Teror KKB di Beoga Masih Berlanjut, Warga Mulai Kesulitan Dapatkan Bahan Makanan
Warga di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, mulai kesulitan makanan. Pesawat yang membawa barang kebutuhan pokok belum dapat memasuki Beoga karena situasi yang tidak kondusif.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pengungsi di sejumlah lokasi di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, mulai kesulitan mendapatkan bahan makanan. Pesawat pembawa beragam kebutuhan belum bisa mendarat di Beoga akibat teror kelompok kriminal bersenjata.
Kepala Kepolisian Sektor Beoga Inspektur Dua Ali Akbar, saat dihubungi dari Jayapura, Selasa (13/4/2021), mengungkapkan, persediaan bahan pokok hanya cukup untuk 3-4 hari ke depan. Kondisi ini dipicu sulitnya transportasi udara mendarat di Beoga.
Hingga kini, belum ada maskapai yang mau memasuki Beoga. Padahal, perjalanan ke Beoga hanya bisa diakses pesawat dari Timika dan Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak. Belum ada akses jalan memadai dari Ilaga menuju Beoga.
”Pilot pesawat tidak berani memasuki Beoga. Sebab, pesawat harus melewati markas kelompok kriminal bersenjata di bagian utara Lapangan Terbang Beoga sebelum mendarat,” ungkap Ali.
Kelompok kriminal Bbersenjata (KBB) tengah berulah di Beoga. Mereka menembak dua guru, Oktovianus Rayo dan Yonatan Renden, pekan lalu. Oktovianus adalah guru di SD Jambul. Sedangkan Yonatan adalah guru Matematika di SMP Negeri 1 Beoga. KKB juga membakar sejumlah ruangan di tiga sekolah, yakni SD Jambul, SMP Negeri 1 Beoga, dan SMA Negeri 1 Beoga.
Ali menuturkan, KKB masih berada di dua lokasi, Julukoma dan Gunung Ambogra, dekat Lapangan Terbang Beoga. Kelompok ini mengancam akan melepaskan tembakan ke pesawat yang nekat mendarat di Beoga.
”Diperlukan tambahan pasukan untuk menguasai dua lokasi yang dikuasai KKB. Hanya dengan cara tersebut pesawat bisa memasuki Beoga dengan aman,” tuturnya.
Ia menambahkan, upaya TNI-Polri menghadapi KKB di Beoga masih terkendala jumlah anggota yang minim. ”Pesawat yang membawa tim tindak Satgas Nemangkawi dan Brimob Polda Papua belum dapat memasuki Beoga hingga kini,” ujarnya.
Eni, warga yang mengungsi dekat Koramil Beoga, mengungkapkan, dia bersama 13 pengungsi lainnya hanya mengonsumsi mi instan selama satu pekan terakhir. Ia berharap segera dievakuasi ke Timika. Dia ketakutan dengan situasi di Beoga yang belum kondusif.
Saat ini, ada sembilan tenaga kesehatan dan lima kerabatnya yang masih mengungsi di sebuah rumah. Sementara tujuh guru mengungsi di Markas Koramil Beoga.
”Kios-kios yang biasanya menjual sembako sudah tutup sepekan terakhir. Semua warga tidak berani beraktivitas dan memilih sembunyi di rumah,” kata Eni.
Kapolda Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri mengatakan, pesawat belum dapat memasuki Beoga. Upaya evakuasi 46 warga juga belum terlaksana hingga Selasa ini.
”Saya sudah bertemu Bupati Puncak Willem Wandik untuk membahas masalah ini. Kami akan berupaya agar pesawat bisa memasuki Beoga dalam dua hari mendatang, ” kata Mathius.