Sadar dan Tenang di Jalan, Pesan dari Penguntitan Anak Bupati Brebes
Elshanti Nabiihah, putri Bupati Brebes Idza Priyanti, selamat dari peristiwa percobaan perampasan mobil yang nyaris menimpanya di jalan pantura Kota Tegal, Jateng. Kesadaran penuh membuatnya mampu bertindak tepat.
Dalam kehidupan, manusia sering kali berhadapan dengan situasi yang mengancam. Untuk bisa keluar dari situasi tersebut, kesadaran penuh dibutuhkan sehingga bisa berpikir cepat dan bertindak tepat. Seperti yang dilakukan Elshanti Nabiihah (20), putri Bupati Brebes Idza Priyanti, saat melepaskan diri dari percobaan perampasan mobil, Minggu (18/4/2021) malam.
Arus lalu lintas di jalan pantura Kota Tegal ramai lancar, Minggu malam. Elshanti, yang baru selesai berbuka bersama dengan keluarganya di Kota Tegal, beranjak memacu mobilnya kembali ke Brebes melalui jalanan tersebut.
Awalnya, perjalanan yang dilalui Elshanti dan bibinya itu berjalan mulus. Obrolan ringan tentang acara buka puasa yang baru saja mereka ikuti turut mewarnai perjalanan.
Suasana menyenangkan tersebut berubah muram setelah mobil bernomor polisi G 1 DA yang dikemudikan Elshanti dipepet mobil tak dikenal di jalan pantura, tepatnya di Kecamatan Margadana, Kota Tegal.
Baca juga : Ancam Polisi Setelah Kuntit Anak Bupati Brebes, Seorang Pria Dilumpuhkan
Mobil jenis SUV warna putih bernomor polisi BL 4 GU itu lalu menghadang laju mobil Elshanti dan memaksanya menepi. Pengemudi mobil putih, Zacky Rachman (34), pun turun dari mobilnya, lalu meminta Elshanti turun. Kepada putri pertama Bupati Brebes itu, Zacky berujar bahwa mobil yang dikemudikan Elshanti bermasalah.
”Kalau begitu, kita ke kantor polisi. Kita cek nanti, mobil ini bermasalah atau tidak,” ucap Elshanti saat itu sambil tetap berdiam di dalam mobil.
Zacky menyetujui ajakan Elshanti, kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju kantor Kepolisian Resor Brebes. Saat mobil sudah kembali melaju, Elshanti meminta bibinya untuk mencari nomor telepon Polres Brebes di mesin pencari Google. Setelah dapat, Elshanti meminta agar nomor itu ditelepon.
Dalam percakapannya dengan petugas Polres Brebes melalui sambungan telepon, Elshanti menjelaskan bahwa dirinya tengah dikuntit orang tak dikenal. Kepada polisi, Elshanti menyebutkan tipe kendaraan dan nomor polisi mobil yang menguntitnya. Elshanti juga meminta agar pintu gerbang Polres Brebes dibuka sebelum mobilnya masuk. Sehingga, ia tidak perlu turun dari mobil.
Benar dugaan Elshanti. Sebelum sampai di kantor polres, kendaraan Elshanti kembali dipepet. Zacky bahkan berusaha menggedor pintu mobil Elshanti. Pria asal Bandung, Jawa Barat, itu meminta agar mereka mampir ke stasiun pengisian bahan bakar minyak umum (SPBU) karena bahan bakar mobil yang dikemudikan Zacky habis.
Elshanti bergeming. Dengan berhati-hati, ia tetap memacu mobilnya menuju Polres Brebes. Sesampainya di kantor Polres Brebes, Elshanti tidak langsung turun dari mobil. Sementara itu, Zacky langsung turun dan kembali menggedor pintu mobil Elshanti.
Baca juga : Mengancam Merampas Mobil dengan Dalih Utang, Lima Orang Ditangkap
Begitu melihat petugas jaga, Elshanti bergegas menuju ruang sentra pelayanan kepolisian terpadu (SPKT). Di ruangan itu, Elshanti dan Zacky saling mengadukan permasalahan mereka ke polisi. Seusai mendengar laporan dari Elshanti, polisi lalu berusaha menanyai Zacky.
