Menanti Langkah Cepat Jawa Barat Mengejar Target Vaksinasi
Upaya Jabar mengejar target vaksinasi Covid-19 terhadap 37,9 juta orang pada akhir 2021 masih terlihat samar. Tanpa menaikkan kapasitas penyuntikan vaksin, harapan membentuk kekebalan kelompok akan sulit terwujud.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
Lebih setengah tahun berjalan, pencapaian vaksinasi Covid-19 di Jawa Barat masih jauh dari target. Lambatnya vaksinasi ibarat kerikil tajam di tengah jalan terjal menuju pembentukan kekebalan kelompok atau herd immunity. Dibutuhkan langkah seribu mengejar target vaksinasi agar pandemi lebih terkendali.
Populasi sekitar 50 juta jiwa menjadi tantangan tak mudah bagi Jabar menghadapi pandemi Covid-19. Besarnya jumlah penduduk berbanding lurus dengan banyaknya kasus positif, melonjaknya kebutuhan ruang isolasi, oksigen, serta obat-obatan, serta tingginya target vaksinasi.
Sasaran vaksinasi di Jabar mencapai 37,9 juta orang, tertinggi se-Indonesia. Vaksinasi ditargetkan rampung akhir 2021 sehingga kekebalan kelompok diharapkan segera terbentuk.
Akan tetapi, setelah lebih dari enam bulan berlalu, pencapaian target itu masih terlihat samar. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan melalui laman vaksin.kemkes.go.id, hingga Kamis (29/7/2021) pukul 18.00, baru 5,86 juta orang atau 15,4 persen yang menerima vaksin dosis pertama. Sementara penyuntikan vaksin dosis kedua telah diberikan kepada 2,73 juta orang atau sekitar 7,2 persen.
Di awal 2021, sejumlah faktor menjadi kendala memperluas cakupan vaksinasi di Jabar. Jumlah puskesmas yang diandalkan menjadi tempat penyuntikan vaksin sangat terbatas.
Jabar mempunyai sekitar 1.100 puskesmas yang tersebar di 27 kabupaten/kota. Rasionya hanya sekitar 1:45.000. Artinya, setiap puskesmas setidaknya melayani 45.000 penduduk.
Kendala ini coba diatasi dengan menggunakan fasilitas lain, seperti stadion, lapangan terbuka, gedung pertemuan, dan gelanggang olahraga, sebagai sentra vaksinasi massal. Tujuannya untuk menjangkau lebih banyak orang dalam waktu singkat.
Syarat yang terlalu kaku terkait usia hingga tempat tinggal warga, minimnya jemput bola bagi warga lansia, hingga belum maksimalnya sosialisasi menjadi masalah krusial yang membuat vaksinasi berjalan lambat. Ironisnya, muncul kekhawatiran vaksin mendekati kadaluwarsa karena lama tidak digunakan.
Hanya saja, upaya itu belum juga cukup. Hanya tersisa waktu lima bulan untuk mengejar target awal vaksinasi 37,9 juta orang di akhir Desember tahun ini.
Akselerasi vaksinasi tidak hanya bergantung kecepatan penyuntikan vaksin di daerah. Distribusi vaksin dari pemerintah pusat juga sangat menentukan untuk mengoptimalkan waktu tersisa demi mencapai target.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya telah menghabiskan sekitar 82 persen dari 10,4 juta dosis vaksin yang dikirimkan pemerintah pusat. Sisanya akan segera digunakan sesuai jadwal vaksinasi.
Kapasitas penyuntikan vaksin Jabar saat ini sekitar 150.000 orang per hari. Jika kapasitasnya tidak ditingkatkan, target vaksinasi di akhir tahun tidak akan terwujud.
Selain vaksinasi, kedisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan juga menjadi faktor penentu mengendalikan pandemi. Apalagi, penambahan kasus Covid-19 di Jabar masih tinggi.
Hanya tersisa sekitar 150 hari menuju 31 Desember 2021. Jika menggunakan kapasitas penyuntikan vaksin saat ini, itu artinya vaksinasi baru akan menyasar 22,5 juta orang hingga akhir tahun.
Ditambah dengan penerima vaksin (dosis pertama) saat ini sebanyak 5,86 juta orang, totalnya menjadi 28,36 juta orang. Kalkulasi itu akan terwujud jika vaksinasi dilakukan konsisten tanpa hari libur dengan sasaran tidak kurang dari 150.000 orang per hari.
Meskipun demikian, jumlah tersebut tetap masih kurang sekitar 9,54 juta orang dari target. Oleh karenanya, penambahan kapasitas vaksinasi menjadi syarat mutlak untuk mengejar target.
Kamil mengaku, pihaknya telah berencana menambah sasaran vaksinasi harian. ”Kami mau menaikkan kapasitas vaksinasi dari 100.000-an orang per hari menjadi 400.000-an orang per hari. Jika berhasil, seharusnya Desember (2021) akan bisa menyelesaikan sesuai target,” ujarnya.
Akan tetapi, jika skenario itu tidak terwujud, target vaksinasi di beberapa kabupaten kota terancam molor. Bukan hanya dalam hitungan bulan, tetapi juga bisa lebih dari 2-3 tahun.
”Kalau masih dengan kecepatan (penyuntikan vaksin) saat ini, akan ada kabupaten/kota yang beres vaksinasi melewati 2022, bahkan 2023,” ucapnya.
Kamil menuturkan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah cara untuk meningkatkan kapasitas vaksinasi. Mulai dari mengoptimalkan puskesmas, menggunakan gedung sekolah yang sedang meliburkan kegiatan belajar, dan pesantren sebagai pusat vaksinasi.
”Mobil vaksin juga sudah disiapkan. Dengan demikian, seharusnya pada Agustus sudah ada akselerasi kenaikan persentase vaksinasi,” ucapnya.
Sekretaris Daerah Jabar Setiawan Wangsaatmaja menyampaikan, untuk memperluas cakupan vaksinasi, pihaknya bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti TNI, Polri, dan pelaku usaha. Menurut dia, tanpa kolaborasi, target mencapai kekebalan kelompok sulit tercapai.
”Kami mengejar (vaksinasi) selesai di akhir tahun ini. Namun, itu pun tergantung ketersediaan vaksin. Kami sudah breakdown seluruh kabupaten/kota ini (target) harus berapa per harinya untuk diberikan vaksinasi,” ujarnya.
Selain vaksinasi, kedisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan juga menjadi faktor penentu mengendalikan pandemi. Apalagi, penambahan kasus Covid-19 di Jabar masih tinggi.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar) yang diperbarui pada Jumat pukul 02.30, total kasus di Jabar berjumlah 597.911, bertambah 7.519 kasus dari hari sebelumnya. Sebanyak 461.470 orang sembuh, 127.345 orang masih dirawat atau diisolasi (kasus aktif), dan 9.096 orang meninggal.
Sejumlah 80 persen kasus aktif merupakan pasien isolasi mandiri. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 yang diperpanjang hingga 2 Agustus diharapkan dapat menekan laju penularan Covid-19.
Saat ujung pandemi belum juga terlihat, vaksinasi mesti terus dikebut agar laju penyebaran virus korona baru bisa dicegat. Tanpa menaikkan kapasitas penyuntikan vaksin berlipat-lipat, harapan membentuk kekebalan kelompok sebagai benteng pertahanan dari penularan akan sulit terwujud sesuai target semula.