Penjagaan Pos Polisi Rawan Serangan KKB di Papua Diperketat
Penjagaan di pos polisi yang rawan penyerangan ditingkatkan. Jumlah personel yang minim rentan meningkatkan risiko jatuhnya korban jiwa.
Oleh
fabio costa
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Penjagaan pos polisi rawan serangan kelompok kriminal bersenjata di Papua diperketat. Tujuannya, mencegah insiden di Pos Polisi Subsektor Oksamol di Pegunungan Bintang terulang kembali.
”Kami akan mendata kembali jumlah personel dan menempatkan setidaknya 15 orang di setiap pos rawan gangguan keamanan untuk mencegah kejadian di Okasamol tidak terjadi lagi,” kata Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri di Jayapura, Senin (31/5/2021).
Sebelumnya, Pospolsubsektor Oksamol diserang enam orang pada Jumat (28/5/2021) pukul 01.30 WIT. Akibatnya, Brigadir Satu Mario Sanoy gugur terkena tembakan di kepala.
Saat itu, Mario berjaga seorang diri. Seorang rekannya berobat di Jayapura. Sementara dua personel lainnya berada di Oksibil, ibu kota Pegunungan Bintang.
”Jenazah Mario telah dimakamkan hari Minggu kemarin. Kami berupaya masalah ini tidak terulang dengan mengevaluasi kembali jumlah personel di setiap pos, terutama di daerah rawan,” kata Mathius.
Kepala Kepolisian Resor Pegunungan Bintang Ajun Komisaris Besar Cahyo Sukarnito mengatakan, jumlah personel belum ideal dengan luas wilayah. Saat ini, hanya ada 148 personel di daerah dengan luas mencapai 15.863 kilometer persegi itu.
Pegunungan Bintang adalah salah satu daerah di Papua rawan teror kelompok kriminal bersenjata. Daerah lain yang punya potensi serupa adalah Nduga, Yahukimo, Lanny Jaya, Jayawijaya, Puncak, Puncak Jaya, Intan Jaya, dan Paniai.
Data Kompas dan Polda Papua, dari Januari hingga Mei tahun 2021, terjadi 20 penyerangan melibatkan KBB di Intan Jaya, Yahukimo, Pegunungan Bintang dan Puncak. Akibatnya, sembilan aparat keamanan dan enam warga sipil meninggal dunia. Sementara itu, 10 aparat keamanan dan dua warga lainnya terluka.
Melchior Weruin dari Subkoordinator Pelayanan Pengaduan di Komnas HAM Perwakilan Wilayah Papua mengatakan, insiden Oksamol harus menjadi pelajaran penting bagi polisi saat menempatkan personelnya. Penempatan itu harus disesuaikan dengan prosedur standar operasi di daerah rawan.
”Tidak boleh menempatkan jumlah personel keamanan yang minim di pos rawan gangguan keamanan. Hal ini dapat membahayakan keselamatan aparat, tetapi juga warga sipil di daerah tersebut. Komnas HAM sudah berulang kali mengingatkan hal itu kepada polisi,” kata Melchior.
Komandan Resor Militer 172/Praja Wira Yakti Brigadir Jenderal TNI Izak Pangemanan saat ditemui di Sentani menginstruksikan jajarannya agar meningkatkan kewaspadaan. Alasannya, saat ini, serangan KKB masih terjadi.
”Saya meminta anggota di wilayah teritorial Korem 172, seperti di Yahukimo, Pegunungan Bintang, Nduga dan Lanny Jaya, waspada. Kami mendapat informasi KKB akan terus meningkatkan serangannya,” kata Izak.