Banjir di Kalteng Mulai Surut, Warga Diminta Tetap Waspada
Banjir di Kalimantan Tengah memang sudah surut, tetapi musim hujan baru akan dimulai pada pertengahan Oktober. Pemerintah Kalteng pun mengingatkan warga untuk tetap waspada.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Kalimantan Tengah sudah mulai surut di 11 kabupaten dan kota yang sebelumnya terendam selama lebih kurang satu bulan. Meskipun demikian, masyarakat diminta untuk tetap waspada karena awal musim hujan akan dimulai lagi pada pertengahan Oktober.
Banjir melanda Kalteng sejak pertengahan Agustus lalu. Wilayah yang terendam pertama adalah wilayah Kabupaten Katingan dan menjadi salah satu wilayah yang terdampak paling parah. Banjir kemudian melanda di 10 kabupaten dan kota lainnya.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng, secara total banjir merendam 482 desa dan kelurahan yang berdampak ke 74.163 keluarga atau 211.649 orang. Selain itu, banjir juga membuat 1.164 orang mengungsi dan merendam 42.169 bangunan rumah juga fasilitas publik lainnya.
Dua wilayah, yakni Kabupaten Gunung Mas dan Barito Timur, sampai saat ini masih dalam status tanggap darurat banjir meski kondisi banjir sudah surut. Status tersebut masih berlaku sampai akhir bulan September
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBPK Erlin Hardi mengungkapkan, secara umum banjir sudah surut seiring dengan intensitas hujan yang juga menurun. Selama ini, banjir tahunan terjadi karena instensitas hujan yang tinggi sehingga membuat sungai tak mampu menanggung beban debit air serta menumpahkannya ke permukiman dan jalan-jalan di sekitar sungai.
”Saat ini memang sudah surut, tetapi potensi intensitas kembali tinggi bisa terjadi, bisa juga tidak. Semua berharap yang terbaik, semoga tidak apalagi lagi pandemi begini, kasian masyarakat,” kata Erlin di Palangkaraya, Senin (27/9/2021).
Erlin menjelaskan, untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap cuaca ekstrem. Pihaknya juga berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di 14 kabupaten/kota untuk siap dan sigap jika debit air kembali meningkat.
”Kami minta BPBD cepat tanggap jika terjadi banjir susulan untuk membantu warga, baik dari sisi evakuasi, logistik, pelayanan kesehatan, maupun pengungsian,” kata Erlin.
Prakirawan Stasiun Meteorologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Palangkaraya Reiananta menjelaskan, dalam beberapa hari ke depan cuaca di Kalteng pada umumnya berawan hingga hujan ringan. Namun, tetap berpotensi hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang. Hal itu bakal terjadi di sebagian besar wilayah Kalteng.
”Masih sesuai dengan prediksi awal kami, pada Oktober dasarian kedua musim hujan akan dimulai di Kalteng,” kata Reinananta.
Pemulihan lingkungan yang rusak harus segera dimulai sehingga bisa mengembalikan sedikit daya dukung alam (Dimas Novian Hartono).
Di Kabupaten Barito Timur, Antonius (45), warga Tamiang Layang, mengungkapkan, beberapa ruas jalan di sekitar Sungai Bambulung masih terendam banjir dari luapan Sungai Bambulung. Meskipun demikian, sebagian besar rumah warga sudah tidak terendam.
”Masih ada satu-dua rumah yang terendam, tetapi tidak sampai tenggelam, tingginya hanya sekitar 15-20 sentimeter dari lantai rumah. Namun, sebagian besar air sudah tidak masuk rumah,” kata Antonius.
Daya dukung
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalteng Dimas Novian Hartono mengungkapkan, pemerintah perlu segera melihat penyebab lain dari banjir, yakni daya dukung dan daya tahan lingkungan. Kondisi banyak sungai di Kalteng saat ini tidak normal, terjadi pendangkalan, tercemar, dan dampak lainnya akibat aktivitas legal ataupun ilegal.
”Cuaca ekstrem itu hanya pemicu, jadi bukan satu-satunya penyebab banjir. Deforestasi, alih fungsi lahan, dan pertambangan legal ataupun ilegal merupakan masalah utamanya,” ungkap Dimas.
Dimas mengatakan, perlu ada evaluasi perizinan, penegakan hukum, dan pemulihan kerusakan lingkungan, khususnya sungai dan wilayah hulu sungai di Kalteng. Pemulihan lingkungan yang rusak harus segera dimulai sehingga bisa mengembalikan sedikit daya dukung alam.
”Memberikan bantuan dan distribusi logistik itu memang penting saat banjir terjadi, tetapi memperbaiki lingkungan lebih penting lagi,” katanya.