Ada Penumpukan Pasien, RS di DIY Berlakukan Sistem Buka-Tutup IGD
Lonjakan pasien Covid-19 memaksa sejumlah rumah sakit di DIY memberlakukan buka-tutup IGD. Selama beberapa hari terakhir, IGD di sejumlah rumah sakit di DIY sempat ditutup sementara karena ada penumpukan pasien.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Lonjakan pasien Covid-19 yang terus terjadi memaksa sejumlah rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta memberlakukan sistem buka-tutup Instalasi Gawat Darurat (IGD). Selama beberapa hari terakhir, IGD di sejumlah rumah sakit di DIY ditutup sementara karena ada penumpukan pasien. Saat penutupan dilakukan, beberapa rumah sakit itu tak bisa menerima pasien baru.
Salah satu rumah sakit yang menutup sementara IGD adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati, Kabupaten Bantul, DIY. Sejak Minggu (27/6/2021) malam, IGD RSUD Panembahan Senopati ditutup untuk sementara karena terjadi penumpukan pasien. Menurut rencana, IGD rumah sakit itu akan dibuka kembali pada Senin (28/6/2021) malam.
”IGD RSUD Panembahan Senopati tutup sementara mulai tadi malam tanggal 27 Juni 2021 pukul 20.00 sampai dengan 28 Juni 2021 pukul 20.00. Tapi, ini sifatnya dinamis, kita melihat perkembangan di lapangan,” kata Kepala Subbagian Hukum, Pemasaran, dan Kemitraan RSUD Panembahan Senopati Siti Rahayuningsih saat dihubungi, Senin siang.
Siti menjelaskan, penutupan IGD itu dilakukan karena ada penumpukan pasien yang belum mendapatkan ruang perawatan. Dia menyebutkan, hingga Senin siang ini ada sembilan pasien yang masih berada di IGD. Sebagian dari mereka telah terkonfirmasi Covid-19 dan sebagian lainnya mengalami gejala mengarah ke Covid-19.
Siti menyebutkan, pasien yang ada di IGD itu mengalami gejala dengan kondisi berat. Oleh karena itu, mereka seharusnya dirawat di ruang perawatan. Namun, karena ruang isolasi pasien Covid-19 di RSUD Panembahan Senopati penuh, para pasien tersebut terpaksa ditempatkan di IGD. ”Mereka belum mendapat ruang rawat isolasi karena di dalam ruang rawat isolasi juga full (penuh),” ujarnya.
Menurut Siti, jika penumpukan pasien yang ada di IGD itu sudah bisa diurai, IGD RSUD Panembahan Senopati akan dibuka kembali pada Senin malam pukul 20.00. Namun, apabila penumpukan pasien itu belum bisa diurai, penutup IGD bisa diperpanjang.
”Kalau hari ini penumpukan pasien yang ada di IGD itu bisa terurai, dalam arti mereka bisa masuk ke ruang rawat, bisa jadi nanti malam pukul 20.00 bisa dibuka. Tetapi, kalau sampai dengan nanti malam belum bisa terurai penumpukannya, ya, tutupnya bisa mundur,” kata Siti.
Direktur Utama Rumah Sakit Panti Rapih, Kota Yogyakarta, Triputro Nugroho, mengatakan, pada Sabtu (26/6/2021), rumah sakit itu juga sempat mengalami lonjakan pasien di IGD. Saat itu, sedikitnya ada 12 pasien yang berada di IGD RS Panti Rapih. Padahal, kapasitas IGD rumah sakit itu hanya delapan pasien.
Kondisi itulah yang sempat membuat IGD RS Panti Rapih tidak bisa menerima pasien untuk sementara pada Sabtu malam pukul 19.00 hingga Minggu pukul 07.00. ”Di satu sisi, kami ingin melayani. Tetapi di sisi lain, tenaga kami juga sangat terbatas sehingga kami lakukan pengaturan dengan tidak menerima (pasien) sementara agar kami bisa fokus melayani pasien yang sudah ada di IGD,” kata Triputro.
Triputro menyebutkan, RS Panti Rapih terpaksa memberlakukan buka-tutup IGD agar bisa mengurai penumpukan pasien yang terjadi di IGD. Saat penumpukan pasien sudah bisa terurai, RS Panti Rapih pun membuka kembali IGD dan bisa menerima pasien baru. ”Istilahnya memang buka-tutup. Saat kondisi sudah terkendali, kita membuka kembali IGD,” ucapnya.
,Di tengah lonjakan pasien itu, puluhan karyawan RS Panti Rapih juga terpapar Covid-19 sehingga jumlah tenaga kesehatan yang bisa melayani pasien berkurang. Triputro menyebutkan, sejak Mei 2021 ada 31 karyawan RS Panti Rapih yang terkonfirmasi positif Covid-19. Dari jumlah tersebut, sebanyak enam orang di antaranya merupakan dokter, sementara sisanya adalah perawat dan petugas administrasi.
Lonjakan kematian
Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Mohammad Komarudin mengatakan, IGD rumah sakit itu juga sempat ditutup sementara sejak Jumat (25/6/2021) dan dibuka kembali pada Minggu pagi. Selain penumpukan pasien, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia di rumah sakit tersebut juga melonjak.
Komarudin mengatakan, pada 2020 ada 78 pasien Covid-19 di rumah sakit itu yang meninggal dunia. Sementara itu, sejak Januari hingga Juni 2021 sudah terdapat 206 pasien Covid-19 yang meninggal dunia di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Komarudin menambahkan, sejumlah tenaga kesehatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta juga terpapar Covid-19. Dia menyebutkan, hingga Sabtu (26/6/2021) sedikitnya ada 45 karyawan rumah sakit tersebut yang terinfeksi Covid-19. ”Ini membuat sumber daya manusia (SDM) di tempat kami menjadi semakin berkurang,” tuturnya.
Banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 juga terjadi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Kabupaten Sleman, DIY. Direktur Utama RSUP Dr Sardjito, Rukmono Siswishanto, menuturkan, jumlah SDM di rumah sakit tersebut yang terpapar Covid-19 melonjak signifikan pada Juni ini.
”Di bulan Februari sampai Mei 2021, rata-rata SDM yang terpapar Covid-19 itu sekitar 30 orang sebulan. Sekarang di bulan Juni, SDM kami yang terpapar Covid-19 ada 204 orang,” ujar Rukmono.
Rukmono mengatakan, dari 204 yang terpapar Covid-19 itu, sebagian besar merupakan tenaga nonkesehatan. Selain itu, ada juga perawat serta peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di RSUP Dr Sardjito yang terpapar Covid-19.