Banjir di Palangkaraya Tak Kunjung Surut, Warga Mengungsi
Palangkaraya saat ini direndam banjir. Setidaknya 17 kelurahan terendam akibat luapan Sungai Kahayan di ibu kota Kalimantan Tengah tersebut.
Oleh
DIONISIUS REYNADO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, belum juga surut sehingga memaksa setidaknya 30 warga mengungsi ke posko darurat yang disediakan pemerintah. Banjir itu akibat meluapnya Sungai Kahayan.
Banjir di Palangkaraya sudah terjadi lebih kurang satu minggu. Banjir sempat surut, tetapi kembali meninggi lantaran intensitas hujan yang tinggi. Beberapa wilayah yang kebanjiran, antara lain, Kecamatan Pahandut, Jekan Raya, Sebangau, dan Bukit Batu.
Salah satu wilayah yang terdampak paling parah adalah Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut. Wilayah tersebut merupakan permukiman pinggir sungai yang hampir setiap tahun terdampak banjir saat air sungai naik.
Camat Pahandut Berlianto, Selasa (21/9/2021), menjelaskan, ketinggian air maksimal mencapai 70 sentimeter. Pihaknya pun mengevakuasi setidaknya 30 warga ke posko darurat untuk mengungsi. Mereka berasal dari Gang Simponi, Jalan S Parman, Kelurahan Langkai. Lokasi pengungsian adalah gedung SDN 1 Langkai.
”Air dalam beberapa hari ini mulai meninggi, makanya kami ambil tindakan untuk mengevakuasi warga yang terdampak paling parah. Mereka merupakan kelompok lanjut usia dan anak-anak,” kata Berlianto.
Berlianto menambahkan, posko darurat disiapkan dengan beragam fasilitas untuk 50 orang. Posko tersebut menggunakan tiga ruangan kelas SDN 1 Langkai. Di dalamnya disediakan 18 buah velbed, ambal, selimut, tikar, dan tempat mencuci tangan.
Selain itu, pihaknya juga menyediakan toilet dan kamar mandi portable untuk para pengungsi. ”Kami juga menyiapkan dapur umum untuk para pengungsi yang kebutuhan pokoknya kami suplai juga,” kata Berlianto.
Berlianto mengungkapkan, jika banjir kian parah, pemerintah bakal menambah posko darurat. Sampai saat ini belum ada warga yang mengungsi lagi meski air terus meninggi. ”Kami bersama tim gabungan selalu memantau dan mengawasi tinggi muka air agar bisa diambil tindakan cepat,” ungkapnya.
Hartini (59), warga Langkai, mengungkapkan, dirinya selama tinggal di kompleks Flamboyan tidak pernah mengungsi karena banjir. Menurut dia, banjir kali ini cukup buruk karena air cepat naik. ”Padahal, sudah sempat surut, kami sudah bersih-bersih, tetapi (banjir) datang lagi,” ucapnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangkaraya Emi Abriyani menjelaskan, kenaikan air di Palangkaraya terjadi sejak dua hari yang lalu setelah sempat surut. Banjir melanda hampir di seluruh wilayah permukiman pinggir sungai.
Berdasarkan data dari BPBD Kota Palangkaraya menunjukkan banjir melanda di 17 kelurahan di empat kecamatan. Dari 17 kelurahan itu, tiga kelurahan terdampak paling parah, yakni Langkai, Bereng Bengkel, dan Petuk Ketimpun. Lebih kurang 9.000 orang terdampak banjir.
”Kami keliling ke beberapa kelurahan yang aksesnya tertutup untuk memberikan pelayanan kesehatan. Sebagian besar warga terdampak saat ini terkena penyakit gatal-gatal,” kata Emi.
Palangkaraya merupakan satu dari 11 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah yang terendam banjir beberapa waktu terakhir. Saat ini, banjir di sebagian besar wilayah lainnya sudah mulai surut.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng, banjir yang melanda di 11 kabupaten/kota itu mencakup 23 kecamatan dan 123 kelurahan/desa. Sementara itu, jumlah orang yang terdampak banjir 12.006 keluarga atau 17.759 jiwa.
”Sebagian besar (banjir) sudah mulai surut, tetapi masih waspada. Masih ada tiga wilayah yang status tanggap daruratnya belum dicabut meski banjir surut, seperti di Katingan, Kotawaringin Timur, dan Palangkaraya,” kata Pelaksana Tugas Kepala BPBPK Erlin Hardi.