11 Wilayah di NTT Terdampak Bencana, 68 Warga Meninggal
Selain jumlah wilayah terdampak, jumlah korban meninggal dunia akibat bencana alam di Nusa Tenggara Timur juga terus bertambah. BPNB mencatat, jumlah korban meninggal mencapai 68 orang.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Wilayah terdampak Siklon Tropis Seroja di Provinsi Nusa Tenggara Timur semakin meluas. Berdasarkan data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana, tercatat sepuluh kabupaten dan satu kota yang terdampak bencana alam mulai dari banjir bandang, longsor, cuaca ekstrem, banjir dan banjir rob, hingga angin puting beliung.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati, dalam konferensi persnya secara daring, Senin (5/4/2021), mengatakan, wilayah terdampak bencana di Nusa Tenggara Timur (NTT) meliputi Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Malaka Tengah, Lembata, Ngada, Alor, Sumba Timur, Rote Ndao, Sabu Raijua, Timur Tengah Selatan, dan Ende.
Banjir bandang terjadi di Flores Timur, Lembata, Sabu Raijua, dan Timor Tengah Selatan. Sementara banjir terjadi di Ende, Alor, Malaka, dan Sumba Timur. Terjadi juga banjir rob di Rote Ndao.
Selain itu, juga terjadi longsor di Flores Timur dan Alor; angin kencang di Ngada, Rode Ndao; angin puting beliung di Alor; serta cuaca ekstrem di Kupang.
Menurut Raditya, dari pendataan yang masih terus berlangsung di seluruh wilayah terdampak, sebanyak 68 orang meninggal. Dari jumlah itu, 44 orang berasal dari Flores Timur, 11 orang dari Lembata, 2 orang dari Ende, dan 11 orang dari Alor.
Selain itu, Presiden juga menyampaikan dukacita yang mendalam atas korban meninggal dunia akibat musibah tersebut. Juga meminta masyarakat untuk mewaspadai peningkatan curah hujan di sejumlah daerah beberapa waktu terakhir. (Raditya Jati)
Selain itu, menurut Raditya, sebanyak 70 orang masih dinyatakan hilang. Terdiri dari 26 orang di Flores Timur, 16 orang di Lembata, dan 28 orang di Alor. Adapun korban luka-luka sebanyak 15 orang, yakni 9 orang di Flores Timur, 1 orang di Ngada, dan 5 orang di Alor.
Selain korban meninggal, bencana itu juga kerusakan rumah baik berat maupun sedang, sarana prasarana, hingga fasilitas umum.
Dalam konferensi pers itu, Raditya juga menyampaikan arahan Presiden Joko Widodo. Presiden memberikan empat arahan, yakni memerintahkan Kepala BNPB, Kepala Basarnas, Menteri Sosil, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Panglima TNI dan Kapolri untuk secara cepat mengevakuasi dan menangani korban, serta menanganani dampak bencana.
”Selain itu, Presiden juga menyampaikan dukacita yang mendalam atas korban meninggal dunia akibat musibah tersebut. Juga meminta masyarakat untuk mewaspadai peningkatan curah hujan di sejumlah daerah beberapa waktu terakhir,” kata Raditya.
Selain itu, kata Raditya, arahan Presiden adalah agar selalu memperhatikan peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan aparat di daerah.
Menindaklanjuti arahan Presiden itu, menurut Raditya, Kepala BNPB bersama rombongan termasuk Menteri Sosial Tri Rismaharini sudah berangkat ke lokasi kejadian. Dari Maumere, rombongan harus menggunakan jalur darat menuju Larantuka, ibu kota Flores Timur, karena terkendala cuaca dan pesawat dilarang terbang.
Terkait bantuan bagi korban, menurut Raditya, rombongan membawa serta bantuan berupa makanan siap saji sebanyak 1.002 paket, makanan tambahan gizi 1.002 paket, makanan lauk pauk 1.002 paket, selimut 3.000 lembar, sarung 2.000 lembar, alat tes cepat antigen 10.000 unit, masker kain 1.000 lembar, dan masker medis 1.000 lembar.
Banjir yang melanda Kota Kupang dan hampir seluruh daerah yang terkena Siklon Tropis Seroja juga mengakibatkan jaringan PLN terganggu. Kendati demikian, menurut General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT Agustinus Jatmiko, PLN telah menyalakan 4.885 gardu atau 82 persen dari total gardu listrik yang terdampak cuaca ekstrem itu.
Terkait distribusi bantuan, menurut Raditya, masalah akses dan cuaca menjadi kendala. Oleh karena itu, bantuan juga akan didistirbusikan menggunakan helikopter.
”Helikopter disiagakan di Larantuka dan Kupang. Ini untuk mendukung distribusi bantuan logistik ke pulau-pulau sekitar,” kata Raditya.
Bencana di Bima
Selain di NTT, penanganan bencana juga masih terus dilakukan di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Hingga Senin sore, menurut data Pusat Pengendalian dan Operasional BPBD Provinsi NTB, banjir bandang pada Jumat (2/4/2021) melanda 46 desa di enam kecamatan, yakni Kecamatan Madapangga, Bolo, Woha, Monta, Palibelo, dan Belo.
Selain itu, terjadi juga tanah longsor di Kecamatan Parado yang memutus jalan penghubung antara Woha, Monta, dan Parado. Sementara di Wera terjadi abrasi di Desa Sangiang.
Terkait bencana itu, Kepala BPBD Bima Aries Munandar mengatakan, Pemerintah Kabupaten Bima sudah menetapkan masa tanggap darurat selama satu bulan ke depan. Selama masa itu, mereka fokus untuk memastikan distribusi kebutuhan primer warga terdampak yang mencapai 28.208 orang.
Hingga Senin sore, warga di daerah terdampak belum kembali beraktivitas. Menurut Syamsudin, salah satu warga Desa Leo, Kecamatan Belo, saat dihubungi dari Mataram, mengatakan, warga masih fokus membersihkan rumah dan menyelamatkan hasil panen yang terdampak terutama gabah dan jagung.
Di Bima, Risma juga mengunjungi warga yang terdampak banjir sekaligus menyerahkan bantuan logistik. Bantuan penanganan bencana banjir di Kabupaten Bima, antara lain, makanan siap saji, selimut, kasur, peralatan dapur keluarga, tenda gulung, dan tenda serbaguna.
Setelah mengunjungi korban banjir di Bima, Risma melajutkan perjalanan ke Lembata, Alor, dan Adonara. ”Paling tidak besok pagi kami sudah tiba di Lembata. Perjalanan dari satu lokasi ke lokasi lain tidak bisa diprediksi dan dilakukan dengan cepat karena terhadang cuaca di wilayah NTT yang masih cepat berubah-ubah,” ujar Risma saat berada di Bima.