Nasib Pengungsi Konflik Bersenjata di Papua Harus Jadi Perhatian Utama
Nasib pengungsi konflik bersenjata di Papua rentan luput dari perhatian. Sejumlah kesulitan mengakses layanan kesehatan hingga jaminan keamanan harus mereka hadapi.
Oleh
fabio costa
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Nasib hidup warga sipil terdampak konflik bersenjata di Papua harus menjadi perhatian utama. Jaminan keamanan, kesehatan, dan kecukupan makanan bagi mereka mutlak dipenuhi.
Saat ini, ribuan orang terdampak konflik di Kabupaten Puncak, Papua. Mereka terlupakan. Bahkan, hingga kini masih ada perbedaan data terkait jumlah pengungsi itu.
Kepolisian Daerah Papua menyatakan, jumlah warga yang mengungsi di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, sebanyak 1.762 orang. Namun, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Wilayah Papua menyebut ada 3.019 pengungsi.
Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri saat ditemui di Jayapura, Kamis (3/6/2021), mengatakan, pengungsi berasal dari 13 kampung di Ilaga, Ilaga Utara, dan Mabugi. Saat ini, mereka sudah kembali ke rumah masing-masing.
”Sebenarnya kelompok kriminal bersenjata (KKB) mengharapkan warga kembali ke rumahnya. Tujuannya agar (KKB) bisa mengambil pasokan makanan. Namun, kami sudah menyiapkan pos pengamanan di sekitar permukiman untuk menangkal ulah itu,” katanya.
Sementara itu, data Komnas HAM Wilayah Papua lebih besar dari klaim polisi. Kepala Perwakilan Komnas HAM Wilayah Papua Frits Ramandey mengatakan, ada 3.019 pengungsi dari 23 kampung di empat distrik, yakni Ilaga, Ilaga Utara, Gome, dan Gome Utara.
Data itu didapat dari kunjungan Komnas HAM Papua ke lokasi pengungsian di Ilaga dan Gome, 30 Mei-1 Juni 2021. ”Kami mendapatkan data pengungsi dari hasil pemantauan di lapangan, Dinas Sosial Kabupaten Puncak, dan pimpinan kantor distrik setempat. Mereka tinggal di tenda dan rumah kerabatnya,” papar Frits.
Menurut dia, dua anak balita meninggal dunia selama di pengungsian karena mengalami gangguan kesehatan. ”Dari pantauan di dua lokasi pengungsian, mereka butuh pasokan air bersih dan layanan kesehatan. Mereka juga ingin kembali ke kampung halamannya untuk mengurus ternak dan kebun,” ungkap Frits.
Frits berharap, warga yang telah kembali ke rumahnya sejak Rabu kemarin mendapatkan jaminan keamanan. ”Kami telah bertemu dengan pimpinan OPM (Organisasi Papua Merdeka). Mereka menjamin tidak akan lagi ada kontak tembak sehingga warga bisa kembali ke rumahnya,” tuturnya.