Dua Kabupaten di Kalteng Masih Terendam Banjir, Tanggap Darurat Diperpanjang
Banjir di Kalteng terjadi lebih dari satu bulan dan kini perlahan surut. Dari 11 kabupaten/kota, kini tersisa dua kabupaten yang masih direndam banjir. Status Tanggap Darurat pun diperpanjang.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Kalimantan Tengah perlahan surut. Meskipun demikian, setidaknya terdapat dua kabupaten yang masih terendam banjir karena intensitas hujan yang tinggi. Kondisi itu menyebabkan air sungai meluap hingga ke permukiman.
Dua kabupaten tersebut adalah Gunung Mas dan Barito Timur. Dari data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng, di Gunung Mas setidaknya terdapat 3.642 rumah terendam banjir. Adapun di Barito Timur terdapat empat kecamatan yang terendam, tetapi pihak BPBPK masih melakukan pendataan warga yang terdampak.
”Dari kejadian banjir di dua kabupaten itu, tidak ada yang mengungsi. Sampai saat ini juga tidak ada korban jiwa karena banjir, sedangkan kerugian materiil masih dihitung,” kata Kepala Subbidang Kedaruratan BPBPK Provinsi Kalteng Alpius Patanan, di Palangkaraya, Minggu (26/9/2021).
Sebelumnya, banjir melanda 11 kabupaten dan kota di Kalteng. Kini banjir tersebut mulai surut karena intensitas hujan di beberapa tempat berkurang. Banjir itu membuat tujuh kabupaten dan kota menetapkan status tanggap darurat. Namun, kini tersisa tiga kabupaten saja yang memperpanjang status tanggap darurat, yakni Katingan, Gunung Mas, dan Barito Timur.
Alpius menyampaikan, intensitas hujan di beberapa tempat kembali menyebabkan air sungai naik. ”Sebenarnya (banjir) sudah surut, tetapi hujan semalam saja di daerah Gunung Mas dan Barito Timur, meluap lagi airnya meski tidak separah seperti banjir-banjir awal,” katanya.
Karena kondisi tersebut, Alpius menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Gunung Mas memperpanjang status tanggap darurat yang seharusnya selesai pada 16 September menjadi hingga 30 September.
Sementara di Barito Timur, banjir masih merendam ratusan rumah di permukiman sekitar Sungai Bambulung. Air meluap hingga ke jalan. Antonius (45), warga Tamiang Layang, mengatakan, ”Banjirnya naik-turun, tetapi rumah-rumah tidak sampai tenggelam. Airnya sampai menutup jalan-jalan di desa-desa di situ, padahal jalannya cukup tinggi.”
Prakirawan Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Palangkaraya, Alfandy, menjelaskan, saat ini wilayah Kalimantan Tengah sedang dilanda peralihan musim sehingga menimbulkan berbagai cuaca ekstrem. Musim hujan diperkirakan baru dimulai pada dasarian kedua Oktober.
”Secara umum, fenomena La Nina menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat apabila disertai dengan menghangatnya suhu permukaan laut. Namun, kondisi itu masih dipengaruhi keadaan lain, seperti angin dan tekanannya,” kata Alfandy.
Alfandy mengungkapkan, untuk saat ini, fenomena La Nina masih berada pada indeks normal. ”Ini peralihan dari musim kemarau ke hujan, hanya saja kemaraunya dipengaruhi La Nina. Nanti setelah Oktober, dasarian kedua itu akan full musim hujan,” ucapnya.
Banjir sudah melanda Kalimantan Tengah sejak awal September. Setidaknya lebih dari 40 persen wilayah di Kalteng yang luasnya mencapai 15,3 juta hektar ini direndam banjir dengan ketinggian beragam.
Dari data BPBPK Provinsi Kalteng, selama sebulan lebih terdapat 482 desa dan kelurahan direndam banjir dengan jumlah 74.163 keluarga yang terdampak atau sebanyak 211.649 jiwa. Sebanyak 1.164 orang pun sempat mengungsi. Setidaknya terdapat 42.169 bangunan rumah dan fasilitas publik lain ikut terendam banjir.