Demi Belajar Tatap Muka, Orangtua di Magelang Tak Jujur soal Kondisi Anak
Kejujuran orangtua murid perihal kondisi kesehatan siswa sangat dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM). Hal ini juga harus diperhatikan agar sekolah tidak menjadi kluster penularan baru.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Kejujuran orangtua tentang kondisi kesehatan siswa sangat dibutuhkan untuk mendukung keamanan pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Pada kenyataannya, demi alasan menyenangkan siswa dan memenuhi kerinduan proses belajar mengajar di sekolah, orangtua bisa saja tidak jujur.
Kurniawati, Kepala TK Negeri Pembina di Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, mengatakan, satu malam sebelum pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM), pihaknya sudah berupaya mengecek kondisi kesehatan 25 anak yang akan menjadi peserta PTM. Semua wali murid semula mengatakan semua siswa dalam kondisi sehat. Namun, pada hari pertama PTM, Senin (30/8/2021), salah satu anak diketahui batuk-batuk.
Berdasarkan pengakuan wali murid, kondisi kesehatan siswa sengaja ditutupi agar siswa tersebut bisa kembali bersekolah, sesuai keinginannya. ”Pihak orangtua beralasan tidak ingin mengecewakan putranya karena anak tersebut sebelumnya sangat bersemangat untuk kembali bersekolah,” ujarnya, Senin (30/8/2021). Oleh karena jelas menunjukkan kondisi sakit dan berpotensi menularkannya pada siswa lain, murid tersebut langsung diminta pulang.
Kuniawati berharap orangtua benar-benar jujur dan menghargai pihak sekolah yang sudah berupaya supaya kegiatan belajar mengajar berlangsung sesuai protokol kesehatan. Selain menyediakan tempat cuci tangan dan alat pemeriksaan suhu tubuh, TK Negeri Pembina juga sudah berupaya berhati-hati dan tidak mengizinkan salah satu guru untuk mengajar karena belum divaksin.
”Satu dari enam guru di TK Negeri Pembina saat ini memang belum bisa divaksin karena penyakit tekanan darah tinggi,” ujarnya.
Sementara itu, di SD Muhammadiyah Borobudur, Minggu (29/8/2021), salah satu orangtua murid mengabarkan putranya tidak bisa masuk sekolah karena mendadak sakit. ”Kami sungguh bersyukur wali murid mau berkata jujur perihal kondisi kesehatan putranya,” ujar Budi Setianto, Kepala SD Muhammadiyah Borobudur.
Orangtua diharapkan benar-benar jujur dan menghargai pihak sekolah yang sudah berupaya supaya kegiatan belajar mengajar berlangsung sesuai protokol kesehatan.
SD Muhammadiyah Borobudur memiliki 128 siswa. Selama dua pekan pertama, PTM akan diikuti 120 siswa yang dibagi dalam 10 kelas. Dengan banyaknya siswa yang hadir, kesehatan satu siswa saja sangat penting dan bisa memengaruhi kesehatan semua murid yang datang ke sekolah.
Sebagai bagian dari upaya mendukung kegiatan belajar yang aman dari penularan Covid-19, Budi mengatakan, 16 guru di sekolah tersebut juga sudah menjalani vaksinasi.
Berdasarkan rekomendasi puskesmas, satu guru yang memiliki penyakit ginjal tidak bisa menjalani vaksinasi. Namun, guru tersebut tetap diizinkan mengajar dengan menjalankan protokol kesehatan ketat.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Azis Amin Mujahidin mengatakan, kejujuran wali murid menjadi bagian penting yang turut mendukung pelaksaan PTM.
Tidak hanya terbuka perihal kondisi kesehatan siswa, wali murid pun diharapkan jujur dan mau mengungkapkan fakta saat ada anggota keluarga atau tetangga satu RT terkonfirmasi positif Covid-19. ”Saat ada keluarga atau tetangganya terkonfirmasi positif Covid-19, maka anak tersebut pun kami larang datang dan belajar di sekolah,” ujarnya.
Sementara itu, juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Magelang, Nanda Cahyadi Pribadi, mengatakan, pihaknya juga sudah meminta semua puskesmas untuk proaktif melakukan vaksinasi pada kalangan pelajar SMP dan guru-guru.
”Selain kelompok rentan, seperti warga lansia yang memang diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin, kami pun sudah meminta puskesmas untuk mengalokasikan vaksin bagi pelajar, terutama mereka yang mengikuti PTM,” ujarnya.
PTM saat ini dilaksanakan oleh 20 sekolah di Kabupaten Magelang, yang terdiri dari 8 SMP, 6 SD, dan 6 lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD)/TK. Di setiap sekolah, dalam satu hari kegiatan pembelajaran, jumlah siswa yang hadir dibatasi maksimal hanya 128 siswa. Adapun jumlah siswa per kelas dibatasi separuh dari kapasitas ruangan.