”Saat diinterogasi, pria itu (Zacky) tiba-tiba keluar ruangan kemudian masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mesin mobilnya. Petugas jaga dan petugas SPKT berusaha menghadang dan meminta pria itu turun, tapi dia malah menantang petugas dengan mengacungkan pisau,” ucap seorang petugas jaga yang tak mau disebutkan namanya.
Mendengar keributan tersebut, petugas jaga langsung menutup portal dan pintu gerbang kantor polres. Hal itu dilakukan agar Zacky tak bisa melarikan diri. Alih-alih menyerah, Zacky justru nekat memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga menabrak satu mobil yang sedang diparkir, sebuah portal besi, dan gerbang besi hingga rusak. Setelah itu, ia kabur ke arah Kota Tegal.
Sejumlah petugas jaga, petugas SPKT, dan petugas dari Satuan Reserse Kriminal Polres Brebes mengejar Zacky. Setelah kejar-kejaran, Zacky baru bisa ditangkap setelah kabur sejauh 6,1 kilometer dari Polres Brebes, tepatnya di Kelurahan Sumurpanggang, Kecamatan Margadana, Kota Tegal.
”Saat diminta turun dari mobil, yang bersangkutan menolak dan malah berusaha melawan petugas menggunakan pisau belati. Akhirnya, petugas memberi tindakan tegas terukur, yakni menembak kaki kanannya,” ujar Kepala Polres Brebes Ajun Komsaris Besar Gatot Yulianto dalam konferensi pers, Senin (19/4/2021).
Saat diminta turun dari mobil, yang bersangkutan menolak dan malah berusaha melawan petugas menggunakan pisau.
Gatot menuturkan, pihaknya belum mengetahui motif Zacky melakukan perbuatannya. Polisi belum bisa mendapatkan keterangan dari Zacky yang hingga Senin masih berada di bawah pengaruh narkoba.
Baca juga : Manfaatkan Buka Puasa, Ribuan Butir ”Excimer” Diselundupkan ke Lapas Brebes
Narkoba
Berdasarkan penggeledahan di mobil Zacky, polisi menemukan sebilah pisau, enam pasang pelat nomor polisi palsu, serta 8,7 gram sabu. Sementara, hasil tes urine dan tes liur terhadap Zacky menunjukkan dirinya mengonsumsi metamfetamin dan amfetamin.
Mengacu hasil pemeriksaan tersebut, polisi mempersangkakan Zacky. Ia dijerat dengan pasal berlapis, yakni Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang Darurat RI Nomor 12 Tahun 1991 dan Pasal 406 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) atau pasal 212 KUHP dengan ancaman hukuman 20 tahun penjara. Ia juga dikenai Pasal 112 Ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika dengan ancaman hukuman 20 tahun penjara.
Menurut Gatot, Zacky ditemani seorang temannya ketika beraksi. Namun, polisi tidak mempersangkakan temannya itu lantaran dinyatakan bebas narkoba. Selama Zacky menjalankan aksi, orang tersebut juga tidak ikut campur, tetapi hanya duduk dan diam. Saat Zacky melarikan diri, temannya tersebut juga ditinggal di ruang SPKT.
”Teman tersangka ini juga orang Bandung. Dia mengaku tidak tahu-menahu soal motif Zacky melakukan perbuatannya. Karena, temannya ini hanya diajak tersangka dan menurut karena takut dianiaya jika menolak,” imbuh Gatot.
Gatot menambahkan, pihaknya mendapat informasi bahwa Zacky merupakan bekas anggota Polri. Ia dipecat pada 2009 lantaran terlibat dalam kasus perampasan mobil. Mengacu rekam jejaknya itu, Gatot menduga, motif Zacky memepet mobil Elshanti adalah untuk merampas mobilnya.
