Mahambur Harapan matan Balapan Superbike Mandalika
Terjemahan ”Menabur Asa pada Ajang Superbike di Mandalika” ke dalam bahasa Banjar, Kalimantan Selatan.
Ajang balapan World Superbike di Mandalika, Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, sudah di depan mata. Berbagai pihak deg-degan sekaligus optimistis. Sambil terus bersiap diri, mereka juga meletakkan harapan bisa mencicipi ”kue” dari ajang balap internasional itu.
Jalan Pariwisata Pantai Kuta, Pujut, terlihat begitu lengang, Rabu (20/10/2021) sekitar pukul 14.00 Wita. Selain karena sepi wisatawan, bisa jadi teriknya matahari yang siang itu mencapai 31 derajat celsius membuat warga enggan bepergian ke luar rumah.
Nili Astuti (40) pun demikian. Siang itu, tidak banyak yang bisa ia kerjakan, selain tiduran bersama sang anak di area belakang tokonya. Toko yang menjual beragam oleh-oleh, seperti kaus, celana, tas, topi, hingga kain tenun, itu berada sekitar 1 kilometer sebelah barat Pantai Kuta Mandalika.
Lihat juga: Semangat Pengorbanan Putri Mandalika dan Gemerlap Pembangunan Mandalika
Tak berapa lama, seorang pengunjung datang. Membuat Nili bangun dari tidurnya. Ia bergegas ke depan toko dan langsung menyapa pengunjung. Dengan ramah, ia persilakan pengunjung itu memilih kaos dan barang lain yang bisa jadi oleh-oleh.
Setelah pengunjung itu membayar dan berlalu, Nili mengibas-ngibaskan uang pembayaran itu ke dagangannya. ”Penglaris. Penglaris,” ujarnya pelan.
”Setiap hari sekarang seperti ini. Sepi. Jadi kalau tidak ada pelanggan, saya santai-santai di belakang,” tutur Nili.
Di kawasan itu seharusnya ada beberapa toko oleh-oleh yang buka. Namun, menurut Nili, yang berasal dari Desa Rembitan, beberapa kilometer dari Mandalika, hanya ia yang bertahan. Lainnya tutup sementara menunggu pariwisata pulih.
”Saya harus tetap buka. Kalau tidak, bingung juga biaya hidup sehari-hari dapat dari mana?” kata Nili.
Baca juga: Mandalika Jadi Penentu Juara
Menurut Nili, sebelum pandemi, omzet hariannya bisa mencapai Rp 500.000. Sekarang, bahkan dalam sehari bisa tidak ada satu pun barang terjual.
Maka, seperti banyak orang, Nili kini juga menanti World Superbike. Perhelatan besar itu akan berlangsung di Sirkuit Mandalika, 19-21 November 2021.
Sirkuit Mandalika berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Kuta, Pujut, sekitar 18 kilometer arah selatan Bandara Internasional Lombok.
Sirkuit dengan panjang lintasan 4,31 kilometer ini hampir siap digunakan.
Lintasan utama telah selesai dibangun. Sementara fasilitas pendukung, seperti race control, pit building, dan medical center, ditargetkan selesai sebelum balapan. PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) juga memastikan, Sirkuit Mandalika siap digunakan untuk WSBK.
Di luar sirkuit, pembangunan fasilitas KEK Mandalika juga dikebut. Akses jalan ke kawasan wisata yang ada di sana berikut akomodasi baru, seperti hotel, hampir rampung. Juga fasilitas bagi usaha mikro, kecil, dan menengah hingga fasilitas umum.
Baca juga: Mandalika yang Membangun Citra
Sementara di luar kawasan, infrastruktur strategis hingga pendukung juga siap. Bandara Internasional Lombok, misalnya, telah menyelesaikan perluasan terminal hingga memiliki kapasitas 7 juta penumpang per tahun. Juga penambahan dan penguatan run away, perluasan apron, hingga peningkatan fasilitas kargo.
Akses ke Mandalika juga siap dengan selesainya pembangunan jalan bypass Bandara Internasional Lombok-Mandalika sepanjang 17,3 kilometer. Jalan ini telah digunakan oleh masyarakat sejak Oktober ini.
Selain bandara dan jalan bypass, kesiapan lain juga terlihat di Pelabuhan Gili Mas yang juga pelabuhan kapal pesiar di Lembar, Lombok Barat. Termasuk juga kawasan wisata lain, seperti Gili, Senggigi, hingga Mataram. Skenario transportasi dengan lima koridor dan kendaraan massal dari kawasan-kawasan, termasuk menuju Mandalika, juga telah disiapkan.
