Sejumlah sekolah di pantura Jateng mulai menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Di Kota Pekalongan dan Batang, sejumlah siswa diizinkan sekolah tanpa seragam karena orangtua belum mampu membelikan seragam baru.
Oleh
KRISTI D UTAMI
·4 menit baca
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Suasana Kelas 1 di SD Negeri Simbangdesa 01 di Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, pada hari pertama pembelajaran tatap muka, Selasa (9/3/2021).
Hari pertama pembelajaran tatap muka di sejumlah sekolah di wilayah pantura barat Jawa Tengah, Senin (6/9/2021), ada pemandangan berbeda. Para pelajar yang biasanya wajib berseragam ke sekolah pada hari itu dibebaskan tak memakai seragam. Banyak siswa yang orangtuanya tidak mampu membelikan seragam.
Di Kabupaten Batang, pemandangan itu di antaranya tampak di SMK Negeri 1 Batang. Hari itu siswa yang berseragam bisa dihitung jari. Para pelajar yang sebagian besar siswa kelas X itu memakai pakaian, seperti kemeja batik dan rok gelap, kemeja kotak-kotak dan celana gelap, atau kemeja batik dan celana jins gelap.
Kami masih menoleransi siswa-siswa yang tidak bisa memakai seragam karena berbagai persoalan. (Farita)
Meski tak memakai seragam putih abu-abu, Fadiatuniah, pelajar Kelas X SMKN 1 Batang, tetap semangat ke sekolah. Siswa yang diterima sejak Juni lalu itu tak pernah membayangkan pergi ke sekolah tanpa seragam putih dan abu-abu, khas pelajar tingkat menengah atas.
”Ini seragamnya belum beli, akhirnya pakai pakaian bebas. Padahal, dalam benak saya, yang namanya sekolah itu pakai seragam,” ujarnya, tertawa kecil.
Proses pembelajaran tatap muka hari pertama di SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah, Senin (6/9/2021). Sebagian pelajar tidak memakai seragam karena seragam lama mereka sudah kekecilan atau orangtua mereka belum membelikan seragam.
Fadiatuniah mengatakan, orangtuanya yang buruh belum punya cukup uang untuk membelikan seragam. Adapun harga sepasang seragam putih dan abu-abu Rp 100.000 hingga Rp 120.000.
Meski belum bisa memakai seragam, Fadiatuniah tetap antusias menyambut hari pertama belajar di sekolah. Menurut dia, yang terpenting saat ini adalah bisa belajar di sekolah. Soal seragam, baru akan ia tanyakan kepada orangtuanya di kemudian hari. Sebab, sekolahnya juga masih memberi kelonggaran bagi siswa kelas X yang belum bisa membeli seragam.
”Yang paling penting menurut saya adalah bagaimana nanti ke depannya bisa pembelajaran tatap muka seterusnya. Soalnya, ada beberapa materi pelajaran yang susah dipahami kalau dijelaskan secara daring, misalnya tentang aplikasi pengolahan angka,” kata Fadiatuniah.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Siswa berdiri di depan kelasnya di SD Negeri Simbangdesa 01, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, pada hari pertama pembelajaran tatap muka, Selasa (9/3/2021).
Tak hanya terjadi di Kabupaten Batang, di sejumlah sekolah di Kota Pekalongan, sejumlah pelajar juga diizinkan tidak memakai seragam ke sekolah. Dahayu (11), pelajar Sekolah Dasar Negeri 06 Keputran, Kecamatan Pekalongan Timur, misalnya. Siswa kelas VI itu terpaksa tak berseragam putih merah lantaran sudah kekecilan. Pada hari pertamanya sekolah tatap muka, ia mengenakan kemeja batik coklat lengan panjang, rok hitam panjang, dan jilbab hijau muda yang sewarna dengan maskernya.
Selama duduk di bangku kelas VI, Dahayu belum pernah menjalani pembelajaran tatap muka. Meski ada perasaan kecewa lantaran seragamnya kekecilan, ia tetap antusias berangkat sekolah. Ia tak sabar ingin berjumpa dengan teman-teman dan gurunya.
