Peningkatan kasus harian sebanyak 1.081 orang di Jawa Timur setelah terakhir kali terjadi pada Februari lalu memperlihatkan bahwa situasi pandemi Covid-19 kembali dan kian memburuk.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Situasi pandemi Covid-19 di Jawa Timur kian memprihatinkan. Dalam sehari pasien bertambah 1.081 orang. Situasi itu terakhir kali terjadi pertengahan Februari lalu.
Mengutip laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, Senin (28/6/2021) petang, dengan penambahan 1.081 orang, jumlah yang terjangkit 170.765 orang. Kesembuhan bertambah 422 orang menjadi 150.721 orang. Tingkat kesembuhan 88,2 persen. Kematian bertambah 75 orang menjadi 12.609 orang. Fatalitas 7,4 persen. Yang dirawat bertambah 422 orang menjadi 7.435 orang.
Catatan Kompas, penambahan di atas 1.000 orang dalam sehari terjadi terakhir kali pada 11 Februari 2021. Saat itu, kasus bertambah 1.044 orang. Kematian bertambah 61 orang. Kesembuhan bertambah 818 orang. Yang dirawat 5.917 orang. Artinya, situasi di akhir Juni ini lebih buruk.
Penambahan 1.081 orang tadi, antara lain disumbang terbanyak oleh Kabupaten Mojokerto (77), Surabaya (73), Bangkalan (67), Situbondo (55), Sidoarjo (51), dan Sumenep (50). Besar kecilnya kontribusi kasus yang tercatat dari kabupaten/kota di Jatim bergantung pada keseriusan satuan tugas penanganan Covid-19 menggencarkan pengetesan, pelacakan, dan penanganan (testing, tracing, treatment atau 3T).
Sampai Senin petang, ada tiga kabupaten zona merah atau risiko tinggi, yakni Bangkalan, Ngawi, dan Ponorogo, serta satu-satunya zona kuning atau risiko rendah, yakni Sumenep. Sebanyak 34 kabupaten/kota lainnya zona oranye atau risiko sedang.
Peningkatan kasus mengakibatkan beban berat di jaringan rumah sakit rujukan pasien Covid-19. Yang terutama di Surabaya, ibu kota Jatim, yang memiliki RS rujukan terbanyak se-Jatim. Tingkat keterisian tempat tidur di Surabaya sudah menembus 90 persen atau kritis karena menampung pasien dari kabupaten/kota lainnya di Jatim.
Menurut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, saat ini yang terkonfirmasi positif di Surabaya sebanyak 1.060 orang. Sebanyak 500 orang di antaranya menjalani isolasi di Asrama Haji Sukolilo. Yang selebihnya ditangani di RS dan isolasi mandiri.
Saya tidak akan pernah menutupi data ini. Justru inilah waktu kita semua bangkit untuk menyelamatkan banyak orang.
Jumlah akan bertambah karena aparatur menggencarkan 3T. Di Surabaya, pelacakan diklaim 1:40 atau setiap seorang pasien terkonfirmasi positif akan dilacak sampai 40 orang yang kontak dekat dan sebisa mungkin mereka semua dites.
”Saya tidak akan pernah menutupi data ini. Justru inilah waktu kita semua bangkit untuk menyelamatkan banyak orang. Surabaya pernah melewati masa-masa sulit dari zona merah dan saya berharap tidak berulang,” kata Eri.
Eri mengatakan akan tetap mendukung aparatur menggencarkan 3T meski berpotensi mengakibatkan peningkatan kasus yang signifikan dan menjadi tren. Dalam situasi yang memburuk, wajar jika kemudian aparatur menempuh berbagai kebijakan yang membawa ketidaknyamanan, tetapi bertujuan meredakan pandemi Covid-19.
Pembatasan
Satgas juga menggencarkan lagi patroli protokol kesehatan. Dalam pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro yang dipertebal atau diperketat sesuai kebijakan pusat, Surabaya menempuh, antara lain, pengurangan operasional pusat belanja.
Dalam pemantauan kami, penularan terhadap anak terjadi lebih banyak di keluarga, lalu lingkungan.
Sebelumnya, mal dan pusat belanja beroperasi sampai pukul 22.00, tetapi sementara ini hanya sampai pukul 20.00. Mulai pukul 20.00, sejumlah ruas utama, antara lain Jalan Raya Darmo dan Jalan Tunjungan, ditutup.
Kebijakan itu ternyata diikuti oleh gerai dan toko yang menutup aktivitas operasional pukul 20.00. Warung atau kedai yang belum tutup akan didatangi dan ditegur. Jika berulang kali melanggar, mereka bisa dikenai sanksi penutupan sementara dan denda.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan Jatim Andriyanto mengungkapkan, ada 14.173 anak atau mereka yang berusia di bawah 18 tahun yang terjangkit Covid-19. Sebanyak 75 anak di antaranya meninggal dalam status pasien Covid-19.
”Dalam pemantauan kami, penularan terhadap anak terjadi lebih banyak di keluarga lalu lingkungan,” kata Andriyanto.
Kluster penularan di keluarga dan lingkungan menjadi lebih masif karena biasanya orangtua membiarkan anak-anak bermain tanpa disiplin protokol kesehatan. Selain itu, kegiatan berkarakter berkumpul yang memicu penularan masih terjadi. Selain itu, mobilitas atau bepergian ke ruang publik untuk belanja atau wisata yang turut memicu penularan ke anak-anak.
”Perlindungan terhadap anak-anak harus dengan disiplin protokol kesehatan,” ujar Andriyanto.
Tanpa gejala
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita, tanpa gejala klinis atau setidaknya ringan, peluang anak sembuh dari Covid-19 membesar. Namun, Covid-19 juga berpotensi merusak organ tubuh secara permanen sehingga anak akan menderita di masa depan. Situasi ini yang disebut long Covid-19, yakni penyintas merasakan penurunan keandalan tubuh.
Potensi penularan terhadap anak-anak bisa ditekan dengan pemahaman utuh serta kesadaran orangtua dan masyarakat tentang bahaya Covid-19 dan pentingnya disiplin protokol, yakni 5M. Kelima langkah itu memakai pelindung (masker, sarung tangan), menjaga kebersihan setidaknya dengan rutin cuci tangan, menjaga jarak dengan orang lain, menghindari dan tidak memicu kerumunan, serta mengurangi mobilitas atau pergerakan pemicu kontak dekat.
Wakil Sekretaris Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, Satgas Surabaya kini sedang mengupayakan pendampingan di Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo sampai tingkat rukun tetangga (RT) atau kampung. Pendampingan yang dibutuhkan untuk melatih surveilans yang akan melakukan pelacakan kepada warga.