Tiga Desa Penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat Terima Imbal Jasa
Masyarakat aktif menjaga hutannya sehingga membawa dampak positif pada lingkungan mereka dan keseluruhan ekosistem penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Tiga desa penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat di Jambi menerima imbal jasa lingkungan masing-masing Rp 50 juta atas perjuangan nyata menjaga hutan dari berbagai ancaman kerusakan. Dana imbal jasa itu bentuk dukungan bagi masyarakat untuk membangun desanya sekaligus merawat hutan berkelanjutan.
Ketiga desa itu terletak persis berbatasan dengan taman nasional. Dalam kesehariannya, masyarakat membangun desa tanpa eksploitasi. Pembangunan berjalan selaras dengan upaya konservasi hutan. Masyarakat juga hidup berdampingan dengan satwa-satwa dilindungi dalam habitatnya di hutan itu.
”Masyarakat telah aktif menjaga hutannya sehingga membawa dampak positif pada lingkungan sekitar tempat tinggal mereka dan keseluruhan ekosistem di sana,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Pratono Puroso, seusai menyerahkan dana imbal jasa di Bangko, Rabu (8/9/2021).
Dana Rp 50 juta per desa diberikan bagi Desa Air Liki dan Desa Air Liki Baru di Kecamatan Tabir Barat, Kabupaten Merangin, serta Desa Raden Anom di Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun. Imbal jasa itu juga merupakan kerja sama antara balai taman nasional dan mitranya, Fauna and Flora International Indonesia lewat Program Kerinci Seblat Lanskap dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Limau Unit VII. Tujuan kerja sama untuk mengembangkan upaya konservasi berbasis masyarakat desa. Pada ketiga desa telah dibangun skema perhutanan sosial.
Pratono melanjutkan, dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk banyak hal, terutama usaha produktif yang makin meningkatkan kesejahteraan di desa.
Kepala Desa Air Liki Baru, Husni Syadri, mengatakan, kondisi desanya berada di pedalaman dan sulit diakses kendaraan karena medan tempuh yang berat menuju desa. Namun, ikatan masyarakat dan hutannya sangat kuat. Masyarakat sadar dengan menjaga kelestarian ekosistem, mereka akan terhindar dari bencana.
Program Manager Kerinci Seblat FFI Indonesia Program, Abdul Hadison, menambahkan, masyarakat di kawasan penyangga taman nasional berperan penting sebagai benteng. Sebab, kawasan taman seluas 1,4 juta hektar itu merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan satwa penting.
Kawasan itu merupakan ruang hidup bagi harimau sumatera, gajah sumatera, kelinci sumatera, dan tapir asia. Ada pula padma raksasa Rafflesia arnoldii dan cemara sumatera (Taxus sumatrana). Keragaman hayati itulah yang memerlukan dukungan warga sekitar hutan untuk turut menjaga dari ancaman kepunahan.
TNKS merupakan salah satu dari tiga taman nasional yang masuk dalam Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (TRHS) sejak 2004 bersama dengan Taman Nasional Leuser dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Ketiga kawasan tersebut menjadi bagian dari Warisan Alam Dunia, selain Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo, dan Taman Nasional Lorentz.
Selain di Air Liki, gerakan menjaga penyangga TNKS juga dilakukan enam desa di Kabupaten Merangin. Penyelamatan lingkungan dilakukan lewat pemulihan lahan pertanian yang sudah ditinggalkan karena tandus. Gerakan itu berlangsung di Desa Muara Madras, Renah Alai, Renah Pelaan, Pulau Tengah, Koto Renah, dan Koto Rawang, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin.
Gerakan serupa berlangsung juga turun-temurun dilakukan masyarakat adat Serampas yang terletak persis di jantung TNKS. Upaya mereka merawat hutannya bahkan menuai penghargaan Kalpataru pada 2019.
Perambahan liar bagaikan momok dalam upaya pelestarian hutan Sumatera yang tersisa. Di pinggiran taman, perambahan liar membuka kawasan itu untuk perkebunan kopi, kentang, dan kol, hingga sawit. Sampai-sampai pernah tersematkan istilah TNKS sebagai ”taman nasional kentang segar” atau ”taman nasional kol semua”. Itu karena pinggiran taman nasional yang digerogoti pertanian kol dan kentang.
Karena itulah, upaya pelestarian mendesak dilakukan untuk menjaga kawasan itu sebagai warisan alam dunia. Salah satunya lewat peran serta masyarakat setempat. Konsep imbal jasa menghadirkan semangat ekstra bagi warga desa.