Banjir Bandang dan Longsor Terjang NTT, PVMBG Ingatkan Pembangunan Berbasis Risiko Bencana
Banjir bandang dan longsor menerjang sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur. Lebih dari 60 orang dilaporkan tewas. PVMBG mengingatkan pentingnya pembangunan berbasis risiko bencana untuk meminimalkan dampaknya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Siklon Tropis Seroja memicu banjir bandang dan gerakan tanah atau longsor di sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur, Minggu (4/4/2021) dini hari. Hingga Senin sore, lebih dari 60 orang dilaporkan tewas. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi mengingatkan pentingnya pembangunan berbasis risiko bencana untuk meminimalkan dampaknya.
Kecamatan Ile Boleng di Kabupaten Flores Timur menjadi salah satu kawasan terdampak paling parah. Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani, berdasarkan peta rupabumi, di daerah itu banyak permukiman dibangun di sekitar alur sungai.
Andiani mengatakan, pihaknya merekomendasikan masyarakat di sekitar alur sungai untuk mengungsi. Sebab, permukiman warga rawan dilanda banjir bandang dan lahar hujan dari Gunung Ile Boleng. ”Kami menyarankan untuk tidak mengembangkan permukiman di sekitar alur sungai,” ujarnya di Bandung, Jawa Barat, Senin (5/4/2021).
Andiani menuturkan, setiap bulan, pihaknya menyebarkan peta peringatan dini gerakan tanah kepada pemerintah daerah. Kecamatan Ile Boleng dan beberapa kawasan terdampak lainnya, salah satunya Adonara Timur, memiliki potensi gerakan tanah menengah pada bulan ini.
Pada zona menengah itu berpotensi terjadi gerakan tanah atau longsor saat curah hujan di atas normal. Apalagi, kondisi geologi di sana bersifat lapuk dan lepas sehingga rentan bergerak. Lereng yang terjal menambah tingkat kerentanannya.
Masyarakat di sekitar alur sungai direkomendasikan untuk mengungsi. Sebab, permukiman warga rawan dilanda banjir bandang dan lahar hujan dari Gunung Ile Boleng
”Kami berharap peta ini dijadikan acuan pemerintah daerah dalam mengembangkan permukiman dan pengawasannya,” ucapnya.
Di Kabupaten Lembata, banjir lahar hujan menerjang Kecamatan Ile Ape di kaki Gunung Ile Lewotolok. ”Kemungkinan besar material yang terbawa merupakan material lama yang terendap di sekitar kawah. Saat hujan material terdorong ke bawah melalui aliran sungai,” ujarnya.
Gunung Ile Lewotolok berstatus Siaga (Level III) sejak 29 November 2020. Dua hari sebelum statusnya dinaikkan, terjadi erupsi dengan kolom abu setinggi 500 meter di atas puncak.
Masyarakat direkomendasikan tidak beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari puncak. Warga juga diminta mewaspadai ancaman longsor dan lahar hujan di sekitar aliran sungai yang berhulu di gunung tersebut.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati menyebutkan, 11 daerah di NTT terdampak bencana akibat Siklon Tropis Seroja. Ke-11 daerah itu adalah Kabupaten Flores Timur, Lembata, Malaka Tengah, Ngada, Alor, Sumba Timur, Rote Ndao, Sabu Raijua, Timur Tengah Selatan, Ende, dan Kota Kupang.
Banjir bandang menerjang Flores Timur, Lembata, Sabu Raijua, dan Timur Tengah Selatan. Kabupaten Ende, Alor, Malaka Tengah, dan Sumba Timur dilanda banjir. Sementara banjir rob terjadi di Rote Ndao. Selain itu, juga terjadi longsor di Flores Timur dan Alor; angin kencang di Ngada, Rode Ndao; angin puting beliung di Alor; serta cuaca ekstrem di Kupang.
Hingga Senin sore, 68 orang dilaporkan tewas dan 70 orang hilang. Bencana ini juga merusak ratusan rumah dan sejumlah jembatan.