Puluhan Warga Kampung Padat Penduduk di Yogyakarta Positif Covid-19
Puluhan warga kampung padat penduduk di Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta, terkonfirmasi positif Covid-19. Penularan itu diduga dipicu oleh pelaksanaan protokol kesehatan yang tak maksimal di wilayah tersebut.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Puluhan warga kampung padat penduduk di Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta, terkonfirmasi positif Covid-19. Pemerintah Kota Yogyakarta masih menelusuri sumber penularan Covid-19 di kampung itu. Namun, penularan itu diduga dipicu oleh pelaksanaan protokol kesehatan yang tak maksimal di wilayah tersebut.
”Kasus Wirobrajan masih dilakukan tracing (penelusuran), terutama dari mana awal kasus yang terjadi. Sebab, ada beberapa rumah yang (penghuninya) terinfeksi Covid-19 sehingga dari mana mengawalinya kita masih mencari,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi, Senin (10/5/2021) sore.
Heroe menuturkan, penularan di kampung tersebut terungkap setelah adanya seorang perempuan berusia lanjut yang sakit dengan gejala flu dan pilek pada 13 April 2021. Beberapa hari kemudian, perempuan itu dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan positif Covid-19. Namun, pada 28 April 2021, perempuan tersebut meninggal.
”Persoalan Covid-19 ini dimulai dengan seorang ibu sepuh yang sakit. Ketika diperiksa di rumah sakit, kedapatan positif Covid-19. Si ibu yang memang punya komorbid (penyakit bawaan) akhirnya meninggal,” ujar Heroe.
Setelah perempuan tersebut diketahui positif Covid-19, petugas kemudian melakukan penelusuran kontak dan tes kepada sejumlah orang. Hasilnya, kata Heroe, suami dan anak dari perempuan itu juga dinyatakan positif Covid-19. Setelah itu, sejumlah warga yang tinggal di wilayah tersebut juga terkonfirmasi positif Covid-19.
Menurut Heroe, hingga Senin siang, ada 10 warga yang dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan tes reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR). ”Dari 10 warga yang positif berdasar tes PCR, sembilan orang di antaranya ada di rumah sakit dan satu orang lainnya isolasi mandiri,” katanya.
Selain itu, ada 20 warga lainnya yang dinyatakan positif berdasarkan tes antigen. Mereka yang positif berdasarkan tes antigen itu kemudian menjalani isolasi mandiri. Dengan kondisi tersebut, sedikitnya ada 30 warga yang dinyatakan positif Covid-19 berdasar tes PCR dan antigen.
Persoalan Covid-19 ini dimulai dengan seorang ibu sepuh yang sakit. Ketika diperiksa di rumah sakit, kedapatan positif Covid-19.
Heroe menambahkan, sebanyak 20 warga yang positif berdasar tes antigen itu telah menjalani tes PCR untuk memastikan kondisi mereka. Namun, hasil tes PCR tersebut belum keluar. Di sisi lain, ada 39 warga yang telah menjalani tes antigen, tetapi hasilnya belum diketahui.
Heroe menyebut, kampung yang menjadi tempat penularan Covid-19 itu merupakan kawasan padat penduduk dan sebagian besar penghuninya merupakan keluarga besar. ”Jarak antar-rumah juga sangat dekat. Jadi, bisa dibayangkan bahwa kawasan tersebut tentu sangat rawan terjadi sebaran kasus Covid-19,” ungkapnya.
Protokol kesehatan
Hingga sekarang, petugas masih menelusuri dari mana sumber penularan awal penyakit Covid-19 di kampung tersebut. Namun, Heroe menuturkan, penularan Covid-19 di kampung tersebut diduga berawal dari pelaksanaan protokol kesehatan yang tak maksimal. Bahkan, di kampung tersebut sempat digelar buka puasa bersama oleh keluarga besar yang tinggal di sana.
Jarak antar-rumah juga sangat dekat. Jadi, bisa dibayangkan bahwa kawasan tersebut tentu sangat rawan terjadi sebaran kasus Covid-19.
Selain itu, Heroe mengatakan, penularan Covid-19 di kampung tersebut diduga turut diperparah oleh tidak tanggapnya warga saat ada anggota keluarganya yang mengalami sakit. Salah satu contohnya, ada warga yang mengalami sakit flu dan batuk lalu dipijat oleh saudaranya. Dari aktivitas memijat itulah diduga turut terjadi penularan Covid-19.
”Misalnya ada anggota keluarga yang tidak enak badan, flu, pilek, atau batuk, tetapi malah ada yang pijet. Akhirnya tukang pijet yang juga saudaranya positif juga. Ada juga yang saling kerokan,” tutur Heroe.
Heroe menambahkan, sejak Kamis (6/5), warga di kampung tersebut telah dibatasi mobilitasnya untuk mencegah sebaran kasus Covid-19 ke wilayah lain. Selain itu, aktivitas sosial di kampung tersebut juga dibatasi agar penularan Covid-19 tak meluas. Untuk mengawasi pembatasan itu, petugas dari Satpol PP, Polri, dan TNI juga diterjunkan ke kampung itu.
”Kegiatan ibadah Ramadhan di wilayah itu tidak dilakukan di masjid, tetapi di rumah masing-masing. Termasuk untuk shalat Idul Fitri mendatang juga dilakukan di rumah masing-masing,” tutur Heroe.
Kasus Covid-19 di kampung padat penduduk di Kota Yogyakarta itu turut menambah jumlah kasus Covid-19 yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berdasarkan data Dinas Kesehatan DIY, hingga Senin ini, jumlah orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 di provinsi tersebut sebanyak 41.204 orang.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 37.159 orang di antaranya telah dinyatakan sembuh. Sementara itu, sebanyak 1.028 orang meninggal. Adapun jumlah pasien Covid-19 di DIY yang belum dinyatakan sembuh sebanyak 3.017 orang.
Juru Bicara Pemerintah Daerah DIY untuk Penanganan Covid-19 Berty Murtiningsih mengatakan, pada Senin ini, terdapat tambahan 142 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19. Selain itu, juga terdapat tambahan lima orang pasien positif Covid-19 yang meninggal pada Senin ini.
”Situasi Covid-19 di DIY tanggal 10 Mei 2021, terdapat penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 142 kasus sehingga total kasus terkonfirmasi menjadi 41.204 kasus. Penambahan kasus meninggal sebanyak 5 kasus sehingga total kasus meninggal menjadi 1.028 kasus,” papar Berty.