Solo Menari dan Semangat Tak Menyerah Hadapi Pandemi
Di tengah pandemi, acara tahunan Solo Menari tetap digelar dengan sejumlah penyesuaian. Melalui tari Kidang yang jadi suguhan utama, acara itu ingin menyebarkan semangat agar masyarakat tak menyerah menghadapi pandemi.
Di tengah pandemi yang belum usai, acara tahunan Solo Menari di Kota Surakarta, Jawa Tengah, tetap digelar dengan sejumlah penyesuaian. Melalui tari Kidang yang menjadi suguhan utama, acara itu ingin menyebarkan semangat agar masyarakat tak menyerah menghadapi pandemi.
Belasan penari anak-anak itu memakai kostum warna kuning emas. Di kepala mereka terdapat mahkota yang dilengkapi dengan tanduk. Begitu masuk ke panggung, para penari langsung bergerak lincah. Kaki-kaki mereka melompat dengan cepat, menirukan gerakan hewan kidang atau kijang yang trengginas.
Kamis (29/4/2021) pagi, anak-anak menampilkan tari Kidang dalam acara Solo Menari 2021 di Rumah Kabudayan Ndalem Djojokoesoeman, Surakarta. Solo Menari merupakan kegiatan rutin yang digelar Dinas Kebudayaan Surakarta untuk memperingati Hari Tari Sedunia.
Solo Menari digelar sejak tahun 2006 dan merupakan salah satu kegiatan kesenian di Surakarta yang ditunggu-tunggu banyak pihak. Pada tahun-tahun sebelumnya, Solo Menari biasanya dimeriahkan dengan kegiatan menari massal yang diikuti ribuan orang di satu lokasi.
Baca juga : Roda-roda Seni di ”Kota Bengawan” Enggan Berhenti
Pada Solo Menari 2019, misalnya, sekitar 5.000 penari anak membawakan tari Jaranan secara bersama-sama di Stadion Sriwedari, Surakarta. Namun, pada tahun 2020, acara Solo Menari ditiadakan karena pandemi Covid-19. Acara tersebut baru kembali digelar pada tahun 2021.
Namun, karena pandemi Covid-19 belum terkendali, Dinas Kebudayaan (Disbud) Surakarta mengubah format Solo Menari tahun ini. Kegiatan menari secara massal tetap ada, tetapi tidak digelar di satu lokasi yang sama. Dalam Solo Menari 2021, para penari tak hanya tampil di Rumah Kabudayan Ndalem Djojokoesoeman, yang merupakan lokasi pusat acara, tetapi juga di 54 kelurahan di Surakarta.
Dalam acara itu, ratusan penari anak yang berada di Rumah Kabudayan Ndalem Djojokoesoeman serta 54 kelurahan bersama-sama menarikan tari Kidang. Para penari dari tempat-tempat yang berbeda itu terhubung dengan aplikasi konferensi video sehingga mereka bisa menari secara serentak.
Kegiatan tersebut disiarkan langsung melalui akun Youtube Disbud Surakarta serta sejumlah akun Youtube lain. Dengan begitu, acara Solo Menari 2021 tetap bisa dinikmati masyarakat luas meski jumlah penonton yang diperbolehkan hadir di lokasi sangat dibatasi demi mematuhi protokol kesehatan.
”Tahun ini, lokasi menari disebar ke berbagai tempat karena kondisi pandemi, kan, enggak mungkin digelar tari kolosal (menari massal di satu lokasi),” ujar Kepala Bidang Kesenian, Sejarah, Bahasa, dan Sastra Disbud Surakarta Suhanto saat dihubungi, Jumat (30/4/2021).
Enam tarian
Solo Menari 2021 dimeriahkan pertunjukan enam tarian, baik tari tradisional maupun kontemporer, dengan total penari yang terlibat sekitar 400 orang. Selain tari Kidang yang diciptakan oleh koregorafer Untung Muljono, ditampilkan pula tari Gambyong Retno Kusuma karya Mangkunegara VIII dan tari Indonesia Bersatu karya Gusti Pangeran Haryo (GPH) Paundrakarna.
Ada pula dua tari kontemporer, yakni tari Hope karya Danang Pamungkas serta tari Kabar Bertahan karya Eko Supriyanto dan Danang Cahyo. Sebagai penutup, ditampilkan juga tari Kusuma Yudha oleh kelompok Wayang Orang Sriwedari.
Dari enam tarian itu, hanya tari Kidang yang disajikan secara bersama-sama oleh ratusan anak dari 54 kelurahan di Surakarta. Adapun lima tarian lain hanya ditampilkan di Rumah Kabudayan Ndalem Djojokoesoeman.
Suhanto menuturkan, tari Kidang memang dipilih sebagai tarian utama dalam Solo Menari 2021. Alasannya, tari Kidang memiliki filosofi yang pas dengan kondisi sekarang. Sebab, tarian tersebut menggambarkan semangat hewan kijang yang lincah, cerdik, dan tak mudah menyerah.
”Kidang itu, meskipun binatangnya kecil, punya watak gesit, lincah, cerdik, dan cerdas. Harapan kami, seniman dan masyarakat juga bisa meniru semangat kidang sehingga tidak menyerah dengan keadaan pandemi. Jadi, para seniman tetap harus berkarya dan menghibur masyarakat,” ungkap Suhanto.
Baca juga : Wayang Orang Sriwedari, Jejak Tersisa Warisan Kebon Raja
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengatakan, meski pandemi Covid-19 belum selesai, kegiatan kesenian di Surakarta diharapkan tidak berhenti. Namun, penyelenggaraan kegiatan kesenian harus diikuti penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.
