Sentuhan Mulia Pembaca ”Kompas” bagi Warga Miskin di Kupang
Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas memberikan paket bantuan bagi sejumlah warga di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, NTT. Kelompok masyarakat dimaksud paling terdampak pandemi Covid-19.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN/KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pembaca harian Kompas memberikan 100 paket bahan pokok bagi warga Kota dan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, melalui Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas. Bantuan itu diharapkan bisa meringankan dampak pandemi yang dialami warga.
Mereka yang menerima bantuan itu meliputi berbagai kalangan, mulai dari komunitas difabel netra, anak yatim piatu, hingga eks pengungsi Timor Timur. Pada Senin (16/8/2021), bantuan itu diserahkan kepada warga di Desa Oebelo dan Desa Manusak, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang. Paket bagi eks pengungsi itu diserahkan jurnalis harian Kompas, Kornelis Kewa Ama, dan Kepala Toko Buku Gramedia Kupang Laras Husodo.
Sejak memilih bergabung dengan Indonesia lebih dari 20 tahun silam, kehidupan warga Oebelo masih erat dengan kemiskinan. Mereka terbilang jarang mendapat bantuan pemerintah. Di lokasi yang dulu menjadi tempat pengungsian massal itu, warga kini menempati gubuk beratap daun, dinding pelepah, dan lantai tanah.
”Semoga bantuan ini dapat meringankan kesulitan ekonomi di tengah pandemi Covid-19,” kata Kornelis saat menyerahkan bantuan. Setiap paket bantuan itu terdiri dari beras, gula pasir, minyak goreng, ikan kaleng, dan masker.
Laras mengatakan, bantuan yang diberikan masih terbatas. Selain di Kabupaten Kupang dan Kota Kupang, bantuan serupa juga disebar ke sejumlah daerah di Indonesia.
Mercelino Lopez, tokoh masyarakat setempat, menyampaikan terima kasih atas bantuan itu. Menurut mantan pejuang Merah Putih dari kelompok milisi Makikit itu, sebagian besar warga bekerja serabutan. ”Covid-19 ini bikin kami semakin terpuruk,” ujar Mercelino.
Bantuan dari pemerintah terbatas sehingga tidak bisa menjawab semua kebutuhan dasar masyarakat.
Selanjutnya di Manusak, bantuan diberikan kepada warga eks pengungsi tanpa suami, yatim piatu, dan pekerja serabutan yang kini menganggur. Meski kondisi fisik permukiman warga Manusak lebih baik dibandingkan Oebelo, mereka baru mengalami gagal panen akibat kekeringan.
Kepala Desa Manusak Arthur Ximenes mengatakan, pandemi melumpuhkan ekonomi warga, yang sebagian besar adalah buruh bangunan dan petani. Bantuan dari pemerintah terbatas sehingga tidak bisa menjawab semua kebutuhan dasar masyarakat.
Sementara itu, di Kota Kupang, bantuan diberikan kepada komunitas difabel netra di kawasan Tofa dan Panti Asuhan Susteran Alma di Oepura. Penyerahan batuan itu dilakukan pada Sabtu (14/8/2021).
Markus Bebak (49), warga difabel netra, mengatakan belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah selama pandemi. Di kawasan itu, terdapat lebih kurang 70 rumah tangga difabel netra. ”Jasa pijat juga tidak jalan karena korona. Mencoba berjualan kemoceng juga tidak laku,” katanya.
Pandemi Covid-19 membuat kondisi ekonomi warga NTT kian terpuruk. Menurut data Badan Pusat Statistik, pada Maret 2021, jumlah penduduk miskin di NTT sebanyak 1.169.310 atau setara dengan 20,99 persen dari total warga. Garis kemiskinan di NTT sebesar Rp 415.116 per kapita per bulan.