Dua tahun terakhir, Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia dirayakan di tengah kondisi pandemi Covid-19. Semangat melawan wabah perlu terus dijaga agar kondisi serba sulit ini segera menemui ujungnya.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
Dua tahun terakhir, hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia dirayakan di tengah kondisi pandemi Covid-19. Tenaga kesehatan masih saja berjibaku menangani pasien. Pada hari ulang tahun kebebasan bangsa dari penjajahan, pekik merdeka digelorakan dari pusat isolasi pasien Covid-19, markas perjuangan melawan wabah.
Asrama Haji Donohudan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tampak berbeda dibandingkan hari-hari biasanya, Selasa (17/8/2021). Sekitar 100 pasien Covid-19 yang menjalani isolasi terpusat di tempat tersebut sudah berkumpul di salah satu area lapangan meskipun hari masih pagi. Masker rangkap dikenakan. Mereka berbaris saling menjaga jarak.
Di sudut lain, sejumlah tenaga kesehatan berbaris rapi dengan pakaian hazmat dan alat pelindung diri lengkap. Tiang bendera juga sudah disiapkan di tengah lapangan tersebut.
Para pasien Covid-19 dan tenaga kesehatan itu sedang bersiap-siap mengikuti upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Ke-76 Republik Indonesia.
Upacara bendera dipimpin Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Sebagian tenaga kesehatan yang bertugas di tempat isolasi terpusat itu turut memeriahkan menjadi petugas upacara.
Dalam pidatonya, Ganjar menyebutkan, peringatan kemerdekaan Indonesia dirayakan dalam situasi perih. Banyak pasien Covid-19 berguguran saat menjalani perawatan. Mereka terdiri atas lintas profesi, seperti pedagang, pengusaha, karyawan, dan tenaga kesehatan.
Di tengah upacara hari kemerdekaan ini, saya ingin memberikan hormat yang setinggi-tingginya kepada para tenaga kesehatan. Kami bersama kalian. (Ganjar Pranowo)
Ganjar mengatakan, lebih dari 1.400 tenaga kesehatan gugur setelah bertarung dengan Covid-19. Dari jumlah itu, sebanyak 110 orang berada di wilayah Jawa Tengah.
”Di tengah upacara hari kemerdekaan ini, saya ingin memberikan hormat yang setinggi-tingginya kepada para tenaga kesehatan. Kami bersama kalian,” kata Ganjar.
Ganjar, yang dalam upacara tersebut mengenakan pakaian hazmat dan alat pelindung lengkap, sudah merasakan sendiri panasnya kostum khusus penanganan Covid-19 tersebut.
Ia tak bisa membayangkan bagaimana sulitnya tenaga kesehatan yang mengenakan pakaian pelindung tersebut selama berjam-jam setiap hari. Pihaknya berharap semangat melawan pandemi itu bisa terus terjaga.
Lebih lanjut, Ganjar mengungkapkan, semangat para tenaga kesehatan itu juga hendaknya tertular kepada para pasien Covid-19. Mereka diminta terus optimistis bisa sembuh dari penyakit yang dialaminya, sebab mereka tidak sendirian.
”Panjenangan (saudara sekalian) tidak sendirian. Yang penting terus berjuang untuk pulih dan selalu meningkatkan imunitas. Jangan loyo, jangan nglokro (patah semangat),” kata Ganjar.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moewardi, Surakarta, Cahyono Hadi mengatakan, lewat upacara tersebut, pihaknya ingin menggugah empati publik terhadap kondisi Covid-19 yang masih terjadi. Ia juga ingin masyarakat yang tengah menjalani isolasi terpusat di lokasi tersebut tidak merasa sendirian.
”Harapan kami, dengan adanya upacara di sini, menjadi bentuk untuk saling menggugah dan berempati. Pada prinsipnya, negara hadir untuk teman-teman yang sedang sakit Covid-19,” kata Cahyono.
Saat ini, lebih kurang 200 pasien Covid-19 masih menjalani isolasi terpusat di Asrama Haji Donohudan. Pasien berasal dari wilayah Surakarta Raya yang terdiri dari Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, Boyolali, dan Sragen.
Upacara bendera berlangsung sekitar satu jam. Setelah upacara selesai, Ganjar mengajak sejumlah pasien Covid-19 mengobrol dari pengeras suara. Ia meminta para pasien terus bersemangat agar lebih cepat sembuh. Ia berkelakar, jangan sampai para pasien justru betah tinggal di tempat isolasi terpusat.
Ganjar juga sempat menanyai para pasien, adakah yang berulang tahun pada peringatan hari kemerdekaan ini. Salah seorang pasien mengangkat tangan. Pasien itu bernama Atlas dan berasal dari Kabupaten Klaten. Sehari-hari, ia bekerja sebagai guru.
Ganjar memberinya hadiah berupa sepeda motor pada ulang tahun Atlas. Setelahnya, ia menanyai Atlas soal harapannya terhadap pandemi ini.
”Semoga Indonesia lekas sembuh dari pandemi. Semoga Indonesia bisa semakin jaya,” teriak Atlas dari balik masker medisnya.
Sehari sebelum menyambut hari kemerdekaan, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka juga membagikan alat konsentrator oksigen ke kabupaten tetangga di Surakarta Raya. Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo menjadi yang pertama kali menerima kiriman alat tersebut.
Bantuan konsentrator oksigen merupakan pemberian dari perusahaan swasta asal Singapura kepada Pemerintah Kota Surakarta. Total ada 1.000 alat yang diterima.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 630 unit dibagikan kepada kabupaten-kabupaten tetangga di Surakarta Raya. Pemberiannya akan dilakukan secara bertahap. Setiap kabupaten menerima sekitar 100 unit alat.
”Setiap kabupaten nanti mungkin masing-masing akan diberikan sekitar 100 unit. Nanti diberikan ke semua wilayah Surakarta Raya. Ini daerahnya berdekatan dan saling memengaruhi. Jadi harus bergotong royong,” ujar Gibran.
Indonesia masih berjuang melawan pandemi. Sebagian orang dirundung duka karena kehilangan anggota keluarga. Namun, semangat melawan pandemi mesti dijaga agar kondisi serba sulit ini segera menemui ujungnya. Merdeka!