Kota Surabaya Manfaatkan Semua Sarana untuk Tangani Pasien Darurat
Lonjakan Covid-19 di Jawa Timur mengakibatkan jaringan rumah sakit memanfaatkan semua sarana, termasuk gedung parkir. Pasien dengan kondisi gawat diutamakan keselamatannya.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Lonjakan kasus Covid-19 di Jawa Timur berimbas terhadap penanganan pasien di Surabaya. Jaringan rumah sakit dan sarana khusus terpaksa menata ulang ruang-ruang untuk menangani pasien Covid-19. Pasien tanpa gejala atau ringan disarankan untuk isolasi mandiri, tidak di fasilitas kesehatan yang diprioritaskan untuk penanganan mereka yang dalam kondisi gawat darurat.
Menurut Direktur RSUD Dr Soetomo, Surabaya, Joni Wahyuhadi, Minggu (27/6/2021), pengelola rujukan utama ini telah membuka enam ruang dan memanfaatkan gedung parkir untuk penanganan pasien Covid-19. Sebab, RSUD milik Pemerintah Provinsi Jatim ini kedatangan lebih dari 170 pasien sehingga jumlah pasien di instalasi gawat darurat (IGD) membeludak.
RSUD Dr Soetomo memiliki IGD penyakit menular dan umum yang telah distandarkan untuk penanganan pasien Covid-19. Di IGD, pasien dipilah mana yang tanpa gejala atau bergejala ringan dan mana yang bergejala sedang dan berat. Pasien tanpa gejala atau bergejala ringan direlokasi ke Rumah Sakit Langan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 atau Asrama Haji Sukolilo.
”Gelombang kedatangan pasien terus terjadi karena jaringan rumah sakit sudah kewalahan,” kata Joni yang juga Ketua Rumpun Kuratif Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jatim.
Gedung parkir instalasi layanan penyakit menular, lanjut Joni, telah diredesain bertekanan negatif dan beroksigen sentral. Gedung ini terdiri dari tiga lantai yang masing-masing berkapasitas 50 kamar sehingga bisa menampung 150 pasien.
Penanggung Jawab RS Lapangan Surabaya Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara menyebutkan, tersisa hanya 40 dipan lagi untuk menampung pasien baru. Padahal, ada hampir 100 pasien dalam daftar tunggu untuk menjalani perawatan di RS dalam kompleks Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH di Jalan Indrapura itu.
RS Lapangan Surabaya memiliki 410 tempat tidur isolasi pasien. Yang terpakai 370 dipan atau keterisiannya 90,2 persen sehingga bisa dikatakan kritis. RS Lapangan memilah pasien dengan gejala ringan dan sedang agar jangan sampai memburuk saat penanganan. ”Untuk sementara kami belum bisa menerima pasien tanpa gejala,” ujar Nalendra.
Situasi kian pelik karena lima dari 25 dokter umum terpaksa dirawat akibat terpapar Covid-19. Selain itu, tiga dokter spesialis juga terpapar. Biasanya satu sif ditangani lima dokter, saat ini cuma tiga dokter. Karena menangani pasien yang banyak, tenaga kesehatan rentan keletihan dan terpapar Covid-19. RS Lapangan telah mengajukan permohonan tambahan dokter sukarelawan kepada Kementerian Kesehatan dan Markas Besar TNI.
”Saya mohon kepada seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, disiplin protokol kesehatan, dan vaksinasi untuk membantu meredakan situasi pandemi Covid-19,” kata Nalendra.
Di Surabaya, satgas mulai menempuh kebijakan razia penegakan protokol kesehatan di pusat-pusat kerumunan, yakni pasar dan pusat perbelanjaan. Kebijakan itu menindaklanjuti pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro pada kurun 22 Juni-5 Juli 2021.
”Kami menambah tim pemantau penerapan protokol kesehatan dari mahasiswa-mahasiswi untuk tim gerak cepat,” kata Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Jhonny Edison Isir.
Di Jembatan Merah Plaza, hasil pantauan tim, masih ada saja pengunjung dan bahkan pramuniaga yang tidak bermasker. Di permukiman, warga juga relatif belum tertib sepenuhnya. Untuk itu, Gugus Tugas Kampung Tangguh Semeru Wani Jogo Suroboyo akan diingatkan untuk meningkatkan pengawasan penerapan protokol.
”Kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan amat penting bagi kami dalam percepatan penanganan pandemi Covid-19,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Eri juga mencabut kebijakan keharusan bagi pekerja dari luar Surabaya untuk setiap tiga hari memperbarui hasil tes antigen ke perusahaan atau lembaga tempat bekerja. Kebijakan diganti dengan kepemilikan surat izin keluar-masuk atau surat izin perjalanan dari kecamatan tempat domisili. Warkat berlaku sepekan, tetapi harus melampirkan hasil tes antigen atau tes usap PCR negatif.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, di ibu kota Jatim sedang kembali terjadi tren kenaikan kasus. Saat ini ada 491 warga berstatus pasien yang memerlukan perawatan.
”Kami mengoptimalkan dua gedung di asrama haji untuk isolasi pasien,” kata Irvan. Dengan tambahan dua gedung, kapasitas perawatan bisa ditingkatkan menjadi 200 dipan. Gedung ini untuk penanganan pasien dengan gejala ringan, tanpa gejala, atau relokasi dari RS yang kondisinya membaik. Di asrama haji, jumlah penghuni mencapai 480 orang Namun, mayoritas tanpa gejala dengan lama menginap 3-4 hari.