Permintaan donor plasma konvelesen selalu tinggi setiap hari di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Penyetokan plasma sulit dilakukan. Donor plasma pun dibawa sendiri oleh keluarga pasien Covid-19 yang membutuhkan donor.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Permintaan donor plasma konvelesen selalu tinggi setiap hari di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Kebutuhan plasma konvalesen harian lebih sering dipenuhi oleh keluarga pasien yang membawa donor ke Palang Merah Indonesia Kota Surakarta. Dalam kondisi tersebut, plasma konvalesen yang didonorkan pun tidak bisa disimpan sebagai stok karena langsung digunakan untuk pasien.
Sekretaris Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Surakarta Sumartono Hadinoto menyampaikan, saat ini, ada sekitar 100 pasien Covid-19 yang membutuhkan donor plasma konvalesen per hari. Angka itu tetap tergolong tinggi meski kebutuhan plasma konvalesen sempat menyentuh 300 orang per hari pada Mei lalu saat terjadi lonjakan kasus Covid-19.
”Stoknya tidak pernah ada karena banyaknya permintaan dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk mendonorkan (plasma konvalesen),” kata Sumartono, saat dihubungi, Minggu (1/8/2021).
Padahal, setiap hari ada ratusan donor plasma konvalesen ke PMI Kota Surakarta. Hanya saja, kebanyakan donor dibawa oleh keluarga pasien Covid-19 yang membutuhkan plasma konvalesen. Untuk itu, plasma konvalesen yang didonorkan langsung dibawa ke rumah sakit agar langsung digunakan bagi pasien tersebut.
Sumartono menyampaikan, penyintas Covid-19 yang secara mandiri mendonorkan plasma konvalesen terbilang masih jarang. Pihaknya juga kesulitan mencari donor karena tak memiliki data penyintas Covid-19. Sebab, data pasien memang harus dirahasiakan oleh rumah sakit.
Lebih lanjut, Sumartono mengharapkan agar para penyintas Covid-19 mau mendonorkan plasma konvalesennya tanpa harus menunggu permintaan dari keluarga pasien. Dengan demikian, stok plasma konvalesen dapat disimpan. Apabila stok plasma konvalesen tersedia, kebutuhan pasien Covid-19 akan hal tersebut bisa dipenuhi lebih cepat lagi.
”Kami ingin, ada atau tidak ada pasien yang membutuhkan donor segera, tetap ada penyintas Covid-19 yang mendonorkan plasmanya. Sebab, setiap orang ini berbeda-beda. Ada yang setelah dua minggu antibodinya sudah tidak memenuhi untuk donor. Maka, diharapkan, penyintas segera melakukan donor setelah dua minggu sembuh sehingga ada (stok) yang bisa disimpan,” kata Sumartono.
Dengan adanya stok plasma konvalesen, lanjut Sumartono, kebutuhan pasien Covid-19 bisa dipenuhi sewaktu-waktu. Pihaknya tak ingin para pasien kesulitan mencari plasma konvalesen jika kelak terjadi lonjakan kasus Covid-19.
PMI Kota Surakarta juga telah berinovasi dengan memisahkan tempat donor darah biasa dan donor plasma konvalesen. Pemisahan ini bertujuan untuk mengoptimalkan pendonoran plasma. Mesin yang dimiliki untuk pengambilan plasma berjumlah enam unit. Keenam mesin apabila dioptimalkan mampu mengambil plasma terhadap 78 donor.
Sebelumnya, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengajak segenap aparatur sipil negara, di lingkup Pemerintah Kota Surakarta, yang menjadi penyintas Covid-19 untuk berbondong-bondong menjadi donor plasma konvalesen. Ia mengharapkan agar tumbuh kesadaran untuk membantu sesama lewat donor tersebut.
”Nanti kami buat peraturan khusus itu. Soalnya banyak yang belum teredukasi masalah plasma ini. Mohon kesadarannya (bagi yang sudah sembuh dari Covid-19). Yang sudah sembuh itu waktunya bersyukur dan menolong yang lain,” kata Gibran, yang juga baru saja sembuh dari Covid-19.
Nanti kami buat peraturan khusus itu. Soalnya banyak yang belum teredukasi masalah plasma ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih menyatakan, ide tersebut sangat baik. Hendaknya aparatur sipil negara menjadi contoh bagi yang lainnya. Selain itu, kebutuhan plasma konvalesen di Kota Surakarta tergolong tinggi, tetapi donor yang dilakukan sedikit.