Pembinaan Atlet Berjenjang, Kunci Jawa Barat Pertahankan Juara Umum PON
Kontingen Jawa Barat menjadi juara umum PON Papua 2021. Capaian ini sekaligus mempertahankan gelar juara pada PON 2016 sebagai tuan rumah. Pembinaan berjenjang mulai dari usia dini menjadi kunci prestasi tersebut.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kontingen Jawa Barat menjadi juara umum Pekan Olahraga Nasional Papua 2021. Capaian ini sekaligus mempertahankan gelar juara pada PON 2016 saat menjadi tuan rumah. Pembinaan berjenjang mulai dari usia dini di tingkat pelajar menjadi kunci kesuksesan tersebut.
Hingga Kamis (14/10/2021) malam, Jabar telah meraih 130 medali emas, 103 perak, dan 114 perunggu. Perolehan tersebut mengungguli Jawa Timur di posisi kedua dengan 110 emas, 89 perak, dan 86 perunggu serta DKI Jakarta di tempat ketiga dengan 107 emas, 91 perak, dan 97 perunggu.
”Jika hasilnya kami juara umum, ini penantian 70 tahun, di mana Jabar kembali juara umum berturut-turut sejak 1951-1953,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil lewat keterangan tertulis kepada Kompas, Kamis malam.
Emil, sapaan Ridwan Kamil, mengatakan, prestasi itu lahir dari pola pembinaan atlet dan kejuaraan secara berjenjang yang dimulai sejak dini. Anak-anak yang berbakat di bidang olahraga dimasukkan ke Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP). Di sana mereka akan dilatih untuk mengasah bakatnya.
”Jabar mempunyai PPLP yang membina atlet dari 13 cabang olahraga. Pemerintah kabupaten/kota juga memiliki PPLP di daerah masing-masing,” katanya.
Ia mencontohkan lifter asal Jabar peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo, Windy Cantika, juga jebolan PPLP Jabar. Atlet berusia 19 tahun itu meraih medali emas pada PON Papua.
Dalam menghadapi PON Papua, Jabar menggelar pelatihan daerah (pelatda) sejak 2019. Di tengah pandemi Covid-19, atlet terus berlatih dengan menerapkan protokol kesehatan agar kemampuannya tetap terasah.
Emil menyebutkan, pihaknya akan memberikan apresiasi kepada atlet peraih medali beserta pelatih dan manajer. Namun, ia tidak menyebutkan bentuk apresiasi dan besaran bonus yang akan diberikan.
Prestasi itu lahir dari pola pembinaan atlet dan kejuaraan secara berjenjang yang dimulai sejak dini. Anak-anak yang berbakat di bidang olahraga dimasukkan ke Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP). Di sana mereka akan dilatih untuk mengasah bakatnya.
”Kami juga sangat peduli pada masa depan atlet, salah satunya melalui pemberian beasiswa kepada atlet berprestasi agar dapat meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi,” ujarnya.
Emil menambahkan, pihaknya sedang menyusun rencana induk pembangunan keolahragaan daerah agar pembinaan atlet lebih terarah dan terukur. Rancangan rencana itu akan berkolaborasi dengan pemerintah kabupaten/kota.
”Atlet-atlet yang masih muda diharapkan mulai menunjukkan hasil maksimal di PON XXI 2024 Aceh-Sumut dan dapat membuat Jabar hattrick juara umum,” ucapnya.
Sekretaris Daerah Jabar yang juga Chief de Mission Kontingen PON Jabar Setiawan Wangsaatmaja mengapreasi perjuangan para atlet yang tampil maksimal dan mengharumkan nama daerah. Menurut dia, atlet menjadi penyemangat warga sekaligus pahlawan daerah karena menorehkan prestasi terbaik saat pandemi.
”Ini adalah hasil dari keteguhan, kedisiplinan, dan kerja keras para atlet. Mereka telah dipersiapkan dan diandalkan. Kemampuan sudah baik dan harus terus ditingkatkan,” ujarnya.
Atlet pulang dengan bus umum
Atlet asal Jabar peraih medali emas cabang olahraga selam pada PON Papua, Dhea Nazhira Nuramalina, pulang menggunakan bus umum dari Bandung ke Ciamis, Selasa (12/10). Emil menyebutkan, hal itu merupakan pilihan Dhea karena tidak ingin kepulangannya disambut dengan meriah.
”Ia tidak mau kepulangannya diramaikan oleh pemerintah setempat sehingga memilih pulang naik kendaraan umum ketimbang yang disediakan panitia. Namun, semua ini sudah dievaluasi kepada KONI provinsi dan kabupaten/kota agar berkoordinasi dengan lebih matang sehingga tidak menjadi salah prasangka,” katanya.
Setiawan menambahkan, semua atlet, pelatih, dan ofisial mendapatkan akomodasi, mulai dari pemberangkatan, gelaran, sampai kepulangan. Tidak hanya dari Jayapura ke Bandung, tetapi juga ke daerah asal masing-masing. Meski begitu, atlet tetap diberi kebebasan memilih proses kepulangannya.
”Awalnya, Dhea akan pulang ke Ciamis dengan pamannya dari Bandung. Ternyata tidak jadi. Dhea kemudian memutuskan pulang dengan bus bersama ibunya,” ucapnya.