Mobilitas Warga Masih Tinggi, Ratusan Kendaraan di Sidoarjo Diputar Balik
Hari ketiga penerapan PPKM darurat, Senin (5/7/2021), mobilitas masyarakat di Sidoarjo berkurang, tetapi masih tinggi. Satgas Covid-19 melakukan penyekatan jalan di titik perbatasan. Ratusan kendaraan diputar balik.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Memasuki hari ketiga penerapan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat, Senin (5/7/2021), mobilitas masyarakat berkurang, tetapi masih tinggi. Untuk menekan mobilitas tersebut dilakukan penyekatan jalan di titik perbatasan dengan Surabaya dan Pasuruan.
Ratusan kendaraan diputar balik oleh tim gabungan dari Polresta Sidoarjo, TNI, dan Dinas Perhubungan Pemkab Sidoarjo di Bundaran Waru. Kendaraan tersebut dilarang masuk wilayah Sidoarjo karena berasal dari luar kota yang ditandai dari nomor polisi. Hanya pelaku perjalanan yang memenuhi syarat yang diperbolehkan melintas.
Syarat bagi pelaku perjalanan dari luar kota tidak lain menunjukkan kartu vaksin Covid-19 minimal dosis pertama. Selain itu, surat hasil negatif uji usap antigen atau uji usap metode reaksi berantai polimerase (PCR), serta menunjukkan surat keterangan tugas bagi yang bekerja di Sidoarjo.
Bundaran Waru merupakan pintu masuk Sidoarjo dari arah Surabaya, Mojokerto, Gresik, dan kota lain di Jatim. Hal itu karena Bundaran Waru merupakan pintu keluar Tol Trans-Jawa. Akibat adanya penyekatan dan pemeriksaan, antrean panjang kendaraan tak terhindarkan sehingga arus lalu lintas sempat macet beberapa jam.
Operasi yustisi kali ini masih digunakan untuk sosialisasi kepada masyarakat. Ternyata masih banyak yang belum mengetahui aturan PPKM darurat. (Subandi)
Selain di Bundaran Waru, pemeriksaan kendaraan juga diterapkan di pertigaan Gempol, perbatasan Sidoarjo dengan Pasuruan. Kendaraan dengan nomor polisi luar kota langsung diperiksa dan diminta putar balik apabila tidak memenuhi syarat perlaku perjalanan.
Kepala Polresta Sidoarjo Komisaris Besar Kusumo Wahyu Bintoro mengatakan, mobilitas masyarakat selama PPKM darurat sudah berkurang, tetapi masih tinggi. Hal inilah yang mendasari penyekatan di pintu masuk Sidoarjo. Masyarakat diharapkan berdiam di rumah dan tidak bepergian apabila tidak memliki kepentingan mendesak, yakni bekerja.
”Mari patuhi PPKM darurat agar hasilnya efektif. Masyarakat berdiam di rumah dan jangan bepergian kecuali keperluan mendesak agar sebaran Covid-19 tidak semakin meluas,” ujar Kusumo.
Langgar jam malam
Sehari sebelumnya, tim gabungan Satgas Covid-19 Sidoarjo menggelar operasi yustisi yang dipimpin Wakil Bupati Sidoarjo Subandi. Hasilnya, banyak masyarakat melanggar jam malam berkegiatan maksimal pukul 22.00. Ironisnya, mereka ke luar rumah untuk tujuan tidak penting seperti nongkrong di warung kopi.
Subandi mengatakan, banyak warung kopi dan kafe juga melanggar aturan PPKM darurat tentang waktu operasional maksimal pukul 20.00. Pemilik usaha tersebut menerima makan dan minum di tempat, padahal seharusnya pemesanan untuk dibawa pulang.
Meski mendapati banyak pelanggar aturan PPKM darurat, tim gabungan Satgas Covid-19 Sidoarjo tidak langsung memberikan sanksi denda. Pelanggar aturan tersebut hanya ditegur dan diingatkan agar tidak mengulangi perbuatannya. Hanya beberapa orang yang mendapat sanksi mengikuti sidang tindak pidana ringan pelanggaran protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
”Operasi yustisi kali ini masih digunakan untuk sosialisasi kepada masyarakat. Ternyata masih banyak yang belum mengetahui aturan PPKM darurat,” kata Subandi.
Sidoarjo merupakan zona oranye atau daerah dengan risiko sebaran Covid-19 tinggi. Penambahan kasus baru harian tinggi. Data Satgas Covid-19 Jatim menunjukkan penambahan kasus baru pada Minggu (4/7/2021) mencapai 60 kasus. Dalam sepekan terakhir, penambahan kasus baru sebanyak 60-65 per hari.
Dengan adanya penambahan baru 60 kasus, total jumlah terkonfirmasi positif secara kumulatif mencapai 12.282 kasus. Dari jumlah tersebut, kasus aktif 219 orang dan yang dinyatakan sembuh 11.419 orang. Adapun kasus meninggal 644 orang.
Tingginya penambahan kasus baru setiap hari menyebabkan ruang perawatan Covid-19 penuh. Bed occupancy rate (BOR) atau tingkat keterisian RS rujukan Covid-19 di Sidoarjo mencapai 96 persen. Sejumlah rumah sakit rujukan sudah mendirikan tenda atau membuka isolasi darurat untuk meningkatkan daya tampung terhadap pasien.
RSUD Sidoarjo kapasitas ruang perawatannya penuh bahkan melebihi kapasitas sehingga pasien dirawat di Instalasi Gawat Darurat. Sebanyak 15 tenaga kesehatan di RSUD Sidoarjo saat ini juga tengah terpapar Covid-19 dan menjalani isolasi mandiri dalam upaya penyembuhan.
Sementara itu, RS Siti Hajar mendirikan tenda darurat di halaman parkir untuk menampung pasien. Adapun RS Anwar Medika Krian juga mendirikan ruang isolasi darurat di belakang IGD karena pasien yang datang sulit dibendung.