Pemakaman Covid-19 Naik Dua Kali Lipat, Wisata Tetap Buka di Sleman
Jumlah warga yang dimakamkan dengan protokol Covid-19 di Kabupaten Sleman, DIY, Juni ini melonjak dua kali lipat. Namun, Pemerintah Kabupaten Sleman masih mengizinkan obyek wisata di luar zona merah untuk beroperasi.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Jumlah warga yang dimakamkan sesuai protokol Covid-19 di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Juni 2021, melonjak lebih dari dua kali lipat dibanding bulan sebelumnya. Sebagian warga itu meninggal saat menjalani isolasi mandiri di rumah. Di tengah situasi itu, Pemerintah Kabupaten Sleman masih mengizinkan obyek wisata di luar zona merah beroperasi.
”Memang sejak pertengahan Juni ada peningkatan jumlah pemakaman protokol Covid-19 yang signifikan,” ujar Koordinator Posko Dekontaminasi Covid-19 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Vincentius Lilik Resmiyanto saat diwawancarai secara daring, Rabu (30/6/2021).
Lilik memaparkan, hingga Selasa (29/6/2021), jumlah warga yang dimakamkan dengan protokol Covid-19 di Sleman pada Juni 2021 mencapai 225 orang. Padahal, pada Mei lalu hanya 86 orang dan April 2021 sebanyak 83 orang.
”Jadi, memang ada peningkatan dua kali lipat lebih untuk pemakaman dengan protokol Covid-19,” kata Lilik, yang sehari-hari mengurusi langsung pemakaman dengan protokol Covid-19 di Sleman.
Lilik menuturkan, pada Juni ini, jumlah warga yang dimakamkan dengan protokol Covid-19 di Sleman bisa mencapai 20 orang lebih per hari. Dia mencontohkan, pada Selasa kemarin, total ada 28 warga yang meninggal dan dimakamkan dengan protokol Covid-19 di kabupaten tersebut. Padahal, pada April dan Mei 2021, jumlah warga yang dimakamkan dengan protokol Covid-19 di Sleman kurang dari 10 orang per hari.
Akibat banyaknya permintaan pemakaman dengan protokol Covid-19, Lilik menyebut, layanan pemakaman BPBD Sleman sempat ditutup sementara selama satu jam pada Selasa kemarin. ”Petugas call center (layanan telepon) sempat menyetop layanan selama satu jam karena terlalu banyak telepon yang masuk. Tapi, setelah itu dibuka lagi,” tuturnya.
Lilik menambahkan, BPBD Sleman juga mendapat laporan puluhan warga yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri di rumah. Dia memaparkan, pada bulan ini tercatat ada 41 warga yang meninggal saat melakukan isolasi mandiri. Kebanyakan warga yang meninggal saat isolasi mandiri itu berstatus positif Covid-19.
Menurut Lilik, sebagian besar warga yang meninggal di rumah itu mengalami penurunan saturasi oksigen atau kadar oksigen dalam darah. Namun, mereka tidak memiliki persediaan oksigen medis untuk membantu meningkatkan saturasi. Di sisi lain, sebagian besar rumah sakit di Sleman juga sudah penuh sehingga banyak pasien yang kesulitan mendapatkan perawatan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo mengakui sejumlah warga meninggal saat menjalani isolasi di rumah. Sebagian warga yang meninggal saat isolasi mandiri itu sebenarnya sudah mengajukan permintaan agar dirawat di rumah sakit. Namun, karena sejumlah rumah sakit penuh, mereka akhirnya dirawat di rumah hingga akhirnya meninggal.
”Memang ada yang statusnya masih isolasi mandiri, tapi kemudian meninggal di rumah. Belakangan ini, hal itu bisa terjadi karena menunggu (dirawat) rumah sakit karena rumah sakitnya penuh,” ungkap Joko.
Kebijakan bupati
Di tengah lonjakan jumlah kematian itu, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo tetap membolehkan obyek wisata yang berlokasi di luar zona merah untuk beroperasi. Namun, jumlah wisatawan yang boleh datang ke obyek wisata tersebut dibatasi maksimal 25 persen dari kapasitas.
Sementara itu, obyek wisata yang berada di zona merah diminta tutup sementara. Penentuan zonasi itu mengacu pada regulasi pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.
”Obyek wisata yang zona merah memang sementara ditutup. Kalau tidak zona merah, kami buka, tapi (kapasitas) 25 persen,” ujar Kustini dalam konferensi pers secara daring, Rabu.
Kustini menyatakan, para pelaku wisata di Sleman telah menerapkan protokol kesehatan dalam pengelolaan obyek wisata. Selain itu, para wisatawan yang datang ke obyek wisata juga diharapkan menerapkan protokol kesehatan.
Di sisi lain, Kustini juga membuat surat edaran yang mengimbau seluruh warga Sleman berusaha semaksimal mungkin untuk di rumah saja guna memutus penyebaran Covid-19. Imbauan itu berlaku selama tujuh hari sejak Senin (28/6/2021). ”Wisata boleh, tapi kita menganjurkan tetap di rumah saja,” ungkap Kustini.