Perayaan Waisak di Borobudur Ditiadakan, Umat Buddha Ikuti Acara Virtual
Perayaan Waisak di Candi Borobudur kembali ditiadakan tahun ini. Mereka diarahkan agar mengikuti perayaan Waisak secara virtual untuk mencegah kerumunan yang berpotensi menjadi kluster penularan Covid-19.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Perayaan hari raya Waisak di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kembali ditiadakan tahun ini akibat pandemi Covid-19. Meski begitu, Rabu (26/5/2021) pagi, sejumlah umat Buddha dari Magelang dan sekitarnya tetap hadir ke Candi Borobudur untuk menjalankan ibadah rutin Uposatha Mandala Puja.
”Kalau untuk perayaan Waisak di Candi Borobudur, tidak ada. Tadi memang ada sedikit ritual, tetapi bukan dalam rangka Waisak,” ujar Pelaksana Tugas General Manager Taman Wisata Candi Borobudur Jamaludin Mawardi saat dihubungi, Rabu petang.
Sebelum pandemi Covid-19, Candi Borobudur merupakan salah satu pusat perayaan Waisak di Indonesia. Pada masa sebelum pandemi, Jamaludin menyebut, perayaan Waisak di Candi Borobudur bisa diikuti 7.000-10.000 umat Buddha dari berbagai wilayah Indonesia. Namun, pada 2020, perayaan Waisak ditiadakan karena pandemi Covid-19.
Jamaludin menjelaskan, pada tahun ini, panitia nasional hari raya Waisak juga memutuskan tidak menggelar perayaan Waisak di Candi Borobudur. Alasannya, kondisi pandemi Covid-19 saat ini belum terkendali. Sebagai gantinya, digelar perayaan Waisak secara virtual yang bisa diikuti umat Buddha dari berbagai lokasi secara daring.
Meski begitu, Jamaludin mengakui, pada Rabu pagi, ada sejumlah umat Buddha yang datang ke Candi Borobudur untuk melakukan ibadah Uposatha Mandala Puja. Ibadah tersebut bukan bagian dari perayaan Waisak, melainkan ibadah rutin yang biasa digelar dua kali dalam sebulan.
”Jadi, umat Buddha di Kabupaten Magelang dan sekitarnya itu memiliki waktu yang bagus untuk sembahyang di Candi Borobudur. Kebetulan waktunya bertepatan dengan Waisak,” tutur Jamaludin.
Menurut Jamaludin, acara Uposatha Mandala Puja di Candi Borobudur pada Rabu ini digelar pukul 07.00-09.00. Acara tersebut digelar dengan tetap memerhatikan protokol kesehatan. Selain itu, peserta acara juga dibatasi hanya sekitar 40 orang.
Jamaludin menambahkan, pada Rabu ini, Candi Borobudur tetap buka dan menerima kunjungan wisatawan. Namun, jumlah wisatawan yang datang dibatasi 4.000 orang dalam sehari. Pembatasan dilakukan agar wisatawan tetap bisa menjalankan protokol kesehatan dengan baik.
Virtual
Ketua Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Agus Setyawan Suwarno mengatakan, pada tahun ini kebanyakan umat Buddha di DIY mengikuti perayaan Waisak secara virtual. Padahal, pada masa sebelum pandemi Covid-19, mereka biasanya mengikuti perayaan Waisak di Candi Borobudur dan Candi Sewu di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Tahun ini, kebanyakan umat Buddha di DIY mengikuti perayaan Waisak secara virtual.
Agus menuturkan, pada tahun ini perayaan Waisak sebenarnya tetap digelar di Candi Sewu. Namun, acara tersebut digelar secara terbatas sehingga tidak banyak umat Buddha yang bisa hadir di lokasi. Umat Buddha yang tak bisa mengikuti perayaan Waisak secara langsung di Candi Sewu dapat mengikuti acara tersebut melalui live streaming atau siaran langsung di kanal Youtube.
”Tahun ini memang dibatasi sekali yang hadir secara fisik. Jadi, umat memang tidak disarankan untuk hadir. Ada imbauan untuk mengikuti melalui live streaming saja,” ujar Agus yang juga mengikuti perayaan Waisak tahun ini melalui live streaming.
Menurut Agus, dirinya sebenarnya ingin mengikuti perayaan Waisak secara fisik. Pasalnya, momen perayaan Waisak itu juga sekaligus menjadi ajang silaturahmi dengan umat Buddha dari berbagai wilayah lain. Namun, Waisak tahun ini memang harus digelar secara daring atau virtual demi mencegah penularan Covid-19.
”Secara pribadi, rasanya enggak mantep (puas) karena tidak berjumpa dengan teman-teman dari banyak daerah karena ini (perayaan Waisak) biasanya seperti ajang silaturahmi. Namun, kita lebih mementingkan keselamatan umat,” kata Agus.