Bibit Siklon Tropis Pemicu Banjir dan Longsor di Flores Timur Menguat
Hujan dengan intensitas tinggi akibat bibit siklon tropis di perairan Nusa Tenggara Timur menguat sehingga memicu banjir bandang dan tanah longsor di Flores Timur. Warga diminta waspada karena bibit siklon itu menguat.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bibit siklon tropis yang muncul di sekitar perairan Nusa Tenggara Timur memicu bencana banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Flores Timur. Akibatnya, puluhan orang meninggal. Masyarakat diminta waspada karena bibit siklon ini menguat dan bisa tumbuh menjadi siklon tropis.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Raditya Jati, di Jakarta, Minggu (4/4/2021), mengatakan, hujan dengan intensitas tinggi yang memicu banjir bandang dan tanah longsor telah melanda Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pada Minggu pukul 01.00 WITA.
”Hujan yang memicu banjir dan longsor ini merupakan dampak munculnya bibit siklon tropis 99S seperti diprediksi BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) sebelumnya,” kata Raditya.
Bencana tersebut melanda di Desa Nelelamadike, Kecamatan Ile Boleng; Desa Waiburak dan Kei Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur; Desa Oyang Barang dan Pandai di Kecamatan Wotan Ulumado; dan Desa Waiwadan dan Duwanur, Kecamatan Adonara Barat.
”Jumlah korban 41 orang meninggal dunia, 9 orang luka-luka, 27 orang hilang, dan 49 keluarga dalam pendataan. Data ini masih dinamis, bisa berubah karena masih dilakukan koordinasi dengan pemerintah daerah,” katanya.
Bencana ini juga menyebabkan lima jembatan putus, puluhan rumah terendam banjir di Kecamatan Adonara Barat, dan puluhan rumah warga tertimbun lumpur di Desa Lamanele, Kecamatan Ile. ”Data rincinya masih dalam pendataan,” tuturnya.
Pencatatan BMKG menunjukkan, curah hujan tertinggi di Indonesia pada Sabtu pagi hingga Minggu pagi terjadi di NTT. Hujan tertinggi terekam di Stasiun Meteorologi Eltari, Kupang, sebesar 241 milimeter (mm) per hari. Di Stasiun Meteorologi Kupang 230,2 mm per hari; David Constatijin Saudale, Pulau Rote 205 mm per hari; dan di Geyawantana, Larantuka, tercatat 150 mm per hari.
Semakin kuat
Informasi yang dikeluarkan Pusat Peringatan Siklon Tropis BMKG menyebut, pada Minggu sore bibit siklon tropis 99S berada di koordinat 10,4 Lintang Selatan (LS) dan 123,2 Bujur Timur (BT), sekitar 35 kilometer sebelah utara Pulau Rote. Bibit siklon ini bergerak ke utara-barat laut dengan kecepatan 5 knots atau sekitar 10 km per jam dan menjauhi wilayah Indonesia dengan kecepatan angin maksimum 30 knots atau 55 kilometer per jam.
”Bibit siklon 99S ini diprediksi tumbuh menjadi siklon pada malam ini pukul 01.00 WIB atau maksimal besok (Senin) pagi pukul 07.00 WIB,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab.
Bibit siklon 99S ini diprediksi tumbuh menjadi siklon pada malam ini pukul 01.00 WIB atau maksimal besok (Senin) pagi pukul 07.00 WIB.
Dengan pergerakannya saat ini, bibit siklon ini pada Senin (5/4/2021) akan berada di koordinat 11,2 LS dan 121,9 BT, sekitar 150 km sebelah barat barat daya Pulau Rote. Saat itu, kecepatan angin maksimum menjadi 45 knots atau 85 km per jam.
Selain berdampak terhadap hujan lebat dan angin kencang di Nusa Tenggara Timur (NTT), bibit siklon tropis ini juga bisa berdampak terhadap wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku Tenggara.
Gelombang laut dengan ketinggian 2,5-4 meter bisa terjadi di Laut Flores, perairan utara dan selatan Kepulauan Flores, perairan selatan Pulau Sumba, Laut Sawu, Selat Ombai, Laut Banda bagian selatan. Sementara gelombang laut dengan ketinggian 4-6 meter berpeluang terjadi di perairan Kupang-Pulau Rotte, Samudra Hindia selatan NTT, dan Laut Timor selatan, NTT.
Selain bibit siklon di NTT, saat ini BMKG juga memantau pertumbuhan bibit siklon tropis di Samudra Hindia sebelah barat daya Pulau Sumatera. Namun, menurut Fachri, bibit siklon di kawasan itu belum berpotensi menguat menjadi siklon tropis dalam waktu 24 jam mendatang.
Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan, peluang munculnya siklon tropis di Samudra Hindia sebelah selatan Indonesia selama April masih tinggi.
”Siklon tropis di Samudra Hindia di dekat Indonesia, kalau data sejarah 42 tahun diketahui paling banyak pada Februari, yaitu 23 persen, Maret 22 persen, Januari 21 persen, Desember 14 persen, dan April 11 persen,” ungkapnya.
Siklon tropis baru akan mereda pada Juni. ”Bulan Juni, Juli, Agustus, dan September di wilayah Samudra Hindia sebelah selatan Indonesia dalam catatan 42 tahun tidak pernah terjadi siklon tropis,” kata Siswanto.