Dampak Siklon Tropis Seroja, Waspadai Gelombang Enam Meter di Selatan Jabar
Siklon Tropis Seroja berpotensi memicu gelombang hingga setinggi 6 meter di perairan selatan Jawa Barat dalam sepekan ke depan. Masyarakat diimbau mewaspadainya karena dapat membahayakan keselamatan pelayaran.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Siklon Tropis Seroja berpotensi memicu gelombang hingga setinggi 6 meter di perairan selatan Jawa Barat dalam sepekan ke depan. Masyarakat diimbau mewaspadainya karena dapat membahayakan keselamatan pelayaran.
Dalam peringatan dini gelombang tinggi yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) disebutkan, pola angin di wilayah selatan Indonesia bergerak dari barat daya ke barat laut dengan kecepatan 5-45 knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan barat Lampung hingga selatan Jabar, Pulau Sumba, Pulau Sawu, dan selatan Nusa Tenggara Timur.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan tinggi gelombang di perairan tersebut. Di selatan Jabar, gelombang setinggi 6 meter diperkirakan terjadi pada Jumat (9/4/2021). Sementara pada 6-8 April dan 10-12 April berpotensi muncul gelombang setinggi 3-5 meter.
”Ketinggian gelombang di selatan Jabar biasanya 1,5-2,5 meter. Peningkatan tinggi gelombang ini disebabkan dampak Siklon Tropis Seroja,” ujar staf Data dan Informasi BMKG Bandung, Neneng Sugianti, di Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (6/4/2021).
Peningkatan tinggi gelombang berisiko terhadap keselamatan pelayaran. Padahal, tinggi gelombang di atas 1,25 meter dengan kecepatan angin lebih dari 15 knot sudah berisiko tinggi terhadap perahu nelayan.
Perairan selatan Jabar membentang dari Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, dan Pangandaran. Selain menjadi lokasi penangkapan ikan, di kawasan ini juga terdapat sejumlah destinasi wisata.
Di selatan Jabar, gelombang setinggi 6 meter diperkirakan terjadi pada Jumat (9/4/2021). Sementara pada 6-8 April dan 10-12 April berpotensi gelombang setinggi 3-5 meter.
Neneng mengatakan, pihaknya mengimbau nelayan dan pengguna jasa pelayaran untuk mewaspadai ancaman gelombang tinggi tersebut. Imbauan ini berlaku hingga 12 April.
”Kewaspadaan ini juga berlaku untuk warga yang tinggal di pesisir selatan Jabar. Begitu pula dengan wisatawan yang beraktivitas di pantai agar selalu berhati-hati,” ujarnya.
Neneng meminta masyarakat tetap mengikuti perkembangan informasi cuaca dari BMKG dan mematuhi imbauan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam mengantisipasi potensi bencana.
Sejumlah nelayan di selatan Jabar belum mengetahui potensi gelombang tinggi itu. Di Pangandaran, misalnya, nelayan masih melaut seperti biasa.
”Kami belum menerima informasi itu. Nelayan masih tetap melaut. Namun, sekitar 2-3 mil dari pantai, kondisi arus memang cukup deras,” ujar Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Pangandaran Muhammad Yusuf.
Yusuf mengatakan, pihaknya segera mengecek informasi potensi gelombang tinggi itu ke Kantor Syahbandar Pangandaran. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi ancaman keselamatan nelayan saat melaut.
”Jika ada potensi gelombang tinggi, biasanya diberitahukan Syahbandar. Setelah itu diteruskan kepada anggota HNSI agar menjadi kewaspadaan bersama,” ujarnya.
Siklon Tropis Seroja telah memicu banjir, banjir bandang, dan longsor di 11 daerah di NTT. Lebih dari 100 orang tewas. Korban terbanyak di Adonara, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, yang tersebar di sembilan desa dan empat kecamatan.
Bibit siklon yang tumbuh menjadi Siklon Seroja ini sudah dipantau BMKG sejak tiga hari lalu. Ada dua bibit siklon tropis, yakni 99S di Laut Sawu dan 90S di perairan barat daya Banten (Kompas, 6/4/2021).
Hujan lebat dan angin kencang diingatkan mengancam sejumlah wilayah di Bali-Nusa Tenggara, Jawa, sebagian Sumatera hingga Kalimantan, Sulawesi, dan Papua pada 3-9 April.