”Kalau belajar di sekolah, diawasi secara langsung oleh guru jadi bisa lebih fokus. Kalau belajar di rumah, tidak ada yang mengawasi jadinya saya sering mengantuk,” ujar Dahayu.
DOK HUMAS PEMKAB BATANG
Suasana pembelajaran tatap muka hari pertama di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (6/9/2021). Sebgaian pelajar tidak memakai seragam karena seragam lama mereka sudah kekecilan atau orang tua mereka belum sempat membelikan seragam.
Tanggapan sekolah
Sejumlah sekolah membebaskan siswanya untuk mengikuti pembelajaran tatap muka tanpa seragam karena berbagai pertimbangan. Di SD Negeri 06 Keputran, misalnya, banyak orangtua yang melaporkan seragam anak mereka sudah tidak muat atau tidak layak pakai. Di saat yang sama, orangtua terkendala membeli seragam baru lantaran menurunnya pendapatan selama pandemi.
”Kami masih menoleransi siswa-siswa yang tidak bisa memakai seragam karena berbagai persoalan. Yang terpenting, siswa menggunakan pakaian yang rapi, sopan, tetap memakai sepatu bukan sandal, dan harus selalu memakai masker tentunya,” kata Kepala SD Negeri 06 Keputran Farita.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Seorang anak mencoba seragam di toko seragam Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (11/7/2020). Harga baju seragam siswa SD naik dari Rp 30.000 per potong menjadi Rp 35.000. Rok atau celana seragam SD naik dari Rp 75.000 per potong menjadi Rp 78.000.
Kebijakan yang sama juga diberlakukan oleh SMKN 1 Batang. Sekolah tersebut membebaskan siswanya, khususnya siswa kelas X, untuk tidak memakai seragam saat mengikuti pembelajaran tatap muka.
”Khusus untuk siswa kelas X kami bebaskan dulu karena mayoritas mereka belum punya seragam. Namun, untuk siswa kelas XI dan XII, kami minta supaya diupayakan tetap memakai seragam karena mereka sudah punya seragam,” tutur Wakil Kepala Bidang Kurikulum SMK Negeri 1 Batang Dwi Sudaryanto.
Pembelajaran tatap muka terbatas yang digelar di Kota Pekalongan dan Kabupaten Batang diklaim berjalan dengan protokol kesehatan ketat. Jumlah siswa dibatasi 30-50 persen dari kapasitas kelas untuk menjaga jarak.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Orangtua menunggu anaknya mencoba seragam yang akan dibeli toko seragam di Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (11/7/2020).
Selama di sekolah, siswa dan guru diwajibkan memakai masker dan menjaga jarak. Sebelum masuk ke lingkungan sekolah, setiap orang akan diperiksa suhu tubuhnya dan diminta mencuci tangan dengan sabun.
”Setiap guru harus memantau anak didiknya supaya protokol kesehatan tetap diterapkan selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan di dalam ruangan dibatasi dari pukul 07.30 hingga pukul 11.00,” kata Dwi.
Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Sekolah Mengah Pertama Dinas Pendidikan Kota Pekalongan Slamet Mulyadi menuturkan, tidak ada persoalan krusial dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka di wilayahnya. Semua sekolah dinilai telah menyiapkan sarana dan prasarana penunjang protokol kesehatan yang memadai selama pembelajaran tatap muka.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Siswa SD Negeri Randu 01 di Kecamatan Pecalungan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, menyimak penjelasan Bupati Batang Wihaji pada hari pertama pembelajaran tatap muka, Selasa (9/3/2021).
”Dalam waktu 14 hari ke depan, dinas pendidikan bersama tim pengawas akan mengevaluasi jalannya pembelajaran tatap muka. Mudah-mudahan tidak ada suatu hal yang tidak sesuai dengan prosedur tetap, baik dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun Surat Keputusan Bersama 4 Menteri,” tutur Slamet.
Kembali belajar di sekolah membawa kebahagiaan bagi para pelajar yang sudah satu setengah tahun terakhir harus menjalani pembelajaran daring meskipun belum semuanya bisa berangkat sekolah memakai seragam baru.
Siswa SD Negeri Simbangdesa 01 di Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, memakai masker pada hari pertama pembelajaran tatap muka, Selasa (9/3/2021).