itu, mereka yang melakukan kontak erat dengan pasien positif Covid-19 lalu diminta menjalani tes.
Sekolah di Sedayu sementara ditutup dan diganti dengan pembelajaran jarak jauh. (Didik Wardaya)
”Gugus tugas dan fasilitas kesehatan setempat sudah melakukan tracing. Ketahuan jadi banyak itu karena ada tracing. Dari sisi gejala, murid-murid sekolah itu tergolong OTG (orang tanpa gejala),” ujarnya.
Untuk mencegah munculnya kluster di sekolah lain, Dinas Dikpora DIY bersama pemerintah kabupaten/kota di DIY juga berencana melakukan tes acak di sekolah-sekolah. Menurut Didik, tes acak itu akan dilakukan di 10 persen dari total seluruh SD, SMP, dan SMA/SMK di DIY. Namun, belum ada data pasti berapa sekolah yang akan menjadi lokasi tes acak itu.
Didik menambahkan, di setiap sekolah yang terpilih, tes acak akan dilakukan terhadap 10 persen dari total guru dan siswa yang ada di sekolah tersebut. Dengan adanya tes acak itu, penularan Covid-19 yang terjadi di kalangan warga sekolah diharapkan bisa dideteksi sejak dini sehingga tidak menular ke banyak orang.
”Tes acak akan dilakukan secara bergantian, baik di SD, SMP, maupun SMA. Masing-masing diambil 10 persen dari jumlah sekolah. Waktu pelaksanaan tes juga tidak bareng,” tutur Didik.
Menyebar ke Sleman
Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, penularan Covid-19 dari kluster di Sedayu itu telah menyebar hingga ke Kabupaten Sleman. Hal ini karena sejumlah siswa SMKN 1 Sedayu yang terkonfirmasi positif Covid-19 ternyata tinggal di Sleman.
”Anak yang sekolah di sana, kan, ada yang dari Bantul dan ada yang dari Sleman. Mereka berasal dari berbagai kecamatan. Jadi, ya, menyebar,” tutur Kadarmanta.
Kadarmanta menyebut jumlah orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 dari kluster di Sedayu itu telah lebih dari 100 orang, baik yang berasal dari Bantul maupun Sleman. Dia menambahkan, belajar dari pengalaman munculnya kluster tersebut, harus ada evaluasi terhadap kegiatan PTM di sekolah.
Evaluasi itu penting agar tidak ada lagi kluster penularan Covid-19 di sekolah. ”Harus ada evaluasi PTM, apa penyebabnya murid-murid ini bisa tertular,” katanya.
Selain menyebar ke Sleman, penularan Covid-19 dari kluster di Sedayu juga menyebar ke Kecamatan Sanden, Bantul. Penularan itu menyebabkan 15 orang di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, terkonfirmasi positif Covid-19.
Camat Sanden, Deni Ngajis Hartono, menjelaskan, penularan Covid-19 di Desa Srigading itu berawal dari adanya seorang guru SMKN 1 Sedayu yang terkonfirmasi positif Covid-19. Guru tersebut tinggal di Srigading dan mengajar di taman pendidikan Al Quran (TPA) di rumahnya.
”Guru SMK itu dinyatakan positif Covid-19. Tapi, nuwun sewu (mohon maaf), dia termasuk yang agak ngeyel. Jadi, sebelum isolasi mandiri, dia masih sempat mengajar TPA di rumahnya,” kata Deni.
Menurut Deni, sebelum mengajar TPA, guru tersebut sebenarnya sudah mendapat pemberitahuan bahwa dirinya positif Covid-19. Namun, dia tetap nekat mengajar TPA. Oleh karena itu, para murid TPA yang melakukan kontak erat dengan sang guru pun langsung diminta menjalani tes reaksi berantai polimerase (PCR).
Berdasarkan hasil tes PCR itu, enam murid TPA dinyatakan positif Covid-19 pada Rabu (3/11/2021). Setelah itu, petugas melakukan pelacakan terhadap orang-orang yang melakukan kontak erat dengan murid TPA yang positif Covid-19.
Orang-orang yang melakukan kontak erat itu kemudian diminta menjalani tes PCR. Hasilnya, sembilan orang lain terkonfirmasi positif Covid-19 pada Jumat (5/11/2021). Mereka yang terkonfirmasi positif itu, antara lain, orangtua murid TPA yang sebelumnya dinyatakan positif.