”Kita ingin event-event budaya itu jangan sampai terhenti di tengah pandemi seperti ini. Kita juga ingin tetap memberikan ruang-ruang untuk budayawan-budayawan,” ujar Gibran seusai menghadiri Solo Menari 2021.
Gibran menambahkan, ke depan masih ada sejumlah kegiatan kesenian yang akan digelar di Surakarta. Sama seperti Solo Menari, acara-acara seni itu kemungkinan akan digelar dengan perpaduan daring dan luring. ”Akan ada event-event lanjutan. Nanti kita mulai bertahap dengan tamu yang terbatas,” katanya.
Antusias
Meskipun Solo Menari 2021 digelar di tengah pandemi, masyarakat di 54 kelurahan di Surakarta menyambut antusias acara itu. Sesuai dengan ketentuan Disbud Surakarta, setiap kelurahan diminta menyiapkan tujuh penari usia sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP).
Di Kelurahan Mangkubumen, Kecamatan Banjarsari, penyiapan para penari itu melibatkan Sanggar Sasono Krido Mangkubumen yang merupakan sanggar tari di kelurahan tersebut. Pembina Sanggar Sasono Krido Mangkubumen, Aris Saputro (46), menuturkan, pihaknya melakukan persiapan selama sekitar sebulan sebelum tampil di Solo Menari 2021.
Aris menyebut, sebagian penari yang tampil itu merupakan murid Sanggar Sasono Krido Mangkubumen. Meski begitu, ada juga penari yang bukan murid sanggar, melainkan warga Kelurahan Mangkubumen. ”Ada yang sudah pernah menari tari Kidang, tapi ada juga yang belum sehingga perlu kami latih,” katanya.
Menurut Aris, proses latihan tari Kidang tidak terlalu sulit karena tarian itu sudah kerap ditampilkan dalam berbagai acara. Apalagi, anak-anak yang mengikuti latihan ternyata memiliki semangat tinggi untuk tampil di Solo Menari.
Baca juga : Awam Surakarta Merawat Budaya
Semangat yang tinggi, antara lain, ditunjukkan Devita Rachel Olivia (13) yang ikut menari mewakili Kelurahan Mangkubumen. Menurut ibunda Devita, Petty Tri Handayani (43), anaknya ikut menari dalam Solo Menari 2021 karena menggantikan anak lain yang sakit. Oleh karena itu, Devita tak memiliki banyak waktu untuk menyiapkan diri. ”Anak saya cuma ikut tiga kali latihan sebelum pentas,” ujar Petty.
Meski begitu, Devita tetap bisa tampil dengan baik karena dia sudah berlatih tari sejak usia enam tahun. Apalagi, siswa kelas II SMP Negeri 1 Surakarta itu sudah beberapa kali tampil membawakan tari Kidang. ”Saya tanya ke pelatihnya, Devita ternyata tetap bisa mengikuti,” uca[ Petty.
Petty menambahkan, saat berlatih untuk Solo Menari 2021, Devita juga sedang intens berlatih di sekolahnya untuk persiapan mengikuti lomba tari. Selain itu, Devita juga masih menjalani latihan rutin di sanggar tari yang diikutinya. Oleh karena itu, selama beberapa pekan terakhir, Devita harus mengikuti latihan tari di beberapa tempat berbeda.
Meski begitu, Devita tetap antusias mengikuti Solo Menari 2021. ”Anak saya memang senang menari. Jadi, ya, senang ada kegiatan semacam ini. Tapi, tetap harus taat protokol kesehatan,” ungkapnya.
Di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Pasar Kliwon, pembentukan kelompok penari untuk Solo Menari dilakukan melalui kerja sama dengan SD Pangudi Luhur yang berlokasi di kelurahan itu. Kebetulan, SD Pangudi Luhur memiliki kegiatan ekstrakurikuler tari sehingga sejumlah murid sekolah itu sudah terbiasa menari.
Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kampung Baru Sandi Mulyanto mengatakan, para murid sekolah itu sangat bersemangat saat menyiapkan diri mengikuti Solo Menari 2021. Semangat itu, antara lain, tampak dari antusiasme mereka saat berlatih.
”Yang saya lihat, anak-anak kelihatan bersemangat sekali. Latihan tarinya, kan, sempat diulang enam sampai tujuh kali. Walaupun mereka capek, tetap semangat,” ujar Sandi.
Semangat yang tinggi itu juga ditunjukkan oleh anak-anak di Kelurahan Joglo, Kecamatan Banjarsari. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Joglo Agustinus Deny Khristiawan menuturkan, para penari yang mewakili kelurahan itu adalah anak-anak yang tergabung dalam Forum Anak Kelurahan Joglo.
Menurut Deny, dari tujuh anak yang mewakili Kelurahan Joglo, hanya tiga orang yang sudah sering menari, sementara sisanya belum terbiasa menari. Untuk melatih mereka, pihak kelurahan meminta salah seorang warga yang memiliki keterampilan menari. ”Awalnya, sebagian anak itu memang kesusahan karena belum terbiasa menari. Tapi, akhirnya mereka tetap bisa mengikuti dan terbiasa,” ujarnya.
Deny menambahkan, anak-anak tersebut tampak bersemangat saat latihan dan menyiapkan diri mengikuti Solo Menari. Bahkan, salah seorang anak yang merupakan murid kelas VI SD rela izin tak mengikuti ujian di sekolahnya agar bisa tampil dalam Solo Menari.
”Ada anak yang kelas VI dan sedang ujian, lalu kami tawarkan bagaimana kalau diganti supaya tidak ketinggalan ujian. Tapi, anak itu tetap memilih ikut menari dan akhirnya kami mintakan dispensasi ke sekolahnya,” kata Deny.