Banjir di Kalteng Meluas, 11 Kabupaten/Kota Terendam
Banjir di Kalteng terus meluas dengan saat ini melanda 11 kabupaten/kota.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Kalimantan Tengah terus meluas, bahkan memburuk. Kini setidaknya 11 dari 14 kabupaten/kota di provinsi itu terendam banjir. Pemerintah mengimbau masyarakat, khususnya di bagian hilir sungai, akan potensi banjir yang lebih besar.
Sebelumnya, banjir melanda tujuh kabupaten di Kalimantan Tengah selama lebih kurang dua minggu. Wilayah yang terendam banjir adalah Kabupaten Katingan, Kotawaringin Timur, Seruyan, Gunung Mas, Pulang Pisau, Lamandau, dan Kotawaringin Barat. Kini terdapat empat kabupaten/kota baru yang wilayahnya mulai terendam banjir, yakni Barito Utara, Kota Palangkaraya, Murung Raya, dan Sukamara.
Dari pantauan Kompas, Senin (6/9/2021), Kota Palangkaraya yang terus diguyur hujan selama tiga hari mulai digenangi air akibat luapan kanal atau saluran pembuangan. Meski begitu, air tidak sampai menggenangi permukiman warga. Saat ini, di beberapa lokasi, pemerintah sedang memperbaiki saluran pembuangan di pinggir-pinggir jalan.
Data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng menunjukkan banjir melanda di 23 kecamatan, 123 kelurahan/desa, dengan jumlah 12.006 keluarga atau 17.759 orang terdampak. Saat ini 109 keluarga mengungsi ke posko-posko darurat yang disiapkan pemerintah kecamatan.
Walakin, data tersebut masih data sementara yang dihimpun petugas di lapangan karena keterbatasan akses ke lokasi. Kabupaten Katingan mejadi wilayah yang terendam banjir paling parah. Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBPK Kalteng Erlin Hardi menjelaskan, setidaknya terdapat 13 kecamatan dengan 67 desa terendam banjir di daerah itu.
Ketinggian banjir mulai 40 sentimeter hingga 2 meter. Terdapat 16.130 orang yang terdampak banjir, termasuk ribuan rumah, sekolah, gereja, masjid, dan bangunan publik lainnya.
”Kami khawatirkan itu bagian hilir. Saat ini sebagian besar banjir masih di wilayah hulu. Di hilir itu akan jauh lebih parah karena pertemuan dengan banjir pasang surut,” ungkap Erlin.
Erlin menjelaskan, banjir di Kalimantan Tengah disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi. Meskipun demikian, banjir kali ini jauh lebih lama dan lebih parah karena cuaca ekstrem. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palangkaraya, tetapi prediksi cukup berbeda dengan situasi di lapangan.
”Dari prediksi itu masih ada wilayah yang bahkan menghadapi kemarau dan potensi kebakaran, tetapi di lapangan yang terjadi itu cuaca ekstrem, hujan dengan intensitas tinggi,” ungkap Erlin.
Erlin menjelaskan, saat ini beberapa wilayah di hulu yang digenangi banjir sudah mulai surut. Namun, banjir mulai beralih ke arah hilir sungai. Di Kabupaten Katingan, tiga kecamatan yang baru terendam berada di hilir dua daerah aliran sungai (DAS), yakni DAS Samba dan DAS Katingan. ”Potensi banjir bakalan lebih besar di hilir. Kami terus koordinasi untuk waspada,” ujarnya.
Pada Senin pagi, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran memantau banjir di Bukit Rawi, Kabupaten Pulang Pisau. Di titik itu, Jalan Trans-Kalimantan yang menghubungkan dua provinsi terendam banjir lebih kurang sepanjang delapan kilometer. Kemacetan pun tak terhindarkan.
Saya tidak mau mendengar ada keterlambatan pemerintah dalam penanganan bencana.
Sugianto menjelaskan, pihaknya saat ini sedang menyalurkan bantuan ke lokasi-lokasi banjir terparah, seperti di Katingan dan Kotawaringin Timur. Ia juga meminta kepala daerah untuk datang langsung menemui korban banjir.
”Saya tidak mau mendengar ada keterlambatan pemerintah dalam penanganan bencana, penyaluran bantuan, khususnya bencana alam yang sedang dihadapi saat ini,” kata Sugianto.
Bantuan tahap pertama, lanjut Sugianto, dimulai dari Kabupaten Kotawaringin Timur yang disalurkan ke tiga kecamatan, yakni Kota Besi, Mentaya Hulu, dan Antang Kalang. Total keseluruhan bantuan sebanyak 3.000 paket berisi bahan kebutuhan pokok dan obat-obatan.
Prakirawan Stasiun Meteorologi BMKG Palangkaraya, Ika Priti Widiastuti, menjelaskan, BMKG memprediksi awal musim hujan terjadi pada periode September hingga Oktober. Namun, di beberapa wilayah Kalteng saat ini terpantau hujan dengan intensitas sedang sampai lebat.
”Intensitas hujan yang tinggi disebabkan oleh kejadian alam akibat aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), sebuah fenomena alam yang menyebabkan kondisi cuaca yang labil,” ungkap Ika.
Ika menjelaskan, MJO menyebabkan curah hujan meningkat didukung dengan adanya belokan angin serta udara yang labil. Dari analisis itu, menurut dia dalam satu minggu ke depan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat bakal terus terjadi di seluruh wilayah Kalteng.