Pembaca ”Kompas” Berbagi Kasih dengan Warga Kurang Mampu di NTT
Pembaca ”Kompas” berbagi kasih dengan ratusan keluarga miskin di tiga kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur. Mereka adalah warga eks Timor Timur, penghuni panti asuhan, dan kaum disabilitas.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA
Pembaca Kompas melalui tim Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas Kupang, wartawan Kompas Kornelis Kewa Ama (bertopi), dan Kliment (paling kanan) dari Toko Buku Gramedia Kupang menyerahkan bantuan kepada koordinator pengungsi Carlos Dacosta Ricardo (64) dan 10 perwakilan eks pengungsi Timor Timur di sekitar Terminal Noelbaki, Kabupaten Kupang, Sabtu (6/11/2021).
KUPANG, KOMPAS — Pembaca Kompas berbagi kasih dengan ratusan keluarga miskin di tiga kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur. Mereka adalah warga eks Timor Timur, penghuni panti asuhan, dan kaum disabilitas. Para penerima manfaat berterima kasih dan mendoakan pembaca Kompas dan harian Kompas agar terus diberkati Tuhan.
Warga eks Timor Timur (Timtim) berdomisili di 10 titik di Kabupaten Kupang, antara lain di Terminal Noebaki, Kamp Pengungsi Tuapukan, perumahan Oebelo Permai, Kampung Tanah Merah, Desa Raknamo, dan Desa Manusak. Mereka tidak memiliki lahan olahan sama sekali meski tinggal di desa. Mereka tinggal di lokasi itu sejak eksodus dari Timtim akhir Agustus 1999-Desember 1999.
Kehadiran tim Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) yang membawa bantuan bahan pokok dari pembaca Kompas di Terminal Noelbaki, Kabupaten Kupang, Sabtu (6/11/2021), disambut gembira ratusan warga eks Timtim itu. Satu per satu mereka datang ke rumah koordinator eks pengungsi Timtim di sudut utara Terminal Noelbaki, Carlos Dacosta Ricardo (64), guna menerima bantuan.
Satu paket bantuan berupa beras, minyak goreng, tepung terigu, ikan kaleng, gula pasir, masker medis dan nonmedis, serta vitamin untuk imunitas tubuh. Rasa senang bercampur haru tebersit di wajah mereka saat menerima bantuan itu.
”Terima kasih kepada pembaca Kompas yang telah menyalurkan bantuan melalui Dana Kemanusiaan Kompas bagi kami di Terminal Noelbaki. Selama ini kami tidak diperhatikan sama sekali. Sekali lagi terima kasih,” kata Carlos.
Kepala Toko Buku Gramedia Kupang Emanuel Laras Husodo (bertopi) menyerahkan bantuan pembaca Kompas kepada penghuni Yayasan Panti Asuhan Aisyiyah Putri Kupang, Jumat (5/11/2021).
Pendiri pramuka pertama Timtim tahun 1976 itu mengatakan, warga eks Timtim penghuni lokasi Terminal Noelbaki berjumlah 130 keluarga. Mereka berprofesi sebagai petani dan peternak selama di Timtim. Setelah eksodus ke Indonesia, mereka meninggalkan pekerjaan itu karena tidak memiliki lahan olahan.
Tanah, tempat mereka membangun pemondokan itu, merupakan lahan milik penduduk lokal. Jika ingin menjadi hak milik, mereka harus membeli seperti yang dilakukan Carlos.
Ia membeli tanah seluas 300 meter persegi itu dengan harga Rp 25 juta dengan cara mencicil selama 18 tahun. Carlos sendiri pekerja serabutan, seperti menjual kayu bakar, mendorong gerobak, dan menggarap lahan pertanian penduduk lokal.
”Besar cicilan Rp 200.000 ke atas per bulan. Saya dibantu anak-anak dan anak mantu yang tinggal bersama saya. Saya bersama istri, lima anak, dan 12 cucu tempati lokasi ini. Suatu saat pasti tanah ini juga padat. Mereka harus cari tempat hunian baru,” kata Carlos.
Padahal, mereka dengan setia bergabung ke dalam pangkuan NKRI sejak 21 tahun silam.
Penghasilan mereka tak menentu. Bantuan sosial, seperti beras untuk keluarga miskin (raskin) dan bantuan langsung tunai, pun sebagian besar dari mereka tidak kebagian meski setiap tahun diambil data dari Pemerintah Desa Noelbaki. Kondisi ini semakin memperburuk kehidupan mereka. Padahal, mereka dengan setia bergabung ke dalam pangkuan NKRI sejak 21 tahun silam.
