Varian Delta Mendominasi Sampel Uji, Tingkatkan Kewaspadaan di Jateng
Dari total 106 sampel Covid-19 asal Jateng yang diuji whole genome sequencing (WGS), 95 di antaranya atau 89,6 persen ialah varian B.1.617.2 atau Delta, yang tingkat penularannya lebih tinggi. Warga diminta lebih waspada
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta warga meningkatkan kewaspadaan mengingat 89,6 persen dari 106 sampel yang diuji whole genome sequencing atau WGS terdeteksi varian B.1.617.2 atau Delta. Pembatasan mobilitas diharapkan benar-benar diterapkam optimal karena varian tersebut memiliki tingkat penularan tinggi.
Ganjar, sesuai rapat koordinasi penanganan Covid-19 Jateng di Kota Semarang, Senin (12/7/2021), mengatakan, dari total 106 sampel Covid-19 yang diuji WGS, 95 di antaranya atau 89,6 persen ialah varian delta. Dari angka tersebut, 23 sampel merupakan anak-anak atau di bawah usia 17 tahun, sedangkan 72 sampel diambil dari orang dewasa.
Sebelumnya, pada pertengahan Juni 2021, dari 72 sampel Covid-19 asal Kudus yang diuji WGS, diketahui 62 di antaranya varian delta. Belakangan, hasil pengujian sampel dari daerah lain juga menunjukkan adanya varian Delta.
Dari seluruh sampel itu, lima sampel dari Kota Salatiga dan 16 sampel asal Kota Surakarta. Selain itu, varian Delta juga ditemukan pada sampel asal Kabupaten Jepara, Grobogan, Magelang, Karanganyar, dan Kota Magelang. "Persentase ini cukup tinggi. Inijadi alarm kewaspadaan. (Tingginya kasus Covid-19) rasa-rasanya karena varian itu. Maka, mobilitas harus dikurangi," kata Ganjar.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo menambahkan, lonjakan kasus Covid-19 memang terindikasi karena penyebaran varian Delta. Varian ini memiliki tingkat penularan serta fatalitas yang tinggi. Pengujian sampel WGS juga tak berhenti, karena pihaknya masih menunggu pengujian sampel dari beberapa daerah lain di Jateng.
Sebelumnya, peneliti dari Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Rebriarina Hapsari, mengatakan, perkembangan varian Delta, termasuk di Indonesia, sangat dinamis. Menurut dia, yang perlu diperhatikan, bahwa jumlah kasus yang sudah terdeteksi masih sangat kecil dibandingkan dengan yang beredar.
”Varian ini tampaknya sudah mendominasi di beberapa daerah di Indonesia, khususnya kota-kota besar yang memang banyak interaksi manusia. Becermin dari India atau UK (Britania Raya), varian ini sangat cepat mendominasi dan mengalahkan varian-varian sebelumnya,” kata Rebriarina, Sabtu (3/7).
Ia menambahkan, masih sedikitnya varian Delta yang terdeteksi di Indonesia antara lain karena keterbatasan kemampuan whole genome sequencing (WGS) yang harganya sangat mahal. Tidak semua virus Covid-19 yang menyerang pasien diperiksa melalui WGS.
Dikutip dari situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian Delta masuk kategori variant of concern (VOC) bersama Alpha, Beta, dan Gamma. Sementara varian Eta, Iota, Kappa, dan Lambda merupakan variant of interest (VOI).
Menurut data laman Corona.jatengprov.go.id, yang dimutakhirkan pada Senin (12/7/2021) pukul 12.00, terdapat 294.481 kasus positif Covid-19 kumulatif di Jateng, dengan rincian 26.909 orang dirawat/isolasi (kasus aktif), 249.287 orang sembuh, dan 18.285 orang meninggal. Ada penambahan 2.928 kasus positif dalam 24 jam terakhir.
Namun, dari data yang dihimpun Kompas dari seluruh pemerintah kabupaten/kota di Jateng, per Minggu (11/7), total ada 52.363 kasus aktif di provinsi tersebut. Lima daerah dengan kasus aktif tertinggi, secara berurut ialah Klaten (5.698 kasus), Kabupaten Semarang (4.009 per 9 Juli), Boyolali (3.667), Kota Surakarta (3.491), dan Cilacap (3.038).