Jatim Bidik Ekspor untuk Percepat Pemulihan Ekonomi
Jatim terus mendorong pertumbuhan ekspor sebagai upaya mempercepat pemulihan ekonomi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus mendorong pertumbuhan ekspor sebagai upaya mempercepat pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19. Salah satu langkahnya adalah mencari terobosan pasar di luar pasar utama yang selama ini disasar.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, Jumat (11/6/2021), mengatakan, selama pandemi, transaksi ekspor beberapa produk potensial tetap berjalan. Salah satunya tisu produksi PT Sun Paper Source, di Ngoro, Kabupaten Mojokerto.
Sebanyak 136,3 ton tisu dalam bentuk parent roll dan finished good tisu diberangkatkan ke Malaysia, Amerika Serikat, Australia, dan Jamaika, Kamis (10/6/2021). Pelepasan produk ekspor yang dimuat dalam 11 kontainer itu dilakukan oleh Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga.
Dalam sambutannya, Jerry mengatakan, neraca perdagangan RI pada 2020 surplus 21,74 miliar dollar AS (sekitar Rp 308 triliun). Bahkan, neraca pada April 2021 juga mengalami lonjakan meski tak dirinci angkanya. Kondisi ini patut disyukuri tetapi harus tetap waspada.
”Kita tetap harus mengembangkan apa yang bisa kita ekspor dengan produk-produk yang tepat sasaran, seperti kertas tisu. Ini saya pikir menjadi salah satu penyemangat menjaga neraca perdagangan surplus,” kata Jerry.
Presiden Direktur PT Sun Paper Source Ventje Hermanto mengemukakan, pihaknya mengekspor tisu ke lebih dari 80 negara dan menjadi produsen tisu kedua terbesar di Asia Tenggara. Sun Paper Source mencatat kenaikan ekspor 6 persen sepanjang 2020 dan lonjakan ekspor di Maret 2021 sebanyak 37,16 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Ventje mengatakan, ada dua tantangan yang dihadapi saat ini, yakni masalah kenaikan biaya freight (kontainer) dan kelangkaannya, serta regulasi impor bahan baku. ”Tentu ini akan membuat harga tisu menjadi tidak kompetitif dibandingkan negara lain yang masih rendah harga freight-nya. Daya saing jadi berkurang di pasar global,” ucapnya.
Dia berharap kendala dan tantangan yang dihadapi eksportir dan produsen tisu dapat diurai satu per satu oleh pemegang kebijakan. Ini agar potensi Indonesia untuk menjadi motor industri tisu dunia menjadi lebih besar.
Laporan Fastmarket RISI 2021 menyebutkan, kenaikan ekspor tisu dari Indonesia (kumulatif semua eksportir tisu) sebanyak 122.000 ton atau 18 persen, yakni dari 676.000 ton pada 2019 menjadi 798.000 ton pada 2020. Produk tisu dalam bentuk parent roll buatan Indonesia mendominasi pasar di kawasan Asia Pasifik.
Menanggapi keluhan biaya freight, Jerry Sambuaga mengatakan, masalah ini tidak dapat dituntaskan sendirian oleh Kementerian Perdagangan. Pihaknya akan intensif berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan dan lobi-lobi perjanjian dagang internasional.
Kinerja yang saat ini sedang ditingkatkan terus adalah free trade agreement (FTA). Dengan perjanjian dagang biaya masuk nol, harga produk Indonesia akan lebih kompetitif. Tahun ini Kemendag sudah menyelesaikan lebih dari 23 perjanjian dagang.
Tambahan 12 perjanjian lagi sedang dalam proses, antara lain dengan Chile, negara-negara Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA), dan Uni Eropa. Soal ekspor ke Pakistan yang masih ada biaya masuk juga segera diproses. Daftar jenis barang yang masuk FTA pun terus ditambah. Sejauh ini untuk ekspor ke Australia sudah 7.000 daftar barang dan Hong Kong sudah 5.000 daftar barang.
Sementara itu, brownies ketan produksi industri kecil menengah Sidoarjo berhasil menembus pasar ekspor Australia, Singapura, dan Turki. Hal itu terwujud setelah produk memenuhi persyaratan sertifikasi HACCP dan SNI 2973:2011.
Pemilik CV Bolu Ketan Mendut Jalian Setiarso mengatakan, permintaan dari Turki sebanyak 1.500 kotak. Ekspor perdana ke Turki dilakukan Kamis (10/6/2021) yang difasilitasi oleh KJRI di Turki. Selain itu, ada permintaan susulan dari Hong Kong, Australia, dan Singapura.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor bangga dengan terobosan UMKM yang mampu menembus pasar ekspor di tengah situasi ekonomi makro terkontraksi akibat pandemi Covid-19. ”Harapannya, ini menjadi penyemangat bagi UMKM lainnya agar terus berinovasi dan meningkatkan kompetensi serta berupaya merebut peluang ekspor yang terbuka lebar,” ujar Muhdlor.
Pemkab Sidoarjo juga terus memfasilitasi kemudahan pengurusan perizinan, pinjaman modal bunga ringan, dan pendampingan untuk meningkatkan kompetensi pelaku usaha.