Warga tunanetra di perkampungan Tunanetra Kelurahan Tofa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, NTT, Jumat (5/11/2021), menerima paket bantuan dari tim DKK Kupang.
Anak-anak dan kaum remaja setempat kebanyakan hanya menempuh pendidikan sampai sekolah dasar karena kesulitan biaya sekolah. Jika sudah menerima sakramen komuni pertama saat kelas IV atau kelas V SD dan bisa baca dan tulis, mereka berhenti sekolah. Mereka tinggal bersama orangtua dan bekerja ala kadarnya.
Bantuan dari pembaca Kompas cukup meringankan beban hidup keluarga. ”Kami satu keluarga ada 13 orang. Awal datang tahun 1999 hanya tiga orang, bapa, mama, dan saya. Saya menikah punya empat anak. Keempat anak ini sudah menikah dan punya anak totalnya enam orang. Jadi, kami ada 13 orang, tinggal di dalam satu petak rumah gubuk, 4 meter x 5 meter,” kata Maria Dosantos (48), ibu rumah tangga.
Bantuan dari pembaca Kompas serupa juga diserahkan ke Panti Asuhan Bhakti Luhur, Baumata, Kabupaten Kupang. Kepala panti asuhan, Sr Rience Alma, mewakili puluhan penghuni panti menerima bantuan tersebut. Ia mengucapkan terima kasih kepada pembaca Kompas yang telah bersedekah dan berbagi kasih dengan anak-anak panti.
”Kami hanya bisa menyampaikan terima kasih dan berdoa bagi harian Kompas dan para pembaca Kompas agar selalu diberkati Tuhan dalam karya selanjutnya. Dalam situasi normal saja kami sulit mendapat bantuan, apalagi dalam situasi pandemi seperti sekarang,” katanya.
Puluhan keluarga tunanetra di Kelurahan Tofa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, juga tersentuh bantuan kemanusiaan pembaca Kompas. Senyum ria dan raut wajah penuh gembira menyambut kedatangan tim DKK di kompleks permukiman mereka. Bantuan itu serasa mimpi di siang hari.
Yunus Sutan Modo (76), warga miskin eks Timtim, kelahiran Padang, Sumatera Barat, hidup sebatang kara di sebuah gubuk reyot bersama warga eks Timtim lain di Terminal Noelbaki, Kupang, Sabtu (6/11/2021). Ia menikah dengan Tereja Baros de Ornay (alm) warga eks Timtim saat Timtim masih bergabung dengan Indonesia. Ketika itu Yunus Sutan sebagai kontraktor di Dili, Timtim (1980-1999).
Aleks Natonis (32), warga tunanetra usai menerima bantuan, mengatakan, setiap hari jalan keliling Kota Kupang membawa sapu bulu ayam hasil karya ia bersama istri, tetapi tidak tidak satu pun laku. ”Terkadang saya sengaja duduk di emperan toko atau berdiri di lampu merah diantar anak pertama, satu pun tak laku. Sapu di rumah ada sekitar 50 buah, saya hanya bawa lima buah saja,” kata Natonis.
Muhamat Syaikh Boli (34), penghuni Panti Asuhan Putera Aisyiyah Putera di Jalan Bajawa, Kota Kupang, tak menyangka pembaca Kompas menyapa puluhan penghuni panti itu. Ia merasa bersyukur mendapatkan bantuan di tengah pandemi Covid-19 ini. Bantuan pembaca Kompas juga mampir di Panti Asuhan Aisyiyah Putri untuk berbagi kasih dan Yayasan Bina Kasih Bukit Sion, keduanya di Kota Kupang.
Pembaca Kompas juga menyapa 175 penghuni Panti Asuhan Dymphna di Maumere, Kabupaten Sikka. Bantuan itu disampaikan toko buku Gramedia Maumere.
Pendiri dan koordinator Panti Asuhan Dymphna Sr Luci CIJ mengucapkan terima kasih kepada pembaca Kompas lewat bantuan yang diserahkan melalui Yayasan DKK. ”Terima kasih diiringi doa kami sampaikan kepada pembaca Kompas, harian Kompas, dan Yayasan DKK,” kata Luci.
Panti asuhan ini dihuni orang dengan gangguan jiwa, sebagian besar kaum perempuan. Mereka berasal dari daratan Flores, Timor, dan bahkan dari Pulau Jawa dan Sulawesi.
Kepala Panti Asuhan Bhakti Luhur Baumata Kabupaten Kupang Sr Rience Alma menerima bantuan paket dari pembaca Kompas yang diserahkan Kepala Toko Buku Gramedia Kupang Emanuel Laras Husodo di Baumata, Kupang, NTT, Jumat (5/11/2021).