Akibat diterjang badai seroja, paling tidak ada 15 desa di Nusa Tenggara Timur akan direlokasi karena terdampak bencana tersebut. Hingga kini jumlah pengungsi sudah mencapai 49.512 jiwa.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Sejumlah 15 desa di Nusa Tenggara Timur diusulkan untuk direlokasi karena sudah tidak layak menjadi permukiman. Jumlah pengungsi Badai Seroja di Nusa Tenggara Timur menjadi 49.512 jiwa dan korban meninggal dunia naik dari 179 menjadi 181 orang. Kenaikan pengungsi dan korban jiwa ini setelah laporan dari beberapa desa terisolasi yang sejak Badai Seroja terjadi, sulit akses telekomunikasi.
Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday dihubungi di Lewoleba, Lembata, Kamis (15/4/2021) mengatakan, sebanyak 10 desa di Lembata bakal direlokasi, enam desa di Kecamatan Ile Ape dan empat desa di Kecamatan Ile Ape Timur. Desa-desa itu, antara lain, adalah Tanjung Batu, Lamawara, Bunga Muda, Waimata, Lama Gute, Jontona, Amakaka, dan Desa Wuo Walar
Selain 10 desa di Lembata, desa yang akan direlokasi, yakni Nele Lamadike di Adonara, satu desa di Sumba Timur, satu lagi desa di Rote Ndao, dan dua desa di Sabu Raijua. Lokasi yang mereka tempati saat ini sangat terancam bencana longsor dan banjir. Pemerintah menyiapkan lahan untuk merelokasi warga.
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Joseph Nae Soi mengatakan, setelah tim dari Posko Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Badai Seroja di Kupang, berkoordinasi langsung dengan sejumlah lembaga gereja di sejumlah pelosok desa dan kecamatan, terjadi kenaikan jumlah pengungsi. Sebelumnya yang terdata 27.450 jiwa naik menjadi 49.512 jiwa per Rabu (14/4/2021) pukul 18.00 Wita.
”Korban meninggal sebelumnya 179 jiwa menjadi 181 jiwa, 47 orang masih dinyatakan hilang, dan 250 orang mengalami luka-luka. Rumah rusak berat sebanyak 17.124 unit, rusak sedang 13.652 unit, dan rusak ringan 35.733 unit,” kata Nae Soi.
Sudah bisa dijangkau
Kondisi saat ini, sejumlah desa terisolasi yang terdampak sudah bisa dijangkaui tim Satgas Penanggulangan Bencana. Mereka mengevakuasi para korban ke titik pengungsian yang relative lebih aman, dan membawa bantuan bahan makanan, pakaian, terpal, obat-obatan, sabun, odol, dan kebutuhan kaum perempuan dan anak-anak.
Tim Penanggulangan Bencana dalam setiap kunjungan ke desa dan kecamatan terpencil, selalu melibatkan lembaga agama di wilayah itu. Tugas mereka, melakukan pemulihan mental spiritual bagi para korban. ”Kejadian Badai Seroja menyebabkan orangtua dan anak-anak menjadi trauma atau setres karena kejadian itu merupakan pertama kali dialami selama di NTT,” ujar Joseph.
Pemulihan infrastruktur saat ini sudah mulai dilakukan di antaranya perbaikan jembatan-jembatan kecil yang rusak. Kegiatan ini dilakukan pihak TNI/Polri dan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Kejadian Badai Seroja menyebabkan orangtua dan anak-anak menjadi trauma atau stres karena kejadian itu merupakan pertama kali dialami selama di NTT. (Joseph Nae Soi)
Ia mengatakan, Gubernur NTT Viktor Laiskodat melakukan kunjungan kerja ke daratan Sumba setelah meninjau sejumlah kabupaten di daratan Timor. Dalam kunjungan ke Sumba, Gubernur Laiskodat dan Tim Penanggulangan Bencana Provinsi juga membawa sejumlah bahan bantuan bagi warga terdampak di daratan Sumba.
Nae Soi mengajak masyarakat terdampak agar tetap optimistis menatap masa depan. Bencana itu bukan akhir segala-galanya, tetapi sebagai pemicu agar masyarakat terus berjuang bangkit, membangun dan memperbaiki rumah tinggal, dan mengolah lahan. Tahun ini curah hujan cukup tersedia sehingga bisa dimanfaatkan para petani untuk menanam.
Anggota DPRD NTT Viktor Mado Watun mengingatkan pemerintah agar bisa menjamah semua warga yang terdampak. Data yang disampaikan Tim Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Seroja NTT, Kabupaten Manggarai Barat, tidak termasuk dalam 18 kabupaten/kota terdampak. Padahal, ada desa di Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, juga mengalami kerusakan cukup parah.
Ia mengingatkan agar semua warga yang terdampak sebisa mungkin mendapat perhatian dari pemerintah. Sekecil apa pun perhatian itu, harus mereka rasakan karena sebagai korban Badai Seroja.