Kegiatan Belajar di Bima Masih Terganggu, Pembersihan Sekolah Terkendala Peralatan dan Air Bersih
Kegiatan belajar mengajar di sejumlah kecamatan terdampak banjir bandang di Kabupaten Bima, NTB, belum bisa berjalan. Hal itu karena gedung sekolah belum bisa digunakan karena masih dibersihkan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
BIMA, KOMPAS — Lima hari pascabanjir bandang, kegiatan belajar mengajar mulai dari taman kanak-kanak, pendidikan dasar, hingga menengah di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, masih terganggu. Gedung sekolah belum bisa digunakan kembali karena masih dibersihkan. Proses pembersihan belum bisa cepat karena terkendala peralatan dan air.
Pantauan Kompas, Rabu (7/4/2021), sejumlah sekolah di Kecamatan Woha dan Monta terlihat sepi. Di Taman Kanak-kanak ”Sakura” Rabakodo yang berada di satu area dengan Sekolah Dasar Negeri Inpres Rabakodo, Woha, hanya guru yang terlihat.
”Kami masuk untuk membersihkan ruangan. Semua data hancur. Banyak mainan rusak. Kalau di SDN Inpres, banyak bangku dan meja yang rusak,” kata Fatma, salah satu guru di TK Sakura Rabakodo.
Kondisi sekolah itu mengenaskan. Tembok-tembok di dekat pintu masuk ambruk. Sementara di halaman masih banyak lumpur.
Sebagian besar kelas sudah dibersihkan. Meja dan bangku telah dikeluarkan, kemudian dibersihkan dan dijemur di halaman, tetapi masih banyak juga ruangan yang belum tersentuh.
Semua data hancur. Banyak mainan rusak. Kalau di SDN Inpres, banyak bangku dan meja yang rusak.
”Sekarang semua siswa diliburkan. Termasuk TK. Mungkin sampai kondisi memungkinkan. Karena meski ruangan sudah bersih, halaman juga masih kotor,” kata Fatma.
Fatma mengatakan, proses pembersihan belum bisa cepat karena aliran air bersih masih terputus. Untuk membersihkan ruang kelas dan perabotan yang masih bisa diselamatkan, ia terpaksa mengambil air dari selokan dekat sekolah.
SDN 3 Woha juga masih meliburkan siswa. Halaman sekolah itu bahkan masih tergenang karena posisinya yang lebih rendah dari jalan.
Menurut Setiawan, selain tembok keliling sekolah, banyak meja dan kursi serta buku-buku pelajaran juga rusak.
”Sementara kegiatan belajar mengajar kami liburkan. Padahal, sekarang seharusnya jadwal ujian praktik untuk siswa kelas 6. Tetapi, karena kondisi seperti ini kami tunda dulu,” kata Setiawan.
Setiawan tidak bisa memastikan berapa lama kegiatan belajar mengajar akan diliburkan, termasuk untuk kelas satu hingga lima. Ia tidak berani memaksa siswa untuk masuk karena khawatir bisa akan membuat mereka sakit.
Saat ini, menurut Setiawan, untuk pembersihan mereka terkendala peralatan untuk menyedot air. Air genangan juga sudah bau sehingga mereka membutuhkan masker saat membersihkan area sekolah yang lain.
Tidak hanya sekolah negeri, sekolah swasta, seperti Madrasah Ibtidaiah Sakuru di Kecamatan Monta, juga meliburkan siswa. Menurut Ketua Komite MI Sakuru Monta Suherman, kondisi sekolah masih benar-benar parah.
Banjir bandang yang melanda Kabupaten Bima pada Jumat (2/4/2021) lalu membuat madrasah itu tergenang hingga bagian atap. Meski tidak ada kelas yang jebol, banjir membuat fasilitas sekolah, seperti komputer, juga perabotan seperti kursi dan meja, serta buku-buku rusak.
Pada Rabu pagi, pembersihan dilakukan pihak sekolah dibantu antara lain aparat TNI dan Palang Merah Indonesia Kabupaten Dompu. Mereka membersihkan ruangan kelas, mushala, hingga perabot yang masih bisa diselamatkan.
Selain ruangan kelas, mereka juga harus membersihkan halaman yang masih penuh lumpur. Juga tumpukan jerami yang dibawa banjir bandang dari desa di bagian atas Sakuru.
”Jadi untuk sementara siswa diliburkan. Adapun untuk kelas 6 yang harus ujian praktik, kami menumpang di gedung Madrasah Ibtidaiah Negeri Semili,” kata Suherman.
Koordinator Lapangan PMI Kabupaten Dompu Zulkifli yang ikut turun di Monta mengatakan, proses pembersihan kekurangan peralatan. Mereka sendiri hanya membawa tiga peralatan terdiri dari tiga unit penyedot dan satu penyemprot.
”Kesulitan utama kami air. Tidak hanya di Monta, tetapi juga kecamatan lain yang terdampak bencana di Bima,” kata Zulkifli.
Tatap muka
SMPN 1 Monta juga tidak melaksanakan kegiatan belajar mengajar karena seluruh ruangan terkena banjir. Pada Rabu pagi, siswa tetap masuk untuk gotong royong membersihkan sekolah.
”Tadi kami tetap masuk. Untuk bersih ruangan. Belum tahu kapan masuk. Termasuk saya yang seharusnya sekarang ujian praktik,” kata Fitri Kurniati, siswa Kelas 3 SMPN 1 Monta.
SMA Negeri 1 Woha yang pada Senin kemarin seharusnya sudah memulai kegiatan belajar tatap muka juga demikian. Siswa hanya diminta masuk untuk membantu membersihkan ruangan.
Di SMA itu, seluruh ruang kelas telah dibersihkan. Sisa banjir bandang, seperti lumpur, hanya terlihat di bagian halaman. Proses pembersihan hingga Rabu siang masih berlangsung.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB Aidi Furqan yang datang meninjau kondisi SMA di Kabupaten Bima mengatakan, Bangunan SMA di Woha dan Pelibelo terdampak paling parah.
Hingga kini Aidi belum mendata jumlah total sekolah yang rusak. Ia hanya memastikan tidak semua sekolah terdampak. Kerusakan mayoritas terjadi pada fasilitas sekolah dan tercatat tidak ada korban jiwa serta kerusakan bangunan.
”Sekolah yang tidak terdampak sudah mulai belajar seperti biasa. Sementara yang terdampak kami minta paling cepat Sabtu ini sudah masuk untuk memulai pembelajaran tatap muka,” kata Aidi.
Terkait kerusakan, menurut Aidi, ia meminta pihak sekolah untuk menginventarisasi semuanya. Dinas akan berkoodinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk bantuan peralatan. Hal itu karena kegiatan belajar mengajar harus bisa segera berjalan.
Selain rumah, fasilitas pendidikan juga termasuk yang terdampak banjir bandang di Bima. Menurut data Pusat Pengendalian dan Operasional Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, hingga Rabu siang, jumlahnya mencapai 49 unit.