logo Kompas.id
NusantaraTanda Bahaya dari Rumah Sakit ...
Iklan

Tanda Bahaya dari Rumah Sakit yang Kian Kritis

Lonjakan kasus positif Covid-19 terjadi di Jawa Barat. Datang seperti badai, ketersediaan ruang perawatan di rumah sakit kritis dan rentan kolaps.

Oleh
IKI/TAM/RTG/CHE
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/sm2LZBi5zkEWcWTDjVVSgjeZO_U=/1024x665/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F06%2F20210613HumasJabar-01_1623564368.jpeg
BIRO ADPIM PEMPROV JABAR

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) meninjau ketersediaan tempat tidur untuk pasien Covid-19 di Kota Bandung, Sabtu (12/6/2021) malam. Lonjakan kasus Covid-19 terjadi di Kota Bandung pascalibur Lebaran.

Gelombang lonjakan kasus Covid-19 di Jawa Barat tidak terbendung pascalibur Lebaran. Keterisian rumah sakit semakin kritis sehingga sulit menampung pasien baru.

K (43) hampir tidak sadarkan diri saat tiba di Puskesmas Lohbener, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (15/6/2021) sekitar pukul 10.00. Warga Desa Lohbener itu sesak napas. Tekanan darahnya tinggi.

Petugas puskesmas lantas meminta K menjalani tes cepat antigen. Hasilnya, K terkonfirmasi positif Covid-19. Dengan gejala berat yang dialaminya, K harus segera dirujuk ke rumah sakit.

Namun, semuanya tidak sederhana. Kepala Puskesmas Lohbener Uswatun Hasanah, Kamis (17/6/2021), mengatakan, siang itu banyak rumah sakit di Indramayu penuh.

Uswatun meminta keluarga bersabar menunggu kabar baik tentang ketersediaan ruangan. Namun, napas K kian tersengal-sengal dan tidak lagi mampu berbicara.

”Mereka lalu meminta izin mencari ruang perawatan sendiri sembari membawa K. Kami bingung, enggak bisa melarang,” katanya.

Baca juga: Kasus Covid-19 Merebak di Indramayu, Ruang Isolasi Nyaris Penuh

Selama perjalanan, petugas puskesmas terus memantau perkembangan pasien lewat telepon. Ruang isolasi di tiga rumah sakit yang didatangi, yaitu Mitra Plumbon, Sentra Medika Lohbener, dan Bhayangkara Indramayu, penuh.

Mereka lalu berencana ke RS MIS Krangkeng yang berjarak lebih dari 45 kilometer dari pusat kota Indramayu. ”Di tengah jalan, ada kabar kalau RS MIS juga penuh. Pasien lalu ke RSUD Indramayu. Di sana, UGD (unit gawat darurat) juga penuh. Setelah berupaya mencari tempat lainnya, K meninggal di tengah jalan,” kata Uswatun.

Uswatun lalu melaporkan kejadian itu ke Satgas Penanganan Covid-19 Indramayu agar dibantu memakamkan K sesuai protokol kesehatan. ”Kami menunggu kabar dari tim pemulasaraan jenazah sampai pukul 16.25. Ternyata dapat kabar tim kelelahan setelah ngubur tiga jenazah,” katanya.

Akhirnya, semua harus menunggu. Pemakaman K baru dilakukan setelah pukul 18.00. ”Intinya, kalau puskesmas sudah berusaha maksimal. Namun, mungkin karena masalah rujukan (ruangan isolasi terbatas) itu. Ini pembelajaran buat kami,” ujarnya.

Baca juga: Kota Bandung Kritis Covid-19, Keterisian Rumah Sakit Hampir 90 Persen

Kewalahan

https://cdn-assetd.kompas.id/qDrYkTDQL5-QNpbj31ee3miwssc=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F06%2F366d3f57-5b41-4874-8593-1461b27c22bf_jpg.jpg
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Kesibukan perawat di ruang khusus perawatan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, saat mengumpulkan sampah-sampah dan dikemas dalam kantong khusus, Rabu (16/6/2021). Tingkat keterisian tempat tidur bagi pasien Covid-19 di RSUD Bogor saat ini mencapai 75 persen.

Berjarak sekitar 140 kilometer dari Indramayu, sulitnya mencari ruang isolasi juga dialami Kepala Desa Sekarwangi, Kabupaten Bandung, Ridwannulloh. Ambulans yang dikemudikannya melaju kencang melintasi jalan-jalan di Kabupaten dan Kota Bandung, Senin (14/6/2021) malam. Ia terburu-buru membawa warganya, I (34), yang terpapar Covid-19, ke rumah sakit.

Empat rumah sakit didatangi, tetapi semua ruang isolasi penuh. Dalam kepanikan, Ridwannulloh merekam video sambil menjelaskan kondisi tersebut. ”Hati-hati kawan. Jaga kesehatan. Saya mencari rumah sakit terus,” ujarnya di akhir video.