”Sekarang saya menunggu. Semoga WSBK ramai dan berdampak bagi usaha-usaha kecil seperti saya ini,” kata Nili.
Baca juga: Menanti Buah Akselerasi Mandalika
Menurut Nili, jika nanti Mandalika ramai saat WSBK, ia berencana menambah stok barang jualan. Saat ini, yang dia sediakan di tokonya rata-rata barang lama yang belum terjual karena sepinya wisatawan.
Daya ungkit
Merebaknya pandemi memang sangat berdampak pada sektor pariwisata NTB. Berdasarkan data Dinas Pariwisata NTB, sepanjang 2020, total wisatawan domestik dan mancanegara mencapai 400.595 orang. Sementara pada 2021, hingga Oktober sebanyak 344.733 orang. Jumlah kunjungan pada dua tahun terakhir itu turun dratis dari tahun 2019 yang mencapai 3.706.352 orang.
Tidak heran, kebangkitan pariwisata menjadi salah satu kampanye dan harapan dari WSBK di Mandalika yang menyediakan 25.000 tiket penonton tersebut. Hal itu kemudian berdampak ke sektor-sektor terkait lainnya.
”Kami berharap, WSBK akan memiliki daya ungkit bagi pariwisata NTB,” kata Sayuk Wibawati, pemilik usaha Nutsafir Cookies Lombok yang bergerak di usaha kue kering berbahan dasar biji-bijian lokal NTB.
Baca juga: Peserta Superbike Mandalika Wajib Karantina
Menurut Sayuk, WSBK baru pertama diselenggarakan dan masih dalam masa pandemi, sehingga ia belum bisa melihat kondisinya. Meski demikian, ia siap menambah kapasitas produksi hingga 50 persen, termasuk tenaga kerja.
Soal target omzet, Sayuk belum bisa memastikan karena belum mengetahui berapa tiket terjual. ”Perlu juga melihat dampak dari kebijakan tes PCR untuk syarat penerbangan. Pasti berdampak terhadap (jumlah) pengunjung atau penonton,” katanya.
Sementara itu, pemilik Lestari Oleh-Oleh, Akhbar Habibie, mengatakan, ia berharap ada peningkatan omzet Rp 7 juta hingga Rp 8 juta selama event WSBK nanti. Saat ini, omzet harian tokonya yang berlokasi di Mataram sekitar Rp 3 juta sampai Rp 4 juta.
”Belum berani pasang target terlalu tinggi. Apalagi target omzet seperti sebelum pandemi yang bisa mencapai Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per hari,” katanya.
Baca juga: Infrastruktur Fisik Kelistrikan di Mandalika Rampung
Menurut Habibie, yang sempat menutup usahanya selama delapan bulan pada 2020, saat ini sudah ada peningkatan jumlah wisatawan. Namun, ia melihat daya beli wisatawan turun. ”Itu karena penerbangan juga banyak syarat. Saya pikir, saat ini wisatawan juga akan lebih memilih menggunakan uangnya untuk bayar tes Covid-19 daripada oleh-oleh,” katanya.
Meski demikian, Habibie mengaku optimistis dengan dampak WSBK. Oleh karena itu, ia sudah mulai memasok produk untuk tokonya dari pelaku UMKM yang tersebar di Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, hingga Sumbawa.
Desa hingga provinsi
Tidak hanya pelaku usaha, desa wisata di Lombok juga siap menyambut WSBK. Direktur Desa Wisata Hijau Bilebante, Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah, Fahrul Azim, mengatakan, selain destinasi dan fasilitasnya, termasuk homestay, mereka juga meningkatkan kualitas pelayanan. Juga memperkuat produk-produk UMKM dan membangun kerja sama dengan semua pihak.
Baca juga: Tiket Superbike Mandalika Berlaku Tiga Hari
Bilebante menyediakan 20 kamar homestay yang selalu siap digunakan, termasuk destinasi seperti Pasar Pancingan dengan kuliner tradisional Lombok, paket jelajah sepeda, kebun herbal, spa, lengkap dengan produk jamu, dodol rumput laut, hingga aneka keripik lokal.
”Kami menargetkan, selama event WSBK, ada 1.000 wisatawan bisa datang ke Bilebante. Pergerakan uangnya harapannya bisa mencapai Rp 300 juta hingga Rp 500 juta,” kata Fahrul.
Fahrul berharap, gelaran WBSK dan selanjutnya MotoGP pada Maret 2022 benar-benar mampu menggerakkan ekonomi masyarakat Lombok dan Indonesia. ”Dengan begitu, kita tidak hanya jadi penonton di negeri sendiri,” katanya.
