Waktu Penyelamatan Awak KRI Nanggala Kian Terbatas
Pencarian kapal selam KRI Nanggala dioptimalkan. Sebanyak 53 awak kapal diharapkan dapat dievakuasi sebelum suplai oksigen di kapal itu diperkirakan habis pada Sabtu pagi.
Oleh
Tim Kompas
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Upaya terbaik dikerahkan untuk menyelamatkan 53 awak kapal selam KRI Nanggala-402 yang tenggelam di laut di utara Pulau Bali. Kapal diharapkan bisa segera ditemukan dan semua awaknya bisa dievakuasi sebelum cadangan oksigen di kapal itu diperkirakan habis pada Sabtu (24/4/2021) pagi.
”Pemerintah akan terus mengupayakan yang terbaik untuk menyelamatkan semua awak kapal,” kata Presiden Joko Widodo, Kamis (22/4/2021).
Akhyar Tarfi, warga Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, terus memantau pencarian KRI Nanggala karena adiknya, Letnan Kolonel (Laut) Irfan Suri, berada di kapal selam itu. ”Kami sekeluarga berdoa untuk keselamatan Irfan,” ucap Akhyar.
Kolonel (Laut) Kicky Salvachdie, sepupu Kolonel (Laut) Harry Setiawan, Komandan Satuan Kapal Selam Komando Armada II yang ikut di KRI Nanggala, menuturkan, keluarga besar berdoa, memohon agar kapal segera ditemukan dan semua anggota kru selamat.
Kapal selam itu diperkirakan hilang di perairan sekitar 95 kilometer utara Pulau Bali saat sedang persiapan sebelum latihan pada Rabu (21/4/2021). Kapal produksi Jerman tahun 1979 itu ditengarai mengalami mati listrik total (black out) saat penyelaman dan diperkirakan jatuh di palung di kedalaman 600-700 meter dari permukaan laut.
Di lokasi, tak jauh dari titik penyelaman, tim pencari pada Rabu sempat menemukan tumpahan minyak yang diduga berasal dari KRI Nanggala. Hingga Kamis (22/4/2021), lima KRI dan satu Helipanter HS 4211 terus mencari keberadaan KRI Nanggala di laut sisi utara Pulau Bali. Namun, titik lokasi KRI Nanggala belum bisa dipastikan.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono, di Badung, Bali, menuturkan, Kamis pagi, tim menemukan obyek dengan kemagnetan yang tinggi di kedalaman 50-100 meter. Obyek itu dalam kondisi melayang. Temuan itu masih perlu diverifikasi KRI Rigel dan KRI Pulau Rimau yang dilengkapi kemampuan untuk pencarian bawah laut. ”Mudah-mudahan kemagnetan tersebut adalah KRI Nanggala,” harapnya.
Yudo mengatakan, dalam kondisi blackout (mati listrik), persediaan oksigen di KRI Nanggala masih bisa menyuplai kebutuhan kru hingga 72 jam. Dengan demikian, persediaan oksigen kru kapal selam itu masih bisa bertahan hingga Sabtu pagi karena kontak terakhir sebelum KRI Nanggala menyelam ialah Rabu pukul 03.46.
”Mudah-mudahan bisa segera ditemukan dan cadangan oksigen masih ada,” katanya.
Penuh tantangan
Analis Utama Politik Keamanan Laboratorium Indonesia 2045 (Lab45), Iis Gindarsah, mengatakan, operasi pencarian dan penyelamatan kapal selam relatif penuh tantangan. Para pencari dihadapkan pada tekanan, arus, dan suhu di bawah air yang perubahannya cenderung ekstrem. Lokasi yang berada di bawah air juga membuat kebutuhan pencarian berbeda jika dibandingkan dengan yang di permukaan.
Di tengah tantangan itu, peneliti senior teknik kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Wisnu Wardhana, mengatakan, salah satu sumber daya yang mendesak dioperasikan ialah kapal selam robotik (remotely operated underwater vehicle). ”Untuk memastikan lokasi kapal selam itu dan bagaimana kondisinya,” ujarnya.
Dengan waktu yang terus berlalu, ujar Wisnu, TNI, melalui pusat krisis, perlu terus secara berkala menginformasikan perkembangan pencarian kepada keluarga guna menjaga ketenangan keluarga para awak. ”Harus segera ditemukan kapalnya, bagaimana kondisinya, terutama nasib para awaknya, karena sistem penopang kehidupan di kapal selam terbatas,” ucap Wisnu.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Achmad Riad mengatakan, semua sumber daya peralatan akan dikerahkan untuk mempercepat penemuan lokasi KRI Nanggala. Adapun kapal pencari kapal selam milik Angkatan Laut Singapura diperkirakan tiba 24 April, sedangkan kapal serupa dari AL Malaysia diperkirakan tiba 26 April. TNI juga mendapat tawaran bantuan dari sejumlah negara lain.
Achmad juga menuturkan, posko crisis center pencarian KRI Nanggala direncanakan berada di Markas Komando Armada II Surabaya dan Pangkalan TNI Angkatan Laut Banyuwangi, Jawa Timur.
Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen, melalui akun Facebook-nya, mengatakan, kapal penyelamat MV Swift Rescue langsung dikerahkan ke Selat Bali, Rabu sore, setelah TNI meminta bantuan untuk mencari KRI Nanggala.
Dikutip dari laman Kementerian Pertahanan Singapura, MV Swift Rescue disebut sebagai submarine support and rescue vessel yang memiliki kapal selam penyelamat yang mampu menyelam hingga 500 meter. Dalam kondisi tertentu, batas kedalamannya bisa menembus 700 meter. Kapal selam itu bisa membawa maksimum 17 penumpang sekali jalan.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR Utut Adianto berpandangan, kasus yang menimpa kapal selam KRI Nanggala menjadi sinyal kuat bahwa peremajaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia sudah mendesak.(BOW/SYA/EDN/GER/COK/BRO/AIN/NIK)