Beban Tenaga Kesehatan di Kabupaten Cirebon Semakin Berat
Melonjaknya kasus Covid-19 di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, membuat tenaga kesehatan kewalahan. Mereka tidak hanya mengurus vaksinasi, tetapi juga harus merawat pasien Covid-19.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Beban tenaga kesehatan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, semakin berat di tengah lonjakan kasus Covid-19. Selain vaksinasi Covid-19, mereka juga harus melakukan surveilans dan merawat pasien Covid-19. Kini, puluhan tenaga kesehatan pun terpapar virus tak kasatmata tersebut.
Hingga Rabu (16/6/2021), kasus positif Covid-19 secara kumulatif di daerah berpenduduk 2,2 juta jiwa itu mencapai 10.820 orang. Rinciannya, 466 orang meninggal dunia, 967 orang dirawat/diisolasi, dan 9387 orang sembuh. Terdapat 168 kasus positif baru dalam 24 jam terakhir.
Lonjakan kasus terjadi sejak awal Juni. Dua pekan setelah Lebaran (15-30 Mei), tercatat 693 kasus positif baru dengan jumlah kematian 18 orang. Namun, pada 31 Mei-13 Juni, kasus terkonfirmasi mencapai 831 orang dan 31 meninggal dunia.
Peningkatan kasus Covid-19 tersebut berdampak pada keterisian ruangan isolasi di Kabupaten Cirebon. Jika sebelumnya okupansi ruang isolasi di bawah 50 persen, kini mencapai 65 persen dari 475 tempat tidur yang tersebar di 11 rumah sakit.
”Dengan melonjaknya kasus Covid-19, banyak nakes (tenaga kesehatan) juga terkonfirmasi positif. Sejumlah puskesmas juga tutup,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni setelah rapat evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Cirebon.
Hingga kini, tercatat 35 nakes dari puskesmas dan rumah sakit positif Covid-19. Secara kumulatif, sejak pandemi Covid-19 2020, lebih dari 300 nakes di Cirebon pernah terkonfirmasi.
Adapun puskesmas yang sempat ditutup karena petugasnya terpapar Covid-19, antara lain, Nanggela, Tegalgubug, dan Kalimukti. ”Sekarang, puskesmasnya sudah buka karena penutupan hanya satu hari untuk disinfeksi dan tes swab,” ujarnya.
Eni mengakui, nakes saat ini kewalahan menghadapi penyebaran virus korona jenis baru. Mereka tidak hanya melacak kontak erat kasus positif dan melakukan tes usap, tetapi juga harus menjalankan vaksinasi Covid-19.
Setiap hari, rata-rata 1.871 orang menjalani vaksinasi Covid-19 di Cirebon. Dari target 374.623 sasaran vaksinasi, cakupannya baru sekitar 40 persen atau 148.972 orang. Dari jumlah itu, vaksinasi dua dosis untuk warga lanjut usia baru mencapai 1 persen dari target 158.605 orang. Nakes juga bertugas mengajak warga divaksin.
Ingat, tempat tidur di rumah sakit itu jalan terakhir dalam penanganan Covid-19.
Beban nakes lainnya ialah merawat pasien Covid-19 yang mulai memadati rumah sakit. ”Bahkan, pasien sampai antre di IGD (intalasi gawat darurat). Ingat, tempat tidur di rumah sakit itu jalan terakhir dalam penanganan Covid-19,” katanya.
Itu sebabnya, Eni berharap TNI, Polri, dan aparat desa membantu tugas nakes. Misalnya, mengawal nakes saat pelacakan kontak erat dan tes usap. Sebab, lanjutnya, masih ada masyarakat yang takut menjalani tes. ”Padahal, semakin banyak dites, penularan bisa dicegah,” ujarnya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Cirebon Ahmad Fariz mengatakan, demi menghindari kolapsnya nakes, pengawasan terhadap mobilitas warga perlu diperketat. Apalagi, varian virus korona jenis baru yang lebih berbahaya telah menyebar ke sejumlah daerah.
”Pemerintah kecamatan dan desa harus mencatat warganya yang datang dari luar daerah dan luar negeri. Meskipun mereka sudah lolos karantina, pengawasan tetap dibutuhkan,” katanya. Adapun masyarakat, lanjutnya, bisa mengurangi beban nakes dengan menegakkan protokol kesehatan (prokes).
Kepala Satpol PP Kabupaten Cirebon M Syafrudin mengatakan, masyarakat perlu saling mengingatkan untuk menjalankan prokes. Sejumlah minimarket, misalnya, masih membiarkan konsumen masuk tanpa mengenakan masker.
”Kami sudah memanggil manajamen minimarket untuk memastikan prokes berjalan. Kami juga segera rapat membahas teknis pengawasan prokes, termasuk sanksinya,” katanya.