Vaksin Lansia di Sumsel Dialihkan Sementara untuk Guru
Pemerintah Sumatera Selatan mengalihkan vaksinasi yang seharusnya untuk kaum lansia ke kelompok tenaga pengajar dengan alasan tahun ajaran baru segera berlangsung.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Mendekati tahun ajaran baru, vaksinasi terhadap guru di Sumatera Selatan terus dipacu. Bahkan, alokasi vaksin yang semula digunakan untuk kaum lanjut usia, untuk sementara dialihkan ke tenaga pendidikan. Langkah ini dilakukan untuk mengejar target vaksinasi terhadap guru, yakni 100 persen pada akhir Juni 2021.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Fery Yanuari, Rabu (16/6/2021), di Palembang mengatakan, vaksinasi terhadap guru menjadi salah satu program prioritas guna mengejar pembukaan tahun ajaran baru pada 13 Juli 2021. ”Sampai saat ini, proses vaksinasi terhadap guru terus berjalan. Namun, memang belum optimal karena keterbatasan vaksin,” ucapnya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumsel tentang vaksinasi bagi tenaga pendidik per Selasa (15/6/2021), dari sekitar 148.458 tenaga pendidikan yang menjadi sasaran vaksinasi, sekitar 57,51 persen sudah menerima vaksin. Daerah dengan persentase vaksinasi tertinggi ialah Muara Enim dengan cakupan 89, 86 persen, sedangkan yang terendah ialah Kota Pagar Alam dengan cakupan vaksinasi 20,52 persen.
”Ke depan, kami akan mendorong pemerintah kota/kabupaten untuk mempercepat vaksinasi terhadap guru. Harapannya, akhir Juni 2021, vaksinasi pada guru sudah selesai,” ucapnya.
Fery mengatakan, keterbatasan vaksin memamg masih menjadi kendala utama. Sampai saat ini, jumlah vaksin yang diterima Sumsel sekitar 1.060.700 dosis di mana 3.300 vaksin di antaranya bemerek AstraZeneca. Sementara untuk realisasi vaksinasi baru mencapai 67,08 persen. Dari vaksin yang masih tersedia itulah akan dialokasikan ke guru.
Kendala lain ialah mengenai sistem pendataan di mana sistem penyaluran vaksinasi untuk kelompok guru sedang bermasalah sehingga pendataan masih bersifat manual hingga saat ini. ”Ada kemungkinan jumlah guru yang sudah divaksin di lapangan akan lebih banyak dibandingkan yang terdata di dalam sistem,” ucapnya.
Karena pembukaan sekolah harus didasari oleh kesepakan dari orangtua siswa. Tanpa itu, pembelajaran tatap muka tidak bisa digelar.
Namun, Fery menjamin, vaksinasi terhadap warga lansia tetap akan dilanjutkan sembari menunggu vaksin yang datang dari pemerintah pusat. Dia belum tahu kapan vaksin selanjutnya akan tiba, tetapi kemungkinan jumlahnya tidak akan terlalu banyak karena memang ada daerah lain yang menjadi prioritas penanganan Covid-19.
Sasaran baru
Selain kepada guru, ujar Fery, sekarang vaksinasi juga dialokasikan untuk kaum pralansia, yakni dengan usia di atas 50 tahun, kaum difabel, orang dengan gangguan jiwa. ”Kelompok masyarakat ini masuk dalam kelompok rentan tertular,” ucapnya.
Jika dilihat dari kelompok masyarakat, vaksinasi terhadap tenaga kesehatan sudah hampir tuntas di mana dari 49.007 tenaga kesehatan yang menjadi sasaran vaksinasi, sekitar 93,92 persen sudah menjalani vaksinasi dosis pertama.
Sementara untuk pelayan publik, dari 43.9477 orang yang menjadi sasaran vaksinasi, sekitar 69,18 persen sudah divaksin dosis pertama. Yang masih menjadi masalah ialah kaum lansia. Sebab, dari 720.076 orang yang menjadi sasaran vaksinasi, sekitar 10,16 persen sudah menerima vaksin.
Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Sumsel Nasrul Bani mengatakan, vaksinasi menjadi komponen penting yang harus dilakukan sebelum sekolah menggelar pembelajaran tatap muka terbatas. Namun, terkait pelaksanaanya, dikembalikan kepada dinas kesehatan.
Untuk kepastian pembukaan, ujar Nasrul, masih terus dibicarakan dengan semua pihak, termasuk orangtua siswa. ”Sebab, pembukaan sekolah harus didasari oleh kesepakan dari orangtua siswa. Tanpa itu, pembelajaran tatap muka tidak bisa digelar,” ucapnya. Apalagi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro di Sumsel telah diperpanjang.
Menurut dia, pembelajaran tatap muka perlu dilakukan mengingat hal ini sangat berpengaruh pada psikologis siswa yang sudah lama menggelar pembelajaran secara daring. Namun, pelaksanaannya harus tetap berpegang pada standar protokol kesehatan yang berlaku.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Riza Pahlevi menuturkan, sebelum sekolah itu dibuka untuk pembelajaran tatap muka terbatas, satgas yang sudah dibentuk di sekolah harus memantau apakah semua sarana dan prasarana yang disiapkan sudah sesuai dengan standar protokol kesehatan.
Proses pembelajaran pun masih menggunakan kombinasi antara sistem daring dan luring. ”Sebab, tidak semua siswa bisa mengikuti pembelajaran tatap muka. Jumlah siswa yang hadir di kelas bakal dibatasi,” ujar Riza.