Idul Fitri di Yogyakarta, Umat Islam Diajak Jihad Lawan Covid-19
Hari raya Idul Fitri diharapkan bisa menjadi momentum bagi umat Islam untuk melakukan upaya sungguh-sungguh menanggulangi pandemi Covid-19. Jihad kesehatan melawan Covid-19 menjadi seruan bersama.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Hari raya Idul Fitri pada tahun ini diharapkan bisa menjadi momentum bagi umat Islam untuk melakukan upaya sungguh-sungguh menanggulangi pandemi Covid-19. Umat juga diajak melakukan jihad kesehatan melawan Covid-19, misalnya dengan menerapkan protokol kesehatan dan mendukung program vaksinasi.
”Covid-19 ini memberi kesempatan kita untuk bersungguh-sungguh melakukan jihad kemanusiaan, jihad kesehatan, dalam rangka menanggulangi pandemi,” kata Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah Budi Setiawan saat menyampaikan khotbah seusai shalat Idul Fitri di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Kamis (13/5/2021).
Budi menuturkan, seperti tahun lalu, Idul Fitri pada tahun ini masih dirayakan dengan suasana khusus dampak pandemi Covid-19. Oleh karena itu, shalat Idul Fitri harus dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. ”Pagi ini, kita melaksanakan (shalat Idul Fitri) dalam suasana keterbatasan, dengan protokol kesehatan yang harus tetap ditegakkan,” ujarnya.
Budi menambahkan, pandemi Covid-19 telah berlangsung selama lebih dari satu tahun dan belum terkendali hingga sekarang. Dia menyebut, hingga pekan lalu, ada lebih dari 154 juta orang di dunia yang telah terpapar Covid-19. Adapun jumlah orang yang meninggal karena Covid-19 di dunia telah mencapai lebih dari 3,2 juta orang.
Menurut Budi, menyikapi kondisi ini, masyarakat Indonesia bisa belajar dari upaya penanganan pandemi yang dilakukan pemerintah dan masyarakat di negara-negara lain. Di satu sisi, dia menyebut, ada sejumlah negara yang relatif berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 sehingga masyarakat di negara-negara itu bisa beraktivitas dengan normal kembali.
”Menjadi menarik, setidaknya ada tiga negara di dunia yang masyarakatnya telah bebas melakukan kerumunan tanpa masker, yaitu China, Australia, dan Selandia Baru,” ujar Budi.
Budi memaparkan, ketiga negara tersebut telah melakukan kerja keras dan upaya yang sungguh-sungguh dalam menangani pandemi Covid-19. Upaya itu dilakukan dengan menegakkan protokol kesehatan serta pembatasan mobilitas atau kuncitara selama beberapa bulan. ”Tentu ini bukan hal yang sederhana, dan yang mereka lakukan telah membuahkan hasil,” ujarnya.
Di sisi lain, Budi juga mengingatkan, ada negara lain, seperti India, yang tengah menghadapi kenaikan jumlah kasus Covid-19 sangat signifikan. Oleh karena itu, kondisi di India juga harus menjadi pembelajaran bagi masyarakat di Indonesia.
”Kita melihat ledakan atau juga disebut badai Covid-19 menyerbu India, dengan jumlah penderita mencapai 400.000 orang per hari dan jumlah kematian 4.000 per hari. Ini semua hendaknya menjadi pembelajaran bagi kita semua,” ujarnya.
Melihat kondisi tersebut, Budi mengajak umat Islam melakukan jihad atau berjuang untuk menanggulangi pandemi Covid-19. Upaya penanggulangan pandemi itu bisa dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang mencakup memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Upaya lain yang bisa dilakukan adalah mendukung program vaksinasi Covid-19 yang sedang dijalankan oleh pemerintah. ”Jika hal ini kita lakukan dengan semangat jihad diiringi sikap sabar, insya Allah ini menjadi jawaban atas peringatan Allah,” ujar Budi.
Upaya penanggulangan pandemi itu bisa dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang mencakup memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Terbatas
Sementara itu, pelaksanaan shalat Idul Fitri di Masjid Gedhe Kauman pada Kamis ini dilakukan secara terbatas dengan penerapan protokol kesehatan. Semua anggota jemaah yang mengikuti shalat Idul Fitri diwajibkan memakai masker, mencuci tangan, dan menjalani pengukuran suhu tubuh.
Ketua Takmir Masjid Gedhe Kauman Azman Latif mengatakan, jemaah yang mengikuti shalat Idul Fitri di Masjid Gedhe Kauman itu hanya berasal dari lingkungan sekitar masjid. Dia menambahkan, agar jemaah tidak berkumpul di satu tempat, ada enam tempat lain di wilayah Kauman, Kota Yogyakarta, yang juga menggelar shalat Idul Fitri selain Masjid Gedhe Kauman.
Penyelenggaraan shalat Idul Fitri di lokasi lain itu memanfaatkan sejumlah tempat, misalnya mushala, gedung pertemuan, jalan umum, dan halaman rumah. ”Kami memang berusaha memecah kerumunan massa sehingga warga Kauman tidak hanya terkonsentrasi di Masjid Gedhe Kauman, tetapi juga di enam tempat yang lain,” ujar Azman.
Azman menyebut penyelenggaraan shalat Idul Fitri di sejumlah lokasi itu berhasil membuat masyarakat tidak berkerumun di satu lokasi. Dia memaparkan, jumlah jemaah yang mengikuti shalat Idul Fitri di Masjid Gedhe Kauman pada Kamis ini hanya sekitar 400 orang. Jumlah itu jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kapasitas masjid tersebut yang mampu menampung sekitar 700 anggota jemaah.
”Ini memang yang kami harapkan supaya tidak terjadi kerumunan yang terlampau besar. Alhamdulillah sudah berhasil. Dengan membagi (lokasi shalat Idul Fitri) ke banyak tempat, kita berhasil menegakkan protokol kesehatan,” kata Azman.