Selanjutnya, ia berharap para pelaku desa wisata diberikan kesempatan yang sama dalam promosi, fasilitas, dan akses ke Mandalika. ”Rasanya akan sulit kalau tidak ada intervensi dari pemerintah ke desa wisata dalam gelaran WSBK hingga MotoGP. Terutama untuk produk UMKM dan paket-paket desa wisata,” kata Fahrul.
Lihat juga: Minggu Pagi di Pantai Kuta Mandalika
Pelaku usaha pariwisata lain, seperti hotel, juga berharap WSBK bisa berdampak. Sejauh ini, hotel menjadi salah satu usaha yang terlihat sudah merasakan dampak gelaran WSBK.
Hotel Manager Puri Rinjani Bungalows di Mandalika Descha Vyana mengatakan, setelah drop pada Juli hingga Agustus lalu, okupansi kamar mulai meningkat pada September hingga Oktober ini. Sementara untuk gelaran WSBK, seluruh kamar sudah penuh.
”Tentu kami berharap dampaknya tidak hanya saat ajang berlangsung, tetapi setelahnya. Jangan sampai setelah selesai, hotel kembali sepi,” kata Descha.
Baca juga: Mandalika, Logistik Grand Prix, dan Konektivitas
Dempak (55), warga pemilik Join Homestay di Mandalika, mengatakan, empat kamar di tempatnya telah dipesan selama sembilan hari untuk ajang WSBK. Saat ini, ia juga mulai memperbaiki restoran yang selama ini ditutup karena pandemi. Ia berharap, keduanya bisa menghasilkan pundi-pundi saat WSBK nanti.
Sementara bagi usaha perjalanan wisata, dampak WSBK mungkin belum akan terasa. Pemilik Tukang Holiday, Munawir Gazali, mengatakan, skema tiket saat masih dijual agen resmi dan tidak ada untuk agen perjalanan wisata.
”Kalau agen bisa jual, tentu bisa dikombinasikan dengan paket perjalanan wisata. Tetapi sekarang belum bisa. Karena itu, pada gelaran WSBK, kami paling bisa menyediakan transportasi. Itu pun sulit karena agen tiket resmi juga menyedikan transportasi,” kata Munawir.
Tidak hanya pelaku usaha pariwisata, pemerintah daerah juga menaruh harapan besar dari ajang internasional di Mandalika. Gubernur NTB Zulkieflimansyah berharap WSBK, termasuk MotoGP di Mandalika, akan menggairahkan kembali tidak hanya pariwisata, tetapi juga ekonomi secara keseluruhan. Tidak hanya di NTB, tetapi Indonesia.
Baca juga: KEK Mandalika Bakal Sajikan Konsep ”Sportainment”
Menurut Zulkieflimansyah, perhelatan akbar itu harus disuksekan. Apalagi menjadi etalase bagi NTB baik secara nasional maupun di tingkat komunitas internasional.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Yusron Hadi mengatakan, WSBK selain mampu mem-branding Lombok-Sumbawa sebagai kawasan sport tourism yang penting di Indonesia, juga bisa mendorong kemajuan destinasi lainnya dan ekonomi kreatif di NTB.
Menurut dia, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya tentu bersama-sama menyiapkan gelaran WSBK supaya bermanfaat bagi masyarakat NTB.
”Persiapan itu baik itu penginapan, memfasilitasi keterlibatan produk-produk UMKM, pengaturan transportasi, hingga akses masyasarakat agar bisa menyaksikan langsung gelaran tersebut. Termasuk vaksinasi yang sekarang sudah mencapai di atas 70 persen,” kata Yusron.
Direktur Utama ITDC Abdulbar M Mansoer juga optimistis WSBK akan mempercepat pemulihan pariwisata sekaligus memberi efek berganda yang besar bagi Indonesia, NTB, khususnya masyarakat di lingkar kawasan The Mandalika.
”Berdasarkan hitungan kami, ajang balap motor di Mandalika akan mampu meningkatkan country branding Indonesia sebagai destinasi sport tourism, meningkatkan kunjungan wisatawan, dan memberikan potensi ekonomi sebesar Rp 500 miliar per tahun,” kata Abdulbar.
Optimisme terhadap ajang WSBK di Mandalika semakin terbangun. Namun, sebagai ajang baru bagi NTB, WSBK tentu tidak akan langsung bisa berdampak dan memenuhi harapan semua pihak. Perlu waktu dan keinginan bersama untuk menyempurnakannya.