Jika Syarat Terpenuhi, Pembelajaran Tatap Muka di Balikpapan Dimulai Mei
Selain memastikan vaksinasi guru selesai, guru juga perlu memastikan setiap anak yang mengikuti pembelajaran tatap muka benar-benar menerapkan protokol kesehatan.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, merencanakan pembelajaran tatap muka dimulai pada Mei 2021. Rencana itu akan dijalankan dengan syarat kasus Covid-19 terkendali, vaksinasi guru tuntas, dan orangtua siswa menyetujui.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan Muhaimin mengatakan, vaksinasi bagi guru masih terus berjalan. Hingga 20 April 2021, setidaknya 6.000 guru sudah divaksin. Dari target 9.060 guru, tersisa sekitar 3.060 guru yang belum divaksin.
”Pengajar dari TK hingga SMA ikut di dalamnya. Semoga semua selesai di bulan puasa ini sehingga bulan Mei atau sesudah Lebaran sudah bisa pembelajaran tatap muka. Tentu ketika kasus Covid-19 rendah, sekolah siap, serta orangtua setuju,” ujar Muhaimin ketika dihubungi, Rabu (21/4/2021).
Sebelumnya Balikpapan mulai melakukan pembelajaran tatap muka di SDN 21 Balikpapan Barat pada Januari 2021. Namun, kegiatan itu langsung dihentikan karena kasus Covid-19 di Balikpapan kembali tinggi. Karena itu, Pemerintah Kota Balikpapan akan memastikan kasus Covid-19 benar-benar terkendali untuk memberlakukan pembelajaran tatap muka.
Sebelumnya Pemkot Balikpapan menyurvei orangtua siswa pada Desember 2020 perihal pembelajaran tatap muka. Hasilnya, lebih dari 80 persen orangtua siswa di tingkat SMP dan SMA mengizinkan anaknya berangkat ke sekolah.
”Survei itu akan kami lakukan kembali dalam waktu dekat. Tujuannya untuk mendapat izin orangtua siswa dalam pembelajaran tatap muka pada Mei. Bagi orangtua siswa yang belum mengizinkan, anaknya tetap melanjutkan pembelajaran jarak jauh,” ujar Muhaimin.
Selain itu, Muhaimin juga tengah memastikan setiap sekolah yang akan melakukan pembelajaran tatap muka memiliki alat untuk memenuhi protokol kesehatan, seperti pengukur suhu tubuh dan alat cuci tangan. Selain itu, pihak sekolah juga dipastikan menyediakan cairan disinfeksi untuk membersihkan ruang belajar secara berkala.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Andi Sri Juliarty mengatakan, penyuntikan vaksin kepada guru dioptimalkan di seluruh puskesmas di Balikpapan. Terakhir kali, pada 20 April 2021, sebanyak 2.000 guru mendapatkan suntikan dosis kedua di delapan rumah sakit dan seluruh puskesmas.
”Vaksinasi guru dan lansia berjalan beriringan. Kami juga terus berkoordinasi dengan Dinas Dikbud Balikpapan agar vaksinasi guru bisa selesai tepat waktu, sesuai rencana pembelajaran tatap muka,” kata Dio, sapaan akrabnya.
Dio menambahkan, di setiap sekolah juga nantinya akan dibentuk satuan tugas Covid-19. Tim itu akan memastikan protokol kesehatan dan kelengkapan alat-alat untuk kegiatan belajar-mengajar, seperti masker, penataan ruang kelas, dan penempatan tempat cuci tangan.
Pukul 21.00 harus sudah tutup semuanya. Kemudian, lakukan tes usap (swab) terutama pelayannya.
Setelah terbit Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri, yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri, tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 pada Selasa (30/3/2021), pihak sekolah mulai berkomunikasi dengan orangtua siswa.
Kepala SDN 021 Balikpapan Barat Saripin Saragih mengatakan, dari komunikasi di grup Whatsapp orangtua siswa dan guru, pandangan orangtua masih beragam. Sejumlah orangtua ingin pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan dalam waktu dekat. Sisanya masih ragu untuk melepas anaknya pergi ke sekolah.
”Itu baru komunikasi informal saja. Kami tetap akan melakukan survei resmi menjelang tahun ajaran baru pada bulan Mei. Kami upayakan yang terbaik untuk siswa dan orangtua,” kata Saripin.
Adapun Ita (34), orangtua siswa SDN 021 Balikpapan Barat, merasa pembelajaran tatap muka sangat penting. Sebab, ia kerap kewalahan mendampingi anaknya belajar ketika anak keduanya yang masih balita butuh perhatian di waktu bersamaan.
”Kekhawatirannya itu, anak saya enggak patuh protokol kesehatan. Soalnya anak saya suka lepas-lepas masker kalau diajak keluar rumah,” katanya ketika dihubungi.
Menanggapi hal tersebut, Saripin menyadari bahwa pengawasan kepada anak-anak perlu ditingkatkan. Dari pengalamannya menggelar pembelajaran tatap muka, masih terdapat beberapa siswa yang tidak benar menggunakan masker, bahkan melepasnya di kelas.
”Ini menjadi catatan dan perhatian kami ketika melakukan pembelajaran tatap muka kelak,” katanya tegas.