Polri Kirim Tim Psikologi untuk Sembuhkan Trauma Korban Badai Seroja di NTT
Polri mengirim staf Biro Psikologi Sumber Daya Polri untuk membantu memulihkan mental masyarakat NTT pascabencana yang ditimbulkan badai Seroja melalui kegiatan ”trauma healing”.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kepolisian Negara Republik Indonesia mengirim staf Biro Psikologi Sumber Daya Polri untuk membantu memulihkan mental masyarakat Nusa Tenggara Timur melalui kegiatan trauma healing. Pascabencana yang ditimbulkan badai Seroja, sebagian masyarakat NTT mudah terprovokasi berita-berita hoaks mengenai bencana siklon tropis susulan yang membuat mereka trauma dan panik, bahkan sampai menyebabkan dua warga meninggal.
Ketua Tim Staf Sumber Daya Manusia Kepolisian Negara Republik Indonesia Komisaris Besar Adi Suhariyono, di Kupang, Minggu (18/4/2021), mengatakan, jadwal kegiatan trauma healing di NTT adalah 17-19 April 2021. Kegiatan ini untuk memulihkan psikologi ibu dan anak-anak pascabencana badai Seroja, 3-5 April 2021 di wilayah NTT.
”Tim Psikologi dari Metro Jaya dan Polda NTT memberikan trauma healing, pemulihan kondisi psikologis kepada warga yang terkena dampak badai siklon tropis Seroja. Ini merupakan tim operasi kontinjensi aman Nusantara II yang dilaksanakan oleh Mabes Polri. Kegiatan ini untuk mempercepat pemulihan kondisi mental, fisik, dan kesehatan masyarakat,” ujar Adi.
Ia mengatakan, masyarakat NTT memiliki daya tahan cukup tinggi untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Meski menghadapi situasi bencana, kebanyakan masyarakat masih memiliki psikologi yang relatif wajar dan cukup stabil.
Selain membantu masyarakat di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, tim juga ke Adonara, Lembata, dan Alor. Keganasan badai Seroja di daerah ini memiliki dampak psikis luar biasa bagi masyarakat setempat, terutama kaum perempuan, anak-anak, dan orangtua.
Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday mengatakan telah melibatkan lembaga agama dan pihak kepolisian untuk meyakinkan masyarakat soal kebenaran informasi terkait siklon tropis susulan di NTT. Pasalnya, masyarakat mudah terprovokasi dengan berita hoaks atau palsu soal badai dan tsunami.
”Sabtu (17/4/2021) pukul 00.30 Wita, masyarakat terprovokasi dengan hoaks soal tsunami yang akan menimpa warga sepanjang pesisir Lewoleba dan sekitarnya pada malam itu. Akibatnya, ratusan masyarakat panik dan trauma kemudian lari meninggalkan rumah mereka pada tengah malam hari itu,” kata Thomas.
Saat berlari pada malam hari itu, dua warga Lembata tewas diinjak orang-orang yang sama-sama panik menyelamatkan diri. Salah satu korban bernama Lisa Deran Atamaking (54) adalah pengungsi banjir dari Desa Lamagute, Kecamatan Ile Ape Tengah, sekitar 25 kilometer dari Lewoleba. Ia saat itu sedang mengungsi ke rumah keluarga di Lewoleba.
Korban kedua, yakni Kristina Lelu (56), adalah warga Kelurahan Lembata Tengah, Kecamatan Nubatukan. Kristina Lelu juga tewas terinjak–injak orang saat bersama-sama melarikan diri pada malam hari itu. Kedua korban sempat dirawat di RSUD Lewoleba, tetapi tidak terselamatkan.
Selain korban meninggal, ada puluhan warga yang mengalami luka-luka karena kepanikan saat lari menyelamatkan diri akibat hoaks itu. Hoaks mengenai bencana badai siklon tropis susulan itu beredar luas di media sosial dalam beberapa hari terakhir.
Kepala Stasiun Metereologi El Tari Kupang Bambang Sudiono Abadi mengatakan, sebagian kabupaten/kota di wilayah NTT sudah memasuki musim kemarau. Hujan dan badai sudah menjauh dari wilayah ini. Masyarakat NTT pun diminta untuk tidak percaya pada isu-isu yang mengganggu rasa aman dan ketenangan warga.
Beredar berita di media daring dan media sosial mengenai bakal munculnya siklon tropis Seroja atau siklon seperti Seroja pada Mei 2021, bukan bersumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Informasi itu hoaks, sengaja dibuat orang-orang tidak bertanggung jawab untuk mengganggu ketenangan warga NTT.
”Saat ini sebagian kabupaten/kota di NTT sudah memasuki musim kemarau. Itu berarti hujan dan badai makin berkurang dan menjauh dari wilayah NTT. Tidak benar akan muncul lagi hujan, petir, angin kencang, dan badai. Semua itu tidak benar. Jika ada informasi cuaca buruk, biasanya dikeluarkan secara resmi dari BMKG melalui rilis resmi BMKG, bukan melalui media online atau media sosial,” kata Sudiono.
Dia menambahkan, potensi terjadi siklon tropis pada Mei 2021 itu sangat kecil, bahkan tidak ada. Tidak benar juga jika badai siklon tropis akan menjadi langganan tahunan di perairan Laut Sawu dan sekitarnya, yang kemudian berdampak pada wilayah NTT. “Setiap terjadi badai tropis, pihak BMKG akan mengeluarkan rilis resmi,” ujar Sudiono.
Sudiono pun meminta masyarakat tetap tenang dan tidak terprovokasi informasi yang tidak benar. Jika terdapat informasi yang beredar atas nama BMKG, masyarakat diminta tidak langsung percaya, tetapi harus bertanya langsung ke BMKG.