Cegah Banjir Bandang di Kabupaten Bima, Kawasan Parado Akan Dihijaukan
Ratusan pohon kelengkeng dan avokad akan ditanam di kawasan Parado, Kabupaten Bima. Hal itu dilakukan untuk mencegah banjir bandang di kabupaten tersebut.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Banjir bandang di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, salah satunya dipicu oleh alih fungsi hutan menjadi ladang jagung. Oleh karena itu, perlu penghijauan kembali kawasan hutan. Tanaman buah menjadi pilihan agar memberi manfaat bagi warga.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima Aries Munandar saat dihubungi dari Mataram, Rabu (26/5/2021), mengatakan, penanaman pohon akan dilakukan di Desa Parado Wane, Kecamatan Parado, mulai Juni.
Menurut Aries, perambahan hutan di kawasan Parado sudah sangat luar biasa. Hal itu juga diakui Kepala BNPB Doni Munardo yang beberapa waktu lalu sempat berkunjung langsung ke sana.
”Kalau di daerah lain, karakteristik penanaman jagung adalah pohon-pohon besar diambil, sementara pohon kecil masih ada, tetapi di Parado lebih parah. Tidak hanya pohon, rumput pun habis,” kata Aries.
Seperti diberitakan, pada Jumat (2/4), Banjir Bandang melanda enam kecamatan di Kabupaten Bima. Akibatnya, dua warga meninggal. Sebanyak 10.185 keluarga atau 29.182 jiwa terdampak. Selain itu, banjir bandang juga mengakibatkan 5.333 rumah rusak, terdiri dari 380 rumah rusak berat, 2.176 rumah rusak sedang, dan 2.777 rumah rusak ringan.
Kerusakan juga terjadi pada 49 fasilitas pendidikan, 29 fasilitas kesehatan, 25 fasilitas peribadatan, 13 fasilitas kebinamargaan, serta 350 hektar lahan pertanian, dan 1.158 hektar tambak. Sejumlah irigasi dan saluran air minum juga rusak (Kompas, 16/4).
Alih fungsi kawasan hutan menjadi ladang jagung di Bima telah menjadi salah satu pemicu banjir bandang itu. Termasuk yang terjadi di kawasan Parado sejak 1998.
Perbukitan di kawasan Parado sebelumnya adalah hutan lebat yang banyak ditumbuhi pohon kemiri. Akan tetapi, seiring makin populernya jagung, hutan itu habis.
”Salah satu kendala dalam mengembalikan fungsi hutan adalah intervensi warga (dengan menanam jagung) terhadap hutan negara. Alasannya karena ekonomi. Oleh karena itu, kami menggunakan pendekatan bagaimana pohon yang ditanam bisa berdampak ekonomi, sekaligus sebagai bentuk mitigasi bencana,” kata Aries.
Aries mengatakan, Kepala BNPB berkomitmen mengatasi hal tersebut. Dalam Rapat Koordinasi Penanganan Bencana Banjir di Provinsi NTB yang dilakukan secara virtual, Sabtu (10/4), Doni yang saat itu masih menjabat menjadi Kepala BNPB mengatakan, penanganan bencana banjir akibat alih fungsi lahan di NTB memerlukan kebijakan yang tepat dan strategis.
Doni mengatakan, meminimalkan potensi banjir bandang serta mengatasi permasalahan hutan gundul yang dihadapi NTB, terutama di Kabupaten Bima dan Dompu, bisa dengan pola penanaman kembali pohon-pohon.
Walakin, pohon yang dipilih juga harus dengan nilai ekonomi sekaligus berfungsi sebagai penyerap air hujan yang kuat. Misalnya, kopi, avokad, kelengkeng, dan jenis tanaman lain yang bisa dengan sistem tumpang sari bersama tanaman jagung.
Bertahap
Menurut Aries, agar sesuai dengan yang ditargetkan, mereka akan menggunakan teknologi pertanian. Pohon yang akan ditanam adalah tanaman tahunan, tetapi bisa menghasilkan setiap bulan. Dengan demikian, penanaman akan dilakukan secara bertahap, tidak serentak.
Haris mengatakan, pada tahap awal, ada 200 batang pohon kelengkeng dan 200 avokad yang akan ditanam. Luas area tanamnya sebanyak 10 hektar dan ditanam secara bertahap. Proses itu akan bekerja sama dengan TNI, Polri, dan pihak terkait lainnya.
”Selain itu, untuk pengelolaan, akan dilakukan oleh kelompok masyarakat. Sudah kami sosialisasikan dan embrionya juga dibentuk. Nanti akan ada pelatihan,” kata Aries.
Selain itu, kata Aries, survei lokasi juga sudah dilakukan, baik oleh tenaga ahli dari BNPB maupun Komandan Resor Militer 162/Wira Bhakti Brigadir Jenderal RAhmad Rizal Ramdhani.
Warga terdampak banjir juga sejak dulu berharap ada penanganan serius terhadap alih fungsi hutan menjadi kebun jagung. Terutama karena ancaman bencana alam yang mereka khawatirkan akan terus terjadi.
”Di atas, makin banyak pohon ditebang buat orang tanam jagung. Jadinya seperti ini. Banjir dengan batang-batang pohon,” kata Mahmud (65), warga Desa Pela, Kecamatan Monta.
Menurut Mahmud, jika persoalan alih fungsi lahan tidak ditangani, banjir bandang akan terus melanda Kabupaten Bima. Bahkan, dampaknya bisa semakin parah.