Neraca ekspor impor Jawa Timur dua bulan terakhir defisit, apalagi situasi pandemi Covid-19 belum mereda sehingga akan menambah kesulitan bagi daerah mengejar pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Perdagangan barang ke mancanegara atau ekspor dari Jawa Timur mulai tumbuh meski pandemi Covid-19 sejak setahun terakhir belum mereda. Pertumbuhan ekspor dirasakan dalam kurun Januari-Februari 2021.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat, ekspor Jatim pada Januari lalu senilai 1,53 miliar dollar AS. Mayoritas atau senilai 1,51 miliar dollar AS merupakan ekspor komoditas bukan minyak dan gas bumi (migas). Bulan berikutnya atau Februari nilai ekspor naik 11 persen menjadi 1,7 miliar dollar AS. Mayoritas atau 1,51 miliar dollar AS merupakan barang nonmigas. Ada kenaikan ekspor nonmigas sebesar 9,1 persen.
Namun, menurut Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan di Surabaya, Selasa (16/3/2021), nilai ekspor Februari lalu menurun dibandingkan dengan Februari 2020. Nilai ekspor Februari 2020 mencapai 1,99 miliar dollar AS sehingga ada penurunan 14,4 persen. Penurunan akibat tahun ini masih dalam situasi pandemi Covid-19.
Catatan BPS, dari 1,7 miliar dollar AS nilai ekspor pada Februari lalu, senilai 1,38 miliar dollar AS di antaranya merupakan kontribusi komoditas dari industri pengolahan. Produk pertanian menyumbang 117,1 juta dollar AS. ”Negara tujuan ekspor Jatim masih dominan Jepang, AS, dan China,” kata Dadang.
Selama pandemi, saya tidak merumahkan apalagi memberhentikan pegawai karena permintaan malah meningkat. Setiap bulan, saya mengirim lebih dari 700 boks ke luar negeri. (Naniek Heri)
Meski demikian, nilai ekspor itu di bawah dari impor yang pada Februari mencapai 1,87 miliar dollar AS. Artinya, neraca perdagangan Jatim pada Februari defisit 110 juta dollar AS. Defisit masih bisa ditutupi dengan meningkatkan kinerja ekspor di bulan-bulan berikutnya sekaligus strategi menahan impor.
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo menginginkan pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini 5,8 persen sehingga setidaknya dalam neraca perdagangan Jatim harus surplus di akhir 2021.
Secara terpisah, Ketua Umum Forum Komunikasi Asosiasi (Forkas) Usaha Jatim Eddy Widjanarko mengatakan, neraca perdagangan Jatim kurun Januari-Februari masih minus. Padahal, jika ingin mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, ekonomi di Jatim pada Januari-Maret idealnya tumbuh 2 persen.
Ditangani
”Untuk memulihkan dan mempercepat gerak perekonomian, situasi pandemi harus bisa ditangani dengan cepat,” kata Eddy.
Penanganan pandemi bergantung pada keandalan aparatur dan masyarakat. Dunia usaha dan industri tidak bisa optimal dalam menggerakkan ekonomi karena selama penanganan pandemi ada konsekuensi pembatasan sosial termasuk pelarangan perjalanan internasional yang belum dicabut.
Meski demikian, kalangan pengusaha dengan konsentrasi ekspor di Surabaya mencoba terus berproduksi karena memang ada permintaan dan pasar di mancanegara. Naniek Heri (60), pemilik Kriya Daun, tetap memproduksi dan mengekspor berbagai macam kotak dan pernak pernik berbahan daun kering ke Inggris, AS, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
”Selama pandemi, saya tidak merumahkan, apalagi memberhentikan pegawai karena permintaan malah meningkat. Setiap bulan, saya mengirim lebih dari 700 boks ke luar negeri,” kata Naniek.
Setiap kotak bernilai Rp 75.000-Rp 85.000. Pasar mancanegara masih terus menyerap produk ini untuk tempat bahan minuman atau cenderamata. Adapun pasar domestik sedang lesu sehingga Naniek mengalihkan ke ekspor dan ternyata jitu.
Sebelum terjadi pandemi, pasar dalam negeri paling menyerap produk Kriya Daun. Setidaknya setiap bulan Naniek mengirim 1.000 kotak untuk berbagai perusahaan di Jakarta dan Surabaya sebagai cenderamata.
”Setiap bulan tak kurang dari Rp 20 juta nilai barang dikirim ke luar negeri,” kata Nanik, yang memiliki 10 pegawai itu.