Ganjar Pranowo Minta Laporan Uji Klinis Vaksin Nusantara
Pada Kamis (22/4/2021), di kantornya, Kota Semarang, Ganjar bertemu dengan sejumlah pihak yang terlibat dalam penelitian vaksin Nusantara. Ia meminta laporan agar apa yang telah diteliti dapat dijelaskan kepada publik.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta laporan uji klinis I vaksin Nusantara, yang beberapa waktu lalu dilakukan di provinsi itu, segera diserahkan. Ia berharap ada penjelasan kepada masyarakat secara jelas sehingga tak ada nuansa politis yang mengemuka. Di tengah pandemi Covid-19, Indonesia masih butuh lebih banyak vaksin.
Pada Kamis (22/4/2021), di kantornya di Kota Semarang, Ganjar bertemu dengan sejumlah pihak yang terlibat dalam penelitian vaksin Nusantara. Pertemuan tersebut digelar tertutup dan berlangsung sekitar satu jam. Ia menanyakan hasil dan progres penelitian uji klinis I yang sebelumnya dilakukan di RSUP Dr Kariadi, Semarang.
”Selama ini, kan, saya belum pernah dapat report (laporan), maka saya undang (tim peneliti). Saya minta laporannya, ternyata boleh (diberikan). Ini agar bisa dijelaskan kepada publik apa yang terjadi, biar tak menjadi kontroversi dan jangan sampai nuansa politiknya mengemuka. Namun, saat ini masih disusun. Mudah-mudahan awal minggu depan sudah ada,” kata Ganjar.
Ganjar menambahkan, beberapa persoalan yang ia tanyakan terkait hal-hal apa saja yang belum atau tidak beres. ”Seperti bagaimana kelembagaannya, regulasinya sudah fit atau belum, metodologi, serta sampel dan hasil dari (uji klinis) fase I. Saya minta progres saja, karena Jateng dijadikan tempat, saya harus tahu,” lanjutnya.
Ia menambahkan, kejelasan penelitian vaksin penting karena saat ini Indonesia tengah membutuhkan lebih banyak vaksin. Berkaca pada kasus lonjakan kasus Covid-19 di India yang berpengaruh pada tersendatnya pengiriman vaksin untuk Indonesia, negara perlu betul-betul mandiri dalam penyediaan vaksin.
Sementara itu, sejumlah perwakilan tim peneliti vaksin Nusantara, seusai pertemuan tersebut, enggan memberi komentar dan menghindari wartawan. ”Nanti saja,” ujar salah satu dari mereka. Ganjar menuturkan, pihak yang bertemu dengannya, antara lain, terdiri dari perguruan tinggi, yakni Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, dan RSUP Dr Kariadi.
Sebelumnya, pihak Undip menuturkan, sejak awal tim peneliti mereka membantu para peneliti di bawah koordinasi RSUP Dr Kariadi. Adapun penelitian itu sudah tak lagi dilakukan di RSUP Dr Kariadi. ”Sudah tidak, Mas. Maaf, saya enggak bisa berkomentar lebih jauh,” ujar Parna dari Humas RSUP Dr Kariadi, Jumat (16/4/2021).
Pada Selasa (20/4/2021), Menteri Kesehatan bersama Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Kepala Staf TNI Angkatan Darat menyepakati riset berbasis pelayanan menggunakan sel dendritik untuk meningkatkan imunitas dari SARS-CoV-2 yang memicu Covid-19. Sementara uji klinis vaksin Nusantara dihentikan.
Kesepakatan itu dilakukan melalui penandatanganan nota kesepahaman antara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Staf TNI AD Jenderal Andika Perkasa, serta Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Senin (19/4/2021) (Kompas, 20/4/2021).
Kepala BPOM membenarkan hal itu. ”Ya. Dengan demikian, sekarang regulasi dan pengawalannya di Kementerian Kesehatan,” ujar Penny.
Saya minta progres saja, karena Jateng dijadikan tempat, saya harus tahu.
Dalam siaran pers yang disampaikan Dinas Penerangan TNI AD disebutkan bahwa riset berbasis layanan itu akan dilakukan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Selain berpedoman pada kaidah riset sesuai peraturan perundang-undangan, riset itu juga bersifat autologus atau hanya digunakan untuk diri pasien sendiri. Jadi, hasil riset tidak bisa dikomersialkan dan tak memerlukan persetujuan izin edar.
Riset itu bukan kelanjutan uji klinis fase pertama untuk vaksin berbasis sel dendritik yang juga dikenal sebagai vaksin Nusantara. Penelitian terkait vaksin Nusantara itu belum bisa dilanjutkan karena harus merespons temuan BPOM yang harus diperbaiki. ”Riset vaksin Nusantara dihentikan,” kata Penny.