Kendati dirundung kekhawatiran, masih ada secercah harapan yang terselip di setiap tarikan dan embusan napas keluarga prajirut TNI AL yang hilang bersama KRI Nanggala-402. Doa pun terus dilambungkan.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
Kekhawatiran, kecemasan berpadu dengan harapan dan keyakinan. Di dalam suasana ketidakpastian, ada lantunan doa dari dalam hati.
Gambaran suasana tersebut tampak kendati suasana hening menaungi kediaman Yayak Dwi Ernawati (46). Yayak tak lain ibunda Mega Dian Pratiwi, istri Serda Ede Pandu Yudha Kusuma. Pandu bersama 52 prajurit TNI Angkatan Laut saat ini sedang di kedalaman Laut Bali bersama KRI Nanggala-402 yang hilang sejak Rabu (21/4/2021).
Kabar hilangnya KRI Nanggala-402 menuntun sejumlah kerabat dan keluarga untuk berkumpul di kediaman Yayak. Kehadiran mereka guna memberikan dukungan moral kepada Mega.
Kurang dari dua bulan lalu, keluarga juga berkumpul di rumah Yayak. Namun, kala itu, suasana yang terpancar merupakan suasana gembira karena Mega dan Pandu memutuskan untuk menikah dan hidup bersama.
”Belum sampai dua bulan usia pernikahan anak-anak saya. Saya masih ingat, tiga hari setelah menikah Nak Pandu sudah langsung menjalankan dinas ke Surabaya. Ya itu memang panggilan dan tanggung jawabnya pada tugas negara,” tutur Yayak.
Yayak bangga kepada Pandu dan Mega karena di masa-masa awal pernikahan keduanya tetap setia pada tugasnya sebagai abdi negara. Pun demikian dengan Mega, yang langsung kembali bertugas sebagai bidan di Puskesmas Klatak, Banyuwangi, Jawa Timur.
Tak hanya abdi negara yang berdedikasi, Pandu juga dirasa sebagai pribadi yang bertanggung jawab terhadap keluarga. Pandu yang terlahir sebagai anak pertama juga mampu mengayomi adik-adik Mega.
Sikap tanggung jawab dan berbakti kepada orang tua ditunjukkan Pandu setiap hendak bertugas. Kendati bukan ibu kandungnya, Yayak selalu dihubungi Pandu secara pribadi untuk sekadar pamit dan mohon doa dalam menjalankan tugas kedinasannya.
”Senin sore, Pandu ada di Surabaya. Dia sempat telepon saya dan pamit hendak memulai tugas untuk latihan di sekitar Bali. Dia pamit sebelum berangkat menyelam (masuk kapal selam KRI Nanggala-402),” tutur Yayak.
KRI Nanggala-402 rencananya hendak mengikuti skenario latihan peluncuran rudal di perairan Bali pada Kamis (22/4/2021). Rudal yang menjadi fokus latihan tersebut seharusnya ditembakkan oleh Pandu dari dalam KRI Nanggala. Pandu memang dipercaya sebagai operator senjata dalam kapal selam tersebut.
Namun, Yayak tidak pernah menyangka, Rabu (21/4/2021) saat sedang menunggu waktu berbuka puasa, ia justru mengetahui kabar KRI Nanggala-402 hilang kontak dari unggahan Instastories temannya. Yayak langsung meminta Mega untuk memastikan informasi tersebut.
Mega memastikan kabar tersebut dengan membuka percakapan di grup Whatsapp Jalasenastri (istri prajurit TNI Angkatan Laut) KRI Nanggala-402. Kekhawatiran dan kecemasan langsung menyeruak setelah Mega mengetahui kabar tersebut.
Saya yakin anak saya bisa pulang. Dia prajurit terbaik, dia harus kembali ke rumah.
Hingga Kamis (22/4/2021) Malam, Yayak masih belum mengetahui nasib anak mantunya tersebut. Ia juga mengeluhkan minimnya informasi resmi dari TNI AL.
”Kami belum dapat informasi apa pun dari Lanal (Pangkalan TNI Angkatan Laut). Kami juga belum didatangi orang Lanal. Kami ini butuh info yang akurat langsung dari Angkatan Laut tempat anak kami mengabdi. Kami masih menunggu info tersebut,” keluhnya.
Kendati dirundung kekhawatiran, masih ada secercah harapan yang terselip di setiap tarikan dan embusan napas keluarga. Dengan suara bergetar, Yayak mengatakan, ”Saya yakin anak saya bisa pulang. Dia prajurit terbaik, dia harus kembali ke rumah.”
Kekhawatiran dan harapan juga tampak dalam diri Sudarmaji yang merupakan ayah dari Sertu Dedi Heri Susilo. Dedi yang juga berasal dari Banyuwangi sama-sama berada di dalam KRI Nanggala bersama dengan Pandu.
”Saya datang ke Lanal untuk mencari informasi akurat tentang hilangnya kapal selam yang dinaiki anak saya. Saya yakin, kapal tersebut bisa kembali ke permukaan dan anak saya bisa pulang kembali,” tuturnya.
Sudarmaji mengatakan, Dedi sudah sepuluh tahun lebih mengabdikan diri kepada negara bersama TNI AL. Satu tahun terakhir ia bergabung menjadi awak KRI Nanggala-402.
Doa-doa terbaik kini terus dilambungkan dari dalam diri Sudarmaji dan keluarganya. Ia masih berharap kekhawatiran bisa berganti dengan kegembiraan seiring dengan munculnya KRI Nanggala-402 di permukaan.