Pasien Covid-19 Melonjak, Stok Oksigen Sejumlah RS di DIY Menipis
Jumlah pasien Covid-19 yang melonjak selama beberapa hari terakhir membuat stok oksigen di sejumlah rumah sakit di DIY menipis. Akibatnya, beberapa rumah sakit di DIY disebut terpaksa membatalkan pelaksanaan operasi.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Stok oksigen di sejumlah rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta menipis akibat lonjakan kasus Covid-19. Kondisi itu bahkan membuat sejumlah rumah sakit membatalkan jadwal operasi yang sudah dirancang sebelumnya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia DIY Joko Murdiyanto mengatakan, stok oksigen menipis karena banyak pasien Covid-19 dirawat di rumah sakit. Hal itu tidak seimbang dengan pasokan yang belum ditambah secara signifikan.
”Kondisi saat ini tidak seperti biasanya. Antara supply (penawaran) dan demand (permintaan) sudah tidak seimbang. Demand-nya terlalu tinggi karena banyak kasus positif. Sementara supply-nya kelihatannya tidak dilipatgandakan sehingga njomplang (tidak seimbang),” ujar Joko, Selasa (22/6/2021) sore.
Lonjakan kasus terjadi dalam beberapa hari terakhir. Data Dinas Kesehatan DIY pada 16 Juni 2021 mencatat ada 534 kasus atau menjadi rekor kasus baru dalam sehari.
Pada Kamis (17/6/2021), rekor kasus baru Covid-19 kembali pecah dengan jumlah 595 kasus dalam sehari. Kejadiannya kembali meningkat pada Sabtu (19/6/2021) dengan 638 kasus. Terus naik pada Minggu (20/6/2021) dengan 665 kasus, pada Selasa tercatat ada 675 kasus.
Peningkatan kasus dan menipisnya ketersediaan oksigen, kata Joko, mengakibatkan pembatalan sejumlah operasi untuk pasien bukan Covid-19. Untuk sementara, oksigen diprioritaskan untuk pasien-pasien dengan kondisi gawat darurat atau kritis.
”Kita menggunakan skala prioritas, oksigen itu kita berikan untuk pasien-pasien yang gawat darurat dan mengancam jiwa,” kata Joko, yang juga penasihat Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia Cabang DIY.
Joko memaparkan, di tengah stok oksigen yang menipis itu, pengelola rumah sakit di DIY melakukan berbagai cara untuk mendapat tambahan pasokan oksigen. Dia mencontohkan, ada pengelola rumah sakit yang harus mengambil pasokan oksigen dari Klaten, Jawa Tengah.
”Teman-teman direktur rumah sakit dan seluruh jajarannya berjibaku bagaimana caranya mendapat pasokan oksigen. Ada rumah sakit yang mendapatkan pemasok oksigen di Klaten, ya harus bawa mobil ke sana untuk ambil karena enggak bisa menyuruh (pemasok) mengantar,” ungkap Joko.
Tiga kali lipat
Kepala Dinkes DIY Pembajun Setyaningastutie mengakui, ketersediaan oksigen di rumah sakit berkurang. Hal itu dipicu peningkatan pasien yang dirawat akibat Covid-19.
Pembajun memaparkan, selama beberapa hari terakhir, pemakaian oksigen di rumah sakit di DIY meningkat tiga kali lipat. Oleh karena itu, stok oksigen yang tersedia menjadi semakin cepat habis.
”Oksigen itu sudah dipasok oleh para distributor dan agen, tapi karena pemakaiannya tiga kali lipat, ya semakin cepat habis,” tuturnya.
Penambahan jumlah pasien itu terlihat dari tingkat keterisian tempat tidur (BOR) pasien Covid-19 di DIY yang meningkat selama beberapa hari terakhir. Pada Selasa, BOR Covid-19 mencapai 72,04 persen.
”Memang ketersediaan oksigen di rumah sakit tidak seperti biasanya karena angka kasusnya meningkat. BOR rumah sakit juga sudah di atas 70 persen,” ujar Pembajun.
Pembajun menuturkan, pada pekan lalu, Satuan Tugas Covid-19 DIY telah memanggil salah satu distributor utama pemasok oksigen ke sejumlah rumah sakit. Satgas memintanya memenuhi kebutuhan oksigen di rumah sakit.
”Distributor itu sudah meningkatkan produksinya, tapi karena banyak yang minta, stok oksigen menjadi semakin cepat habis,” kata Pembajun.
Pembajun menambahkan, pada Selasa siang, pihaknya juga mengundang seluruh distributor oksigen di DIY. Dalam pertemuan itu, distributor diminta memenuhi kebutuhan oksigen di berbagai rumah sakit.
”Mari, kita duduk bersama dan bicara bersama, bisakah mereka membantu mencukupi oksigen di rumah sakit yang ada di DIY,” kata Pembajun.
Menurut Pembajun, untuk sementara, kebutuhan oksigen itu diupayakan dipenuhi dari para distributor di DIY. Namun, jika masih kurang, kemungkinan akan mencari tambahan pasokan dari distributor luar daerah.
”Kita kumpulkan dulu distributor yang ada saja, kita tidak mencari yang baru. Kita minta mereka untuk maksimal. Tapi kalau kita harus mencari dari luar, ya akan kita upayakan,” ungkap Pembajun.