Kendati demikian, Gatot mengaku belum bisa memastikan dugaan tersebut sampai pihaknya bisa memeriksa Zacky. Hingga Senin, yang bersangkutan belum bisa diperiksa lebih lanjut. Keterangan yang diberikan Zacky saat masih dalam pengaruh narkoba dianggap tidak valid.
Baca juga : Rentan Ditipu, Kesadaran Keamanan Digital Masyarakat Indonesia Masih Rendah
Warsidin, ayah Elshanti sekaligus suami Idza Priyanti, yang juga seorang polisi, mengaku prihatin dengan peristiwa yang menimpa putrinya. Kendati demikian, Warsidin juga bersyukur karena putrinya selamat dalam kejadian tersebut.
”Untung anak saya itu langsung kepikiran untuk menggiring pelaku ini ke kantor polisi. Elshanti juga cermat karena tidak turun dari mobil. Kalau sampai turun dari mobil, mungkin sudah bablas, dibawa lari itu mobilnya,” ujar Warsidin.
Sadar penuh
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Margaretha Sih Setija Utami menuturkan, Elshanti bisa berpikir cepat dan bertindak tepat karena ia sedang dalam kesadaran penuh. Dalam teori kesadaran (awareness), seseorang dikatakan memiliki kesadaran penuh jika pikirannya berada di sini dan sekarang (here and now).
Maksudnya, seseorang benar-benar menyadari, dia siapa, saat itu sedang mengalami kejadian apa, dan tahu harus bersikap bagaimana.
”Saat kejadian itu, kemungkinan besar pikiran Elshanti here and now. Kondisi itu membuatnya tidak mudah untuk dipengaruhi orang lain, didikte, ditakuti, ataupun diberi sugesti. Ia kemudian mampu merencanakan apa yang hendak dia lakukan, misalnya langsung meminta pertolongan polisi,” ucap Margaretha.
Selain itu, lanjut Margaretha, Elshanti juga beruntung karena latar belakangnya sebagai putri dari seorang polisi membuatnya akrab dengan pengetahuan mengenai struktur institusi Polri. Hal itu membuatnya percaya diri dan mampu memperkirakan, saat di kantor polisi akan berbicara apa, kepada siapa, serta bagaimana.
”Kalau seseorang tidak akrab dengan institusi Polri misalnya, cenderung akan takut untuk kantor polisi. Mungkin bingung mau berkata apa, takut tidak bisa meyakinkan polisi,” imbuhnya.
Margaretha menyarankan, sebelum keluar rumah, setiap orang harus memastikan dirinya memiliki kesadaran penuh. Dengan demikian, mereka bisa menghindari hal-hal yang berpotensi membuat dirinya atau orang lain celaka.
Tak hanya itu, ia berharap, masyarakat memiliki bekal pengetahuan standar terkait lingkungan sekitar. Misalnya, mengetahui kalau terjadi kecelakaan harus menghubungi siapa, kalau terjadi tindak kriminal harus menghubungi siapa, dan lain sebagainya. Hal itu akan memudahkan mereka jika dalam perjalanan secara mendadak menghadapi suatu masalah.
Sebelum keluar rumah, setiap orang harus memastikan dirinya memiliki kesadaran penuh. Dengan demikian, mereka bisa menghindari hal-hal yang berpotensi membuat dirinya atau orang lain celaka. (Margaretha)
Elshanti mengaku lega, ia dan bibinya selamat dari aksi penguntitan tersebut. Ia pun berharap kejadian yang menimpa dirinya tidak terjadi lagi. Ia juga berpesan kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik saat berhadapan dengan situasi berbahaya.
”Saya sarankan (masyarakat) untuk tetap tenang kemudian melapor ke kepolisian terdekat. Kalau tidak punya nomor kantor polisi terdekat, bisa cari di mesin pencari, nanti akan ada informasi di sana,” tuturnya.
Kejadian yang menimpa Elshanti menjadi pelajaran bagi kita untuk selalu berkuasa penuh atas pikiran kita dan tidak membiarkan orang lain menguasainya. Dengan begitu, kita bisa memiliki kesadaran untuk bertindak dengan tepat saat musibah terjadi.