Pemerintah Kabupaten Bima menetapkan masa tanggap darurat bencana alam selama satu bulan ke depan. Selain banjir di lima kecamatan, juga terjadi longsor dan abrasi di dua kecamatan lain. Tiga warga dilaporkan tewas.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Area terdampak bencana alam di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, meluas. Selain banjir, juga terjadi longsor hingga abrasi. Menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Bima menetapkan masa tanggap darurat hingga dua minggu ke depan.
Menurut data Pusat Pengendalian dan Operasional Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, hingga Minggu (4/4/2021) pukul 12.00 Wita, bencana alam di Kabupaten Bima tersebar di tujuh kecamatan.
Bencana banjir tersebar di lima kecamatan, yakni Madapangga, Monta, Bolo, Woha, dan Palibelo. Lainnya adalah longsor di Kecamatan Parado yang menutup ruas jalan penghubung antara Monta dan Parado serta gelombang pasang yang mengakibatkan abrasi di Wera.
Bencana alam itu mengakibatkan 9.245 keluarga atau 27.808 jiwa yang tersebar di 34 desa terdampak. ”Hingga siang ini sudah tiga orang meninggal. Masing-masing berasal dari Monta, Woha, dan Bolo,” kata Kepala BPBD Bima, Aries Munandar, saat dihubungi dari Mataram.
Selain korban meninggal, bencana alam itu juga mengakibatkan kerusakan, yakni 12 rumah, 6 fasilitas pendidikan, 1 fasilitas peribadatan, 4 jembatan, dan 2 perkantoran.
Selain itu, 294 hektar lahan pertanian dan 25 hektar kolam untuk perikanan rusak. ”Secara umum banjir sudah surut. Warga sudah kembali ke rumah. Tetapi, sekarang sudah mulai hujan lagi dan elevasi tinggi air (sungai) naik. Kami sudah mendapat laporan, ada sawah yang tergenang lagi di Kecamatan Monta,” kata Aries.
Aries menambahkan, untuk penanggulangan bencana, Pemerintah Kabupaten Bima telah menetapkan masa tanggap darurat bencana alam selama satu bulan ke depan. Sejumlah hal menjadi prioritas terkait sandang, papan, termasuk kesehatan warga.
”Kami tetap berusaha memastikan kebutuhan primer warga terpenuhi, mulai dari sembako, tempat berteduh (tinggal), hingga mendapat layanan kesehatan,” kata Aries.
Untuk sembako, mereka telah menyiapkan dapur umum di sejumlah lokasi. Posko pengungsian juga ada di tiap kecamatan. Sementara untuk kesehatan, sudah disiapkan posko-posko kesehatan bersama dinas kesehatan setempat.
”Sejalan dengan itu, kami juga terus mendata dampak bencana alam. Sudah ada tim pusdalops yang bertugas untuk itu,” kata Aries.
Waspada
Seperti diberitakan, banjir bandang melanda empat kecamatan di Bima pada Jumat (2/4/2021) malam. Dari empat area terdampak, jumlahnya kemudian bertambah menjadi lima kecamatan. Selain itu, terjadi longsor dan abrasi di dua kecamatan lain.
Banjir dipicu oleh meluapnya sungai setelah Kabupaten Bima diguyur hujan dengan intensitas tinggi sejak Jumat siang. Banjir yang tingginya lebih dari 1 meter itu merendam ribuan rumah yang dihuni puluhan ribu warga.
Banjir sebagian besar telah surut sejak Sabtu dini hari. Menurut Kepala Desa Leu, Kecamatan Bolo, Muhammad Taufik, warga sudah kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan rumah dari sisa banjir bandang, seperti lumpur.
Meski telah kembali ke rumah, menurut Taufik, warga belum bisa beraktivitas seperti biasa, termasuk menyediakan kebutuhan makan. Bantuan seperti makanan siap saji sudah mereka terima.
”Warga masih membutuhkan bantuan seperti makanan siap saji, selimut, dan peralatan masak, terutama bagi warga yang tinggal di bantaran sungai,” kata Taufik.
Terkait kondisi cuaca, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Sultan Muhammad Salahuddin, Bima, Satria Topan Pribadi menambahkan, saat ini Bima sedang berada dalam masa peralihan dari musim hujan ke kemarau.
Menurut dia, sejak Kamis hingga Jumat terjadi hujan dengan intensitas tinggi, terutama di Bima. Kondisi itu dipicu tekanan rendah di selatan Nusa Tenggara Timur yang menyebabkan daerah belokan angin di Pulau Sumbawa.
Warga masih membutuhkan bantuan seperti makanan siap saji, selimut, dan peralatan masak, terutama bagi warga yang tinggal di bantaran sungai.
”Akibatnya, terjadi penumpukan awan di atas atau sekitar Pulau Sumbawa sehingga terjadi hujan dengan intensitas tinggi,” kata Satria.
Menurut Satria, dalam dua hingga tiga hari ke depan, hujan masih tetap ada. Hanya saja, intensitasnya tidak tinggi. Meski demikian, ia tetap mengimbau masyarakat untuk waspada.
”Kami juga terus berkoordinasi dengan BPBD terkait peringatan dini cuaca ekstrem. Informasi itu akan diteruskan hingga ke masyarakat agar tetap berhati-hati,” katanya.
Syamsudin, warga Desa Leu, mengatakan, sejak pagi hujan sudah kembali turun sehingga mereka tetap waspada banjir susulan. ”Beberapa kawasan di Leu yang posisinya lebih rendah masih ada genangan air. Sekitar 10-15 sentimeter,” katanya.
Menurut Syamsudin, hingga Minggu siang, warga masih membersihkan rumah dari sisa banjir. Selain itu, mereka juga bergotong royong untuk membersihkan mushala.