Miliki Riwayat Diabetes dan Ginjal Akut, Guru SMP di Baubau Meninggal Setelah Divaksinasi
Beberapa jam setelah menjalani vaksinasi tahap pertama, seorang guru SMP di Baubau, Sultra, meninggal. Ia diketahui memiliki riwayat penyakit gula dan ginjal yang akut, tetapi tetap menjalani vaksinasi.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Seorang guru sekolah menengah pertama di Baubau, Sulawesi Tenggara, meninggal setelah menjalani vaksinasi tahap pertama. La Hinu (59), yang memiliki riwayat penyakit gula dan penurunan fungsi ginjal, meninggal sekitar enam jam setelah injeksi vaksin diberikan. Pihak keluarga menyayangkan proses pemberian vaksin yang tidak melihat kondisi kesehatan secara menyeluruh.
Guru Pendidikan dan Kewarganegaraan di SMP 1 Baubau ini meninggal pada Kamis (20/5/2021) sekitar pukul 16.00 Wita. Sekitar enam jam sebelumnya, La Hinu diketahui menjalani vaksinasi yang diselenggarakan di tempatnya mengajar.
”Kami sebetulnya sudah mewanti-wanti bapak untuk tidak ikuti vaksinasi karena riwayat penyakit yang dimiliki. Sejak 20 tahun terakhir, bapak punya penyakit gula (diabetes melitus) juga penurunan fungsi ginjal,” kata Rahmat Hidayat (38), putra La Hinu, dihubungi dari Kendari, Jumat (21/5/2021).
Sejak beberapa tahun terakhir, Rahmat menceritakan, kondisi kesehatan sang ayah terus menurun. Enam bulan lalu ia bahkan dirawat di rumah sakit dan harus rutin mengomsumsi insulin.
Gula darahnya mencapai angka 500 atau lebih dua kali lipat dari batas normal. Obat berbagai jenis untuk penyakit gula dan penurunan fungsi ginjal juga rutin dikomsumsi setiap hari.
”Kemarin itu harusnya jadwal ke rumah sakit untuk pemeriksaan bulanan. Namun, karena ada proses vaksinasi, beliau tetap ke sekolah dahulu. Kami sudah larang agar tidak usah ikuti pemberian vaksinnya,” kata Rahmat.
Saat proses pemeriksaan kesehatan awal sebelum vaksinasi dilakukan, ia melanjutkan, sang ayah telah menjelaskan kondisi kesehatan yang menurun selama beberapa waktu terakhir. Ia diketahui menjalani pemeriksaan tekanan darah dan proses lainnya. Tidak ada pemeriksaan gula darah yang dilakukan oleh tim kesehatan yang bertugas. La Hinu lalu mendapat injeksi vaksin Covid-19.
Sebelum tengah hari, La Hinu lalu kembali ke kediaman. Kondisinya masih sehat dan tidak mengeluhkan apa pun. Sekitar pukul 13.00, ia mengeluh sesak dan pusing. ”Untuk makan pun tidak bisa di meja makan. Setelah itu, kondisinya semakin menurun sampai kami membawa ke rumah sakit. Bahkan, mulutnya juga berbusa,” kata Rahmat.
Hanya beberapa jam dirawat, kondisi La Hinu tidak tertolong. Pihak rumah sakit menyarankan keluarga untuk pemeriksaan forensik jika ingin mengetahui lebih detail. Namun, pihak keluarga sepakat untuk segera memakamkan La Hinu sesegera mungkin.
”Saya sempat ketemu dokter yang melakukan vaksinasi beliau. Saya tanyakan kenapa tetap lolos padahal punya penyakit gula dan komplikasi ginjal? Katanya, saat dicek kondisi Bapak baik dan juga sudah banyak yang divaksin meski mengonsumsi insulin dan tetap aman. Ini yang kami sayangkan karena seharusnya ada pemeriksaan lengkap sebelum dicek,” tuturnya.
Pemerintah telah membolehkan penderita penyakit gula mengikuti vaksinasi setelah sebelumnya dilarang. Dalam aturan Kementerian Kesehatan, penderita diabetes melitus (DM) tipe dua dalam kategori terkontrol dan gula darah dalam batas normal dapat diberikan vaksinasi. Jika gula darah di atas normal, disarankan ditunda dahulu.
Sementara itu, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Baubau Lukman menyampaikan, La Hinu telah melewati tahapan vaksinasi, mulai dari pengambilan data, pemeriksaan, hingga injeksi dosis dilakukan. La Hinu juga menandatanganinya.
”Dari data yang ada, kami yakini meninggalnya pasien tidak terkait dengan pemberian vaksin Covid-19, tetapi karena diabetes. Diketahui, gula darah pasien sempat melonjak sampai 400 saat dibawa ke rumah sakit,” ujar Lukman.
Kejadian warga meninggal setelah menerima vaksinasi terus terjadi di sejumlah daerah. Di Jakarta, awal pekan ini, dua orang diketahui meninggal setelah menerima dosis vaksin. Pada Maret lalu, seorang warga di Takalar, Sulawesi Selatan, juga meninggal setelah injeksi vaksin tahap pertama.
Dari data yang ada. kami yakini meninggalnya pasien tidak terkait dengan pemberian vaksin Covid-19, tetapi karena diabetes.
Sejak Minggu (16/5/2021), pemerintah menghentikan sementara distribusi dan penggunaan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca kumpulan produksi CTMAV547. Hal itu dilakukan demi memastikan keamanannya setelah ada kasus fatal yang diduga terkait vaksinasi tersebut.
Ramadhan Tosepu, epidemiolog Universitas Halu Oleo, menerangkan, calon penerima vaksin dengan kondisi tubuh yang tidak normal tidak boleh dipaksakan untuk menerima vaksin. Sebab, kejadian ikutan dari pemberian dosis vaksin bisa berakibat fatal hingga meninggal.
”Kalau melihat kasus di Baubau, proses screening-nya itu harus lebih ketat. Apakah pasien yang tidak memberikan informasi lengkap atau petugas yang tidak berhati-hati. Karena kalau orang sudah pakai insulin, artinya sudah tidak normal. Apakah ditanya gula darahnya berapa dan kapan terakhir diperiksa? Apalagi di proses itu tidak ada pemeriksaan gula darah yang dilakukan,” katanya.
Oleh sebab itu, proses penapisan awal mesti dilakukan dengan hati-hati dan melihat riwayat kesehatan seseorang. Hal itu untuk menghindari dampak lanjutan dari pemberian vaksin sekaligus menjaga pasien dari kemungkinan buruk yang bisa terjadi.