Setelah membuat video itu, Ridwannulloh menuju RS Al-Ihsan, Baleendah. Di sana masih tersedia tempat tidur untuk I yang terbaring lemah selama perjalanan. Lebih dari empat jam mereka menembus malam mencari satu ruang isolasi. Ridwannulloh mengatakan, I hanya satu malam dirawat di rumah sakit. Saat ini, ia menjalani isolasi mandiri di rumahnya.

Iklan

Video tersebut lantas viral. Meski hanya berdurasi sekitar satu menit, rekaman itu cukup menggambarkan kondisi ruang isolasi rumah sakit di kawasan Bandung Raya. Kondisinya kian kritis dibanjiri pasien Covid-19.

Ridwannulloh tak menyangka video itu viral. Ia tak bermaksud mengundang keresahan, apalagi menakut-nakuti masyarakat.

”Saya hanya menjelaskan kondisi Covid-19 saat ini yang harus diwaspadai. Dengan begitu, mengajak masyarakat lebih patuh menjalankan protokol kesehatan,” ujarnya, Kamis.

Baca juga: Beban Tenaga Kesehatan di Kabupaten Cirebon Semakin Berat

Ke depan, ia berharap, aparat desa mendapat informasi berkala tentang keterisian setiap rumah sakit rujukan Covid-19. ”Jadi, saat ada warga positif, kami tinggal bawa ke rumah sakit yang belum penuh. Dengan begitu, enggak perlu mendatangi satu per satu. Kasihan pasiennya juga,” katanya.

Peningkatan okupansi ruang isolasi rumah sakit di Jabar setidaknya mulai terjadi sejak akhir Mei 2021. Wanti Puspa (30), warga Bandung, pernah kesulitan mencari ruang isolasi untuk keluarganya.

Semuanya berawal saat ayahnya, AS (57), terkonfirmasi positif melalui tes PCR, Kamis (27/5/2021). AS langsung diisolasi di RS Unggul Karsa Medika, Bandung. Setelah dilakukan pelacakan kontak, ibu dan tiga kerabat lainnya juga positif Covid-19.

”Hanya beda sehari dari bapak, kami kesulitan mencari ruangan (isolasi). Bapak bisa masuk ruangan kurang dari 24 jam hari Kamis. Sehari kemudian, sudah tidak ada ruangan tersisa,” katanya.

Petugas menyarankan empat anggota keluarga saya untuk isolasi mandiri. Namun, Puspa menolak saran itu. Seluruh anggota keluarganya terpapar Covid-19 dengan gejala. Apalagi salah satu anggota keluarganya memiliki komorbid. Tiga hari berselang, mereka baru mendapatkan tempat isolasi di tiga tempat berbeda.

”Bapak dirawat selama sembilan hari. Anggota keluarga lainnya sekitar sepuluh hari. Semuanya kini sudah negatif Covid-19,” ujarnya.

Baca juga: Orang Tanpa Gejala Leluasa Bepergian di Bandung Saat Libur Lebaran

https://cdn-assetd.kompas.id/dWkghOISZxH5YvcW8S0pMiafjc8=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F06%2Fa80d2f3a-9ab5-45e5-8c34-fb6bb3571b01_jpg.jpg
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (kanan) bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) mendengar penjelasan Direktur Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung Taat Tagore (tengah) tentang laboratorium RSKIA Kota Bandung, Rabu (16/6/2021).

Rata-rata keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar melonjak tajam setelah libur Lebaran. Saat ini keterisiannya mencapai 77 persen atau naik lebih dari 2,5 kali lipat dibandingkan sebulan lalu. Saat itu, keterisiannya masih 28 persen.

Bahkan, keterisian rumah sakit Covid-19 di sejumlah daerah sudah di atas 80 persen, di antaranya Kabupaten Bandung, Tasikmalaya, Purwakarta, Karawang, Majalengka, Bandung Barat, Indramayu, serta Kota Bandung dan Bekasi.

Kini, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menetapkan kawasan Bandung Raya Siaga Satu Covid-19. Kawasan itu menjalankan sistem bekerja dari rumah (work from home/WFH) 75 persen. Wisatawan diimbau tidak berkunjung selama sepekan ke depan.

Dia juga meminta rumah sakit menambah tempat tidur untuk pasien Covid-19. ”Menaikkan bed ratio (tempat tidur) untuk pasien Covid-19 dari rata-rata 20-an persen menjadi 30-40 persen,” ujarnya.

Ada sekitar 3.000 tempat tidur baru yang disiapkan untuk pasien Covid-19. Namun, Ridwan Kamil tetap meminta semua warga saling membantu dengan terus menjaga protokol kesehatan. Covid-19 bisa menyerang siapa saja.

Dalam akun media sosialnya, ia menulis ada bayi-bayi yang dirawat setelah terpapar dari ibunya. Ada juga sekeluarga yang dirawat sehabis dikunjungi anaknya.

Bosen ya baca berita Covid-19? Samaa,” ujarnya.

Baca juga : Rumah Sakit Kian Kritis dan Dua Daerah Zona Merah, Bandung Raya Terapkan WFH

Editor:
Cornelius Helmy Herlambang
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000