Mengupayakan Anak Tetap Belajar di Tengah Kondisi Tak Wajar
Kekhawatiran orangtua tetap ada saat pembelajaran tatap muka dilaksanakan di tengah pandemi. Namun, mereka mendukung anak tetap belajar di tengah kondisi yang tak wajar ini dengan memastikan protokol kesehatan.
Oleh
SUCIPTO
·5 menit baca
Saripin Saragih, Kepala SDN 021 Balikpapan Barat, menyambut anak didiknya di depan pintu gerbang sekolah, Senin (12/1/2021). Ia memastikan seluruh anak didiknya datang ke sekolah mengenakan masker dengan baik. Tak ada kegiatan bersalaman dan bersentuhan. Mereka hanya saling sapa dengan ucapan selamat pagi.
Melewati pintu gerbang, anak-anak disambut seorang guru dengan pengukur suhu tubuh. Semua orang yang masuk wilayah sekolah diukur suhu tubuhnya dan dicatat di buku tamu. Itu dilakukan agar setiap pergerakan dan kondisi tubuh seluruh orang yang berkunjung terekam dengan baik.
Senin itu adalah hari pertama pembelajaran tatap muka di tahun 2021 di sana. Sekolah yang berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Balikpapan itu merupakan satu dari tiga sekolah yang diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka.
"Sejumlah siswa tinggal di tempat yang jaringan internetnya tidak bagus. Orang tua jadi kerepotan mendampingi anak belajar. Untuk itu, kami ajukan ada pembelajaran tatap muka ke Dinas Pendidikan Balikpapan," ujar Saripin.
Seluruh siswa di sekolah itu merupakan warga RT 8 dan RT 9, Kelurahan Kariangau. Kedua RT itu berada di sekitar lingkungan sekolah. Untuk itu, kunjungan siswa ke sekolah dapat dilakukan dengan mudah. Orang tua juga bisa memastikan secara langsung jalannya pembelajaran dengan penerapan protokol kesehatan.
Setiap sudut sekolah tersedia tempat cuci tangan. Adapun di setiap ruang kelas tersedia handsanitizer. Setelah diukur suhu tubuh, siswa dan guru mencuci tangan sebelum masuk ruangan.
"Tatap muka hanya berlangsung 1,5 jam dan terbagi dua sesi. Sesi pertama, pukul 08.00-09.30, sesi kedua pukul 10.00-11.30. Total siswa di sini 98 siswa. Saat tatap muka, setiap kelas hanya berisi 2-9 murid setiap pertemuannya," ucap Saripin.
Siswa yang sudah selesai melakukan pembelajaran tatap muka tidak diperkenankan bermain di sekolah dan diminta langsung pulang ke rumah. Hal itu dilakukan untuk menekan potensi penyebaran dan penularan Covid-19. Untuk mendukung hal tersebut, kantin tidak beroperasi dan tak ada yang berjualan di sekitar sekolah.
Sejumlah siswa tinggal di tempat yang jaringan internetnya tidak bagus. Orang tua jadi kerepotan mendampingi anak belajar. Untuk itu, kami ajukan ada pembelajaran tatap muka ke Dinas Pendidikan Balikpapan. (Saripin Saragih)
Pengajar di sekolah ini berjumlah 8 orang. Para guru tinggal di berbagai kecamatan di Balikpapan. Sebelum melakukan pembelajaran tatap muka, survei terhadap orang tua siswa menunjukkan 80 persen sepakat tatap muka dilakukan. Dengan catatan, semua guru mengikuti tes usap Covid-19 dan dinyatakan sehat sehingga diperbolehkan mengajar.
Pembelajaran tatap muka ini disambut baik oleh Ita (34), orang tua Juwita Maulana (10), siswa kelas 5. Selama mendampingi anak belajar jarak jauh, ia ragu apakah anaknya bisa menyerap pembelajaran dengan baik atau tidak. Sebab, saat mengoperasikan gawai, sang anak kerap kedapatan bermain gim atau menonton Youtube.
"Kekhawatiran karena Covid-19 tetap ada, tetapi saya percaya dengan protokol kesehatan di sekolah. Saya juga yakin anak bisa belajar efektif di sekolah bersama guru," kata Ita, ketika menunggu putrinya selesai belajar tatap muka.
Selama pandemi, sebagai orang tua, Ita kerap kerepotan mengawasi buah hatinya belajar di rumah. Ia memiliki tiga anak. Anak terakhir masih balita dan butuh banyak perhatian. Saat mengurus si bungsu, Juwita kerap bertanya mengenai pelajaran dan tugas sekolah. Kondisi tersebut membuatnya kerepotan karena harus mengurus banyak hal.
"Saat saya sedang mengurus si kecil atau mengurus pekerjaan rumah lain, Juwita ternyata main. Waktu buat belajar ketika di rumah jadi lebih sedikit," ujar Ita.
Kesulitan guru
Kesulitan mengawasi anak didik juga dialami guru saat pembelajaran jarak jauh. Ihwan, Wali Kelas 5 SDN 21 Balikpapan Barat, mengatakan, tidak bisa memastikan apakah siswanya benar-benar memahami materi yang diberikan saat pembelajaran daring. Sebab, pengawasan terhadap anak didik sangat terbatas.
Itu sesuai dengan survei singkat yang dilakukan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Dari 6.513 responden, ada 49,36 persen yang setuju sekolah tatap muka kembali dibuka, sedangkan 45,27 persen tak setuju sekolah tatap muka diberlakukan (Kompas, 2/1/2021).
Alasan responden setuju sekolah tatap muka diberlakukan, antara lain, jenuh mengajar dengan pembelajaran jarak jauh, materi praktikum sulit diberikan secara daring, dan ada siswa tak bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh dengan baik karena tak punya perangkat gawai.
Saat pembelajaran tatap muka ini, Ihwan akan memastikan apakah siswa mengerti materi pelajaran yang diberikan saat pembelajaran jarak jauh atau belum. Waktu yang singkat, yakni 1,5 jam, ia gunakan semaksimal mungkin agar siswa mampu memahami materi pelajaran dengan efektif.
"Saya tanya, adakah pelajaran yang sudah lewat tetapi belum dimengerti. Jika ada, akan saya jelaskan dengan cara yang mudah," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Balikpapan Muhaimin mengizinkan tiga sekolah melakukan pembelajaran tatap muka. Meski kasus Covid-19 di Balikpapan melonjak dan membuat rumah sakit penuh dalam seminggu terakhir, tatap muka diizinkan di sekolah itu karena beberapa siswa dilaporkan kesulitan sinyal internet. Adapun sekolah lain belum dibolehkan melakukan pembelajaran tatap muka.
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan memperkirakan pandemi Covid-19 di Indonesia belum akan selesai dalam waktu dekat. Angka penularan di masyarakat justru meningkat. Karena itu, perlindungan pada anak dari penularan Covid-19 dibutuhkan.
”Kami mengingatkan semua pihak agar tetap mematuhi protokol kesehatan demi memastikan anak tak tertular penyakit. Sedapat mungkin tetap di rumah karena aktivitas di luar rumah memiliki risiko infeksi jauh lebih tinggi. Semua umur anak juga harus di-testing (periksa) dan di-tracing (lacak) untuk memastikan status infeksinya,” katanya (Kompas, 21/1/2021).
Peringatan dari Aman bukannya alasan. Untuk urusan disiplin mematuhi protokol kesehatan, anak-anak memang harus terus-menerus diingatkan. Apalagi dalam pembelajaran hari pertama kemarin masih ada siswa yang sesekali melepas masker, atu tidak mengenakan masker dengan benar.